alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 27 Februari 2015

SERBA ALHAMDULILLAH

Suatu hari aku menyampaikan tugas salah satu guru kepada para siswa:
“Anak-anak, karena hari ini Bapak A sedang sakit dan tidak bisa hadir, maka beliau meminta kalian untuk mengerjakan tugas di LKS,”  kataku
“Alhmadulillah,” jawab mereka

Beberapa hari yang lalu, aku juga mengumumkan:
“Anak-anak, saya sampaikan kabar duka. Innalillahi wainna ilaihi roji’uun. Telah meninggal dunia suami dari Ibu N. Rencana pemakaman pada pagi hari ini pukul 10.00. Karena Bapak Ibu guru akan takziyah, maka kalian diperbolehkan pulang dan belajar di rumah.”
“Alhamdulillah,” jawab mereka

Aku mengelus dada. Betapa sedihnya menjadi seorang guru. Sakitnya dan dukanya selalu menjadi kegembiraan dan syukuran bagi siswa. Siapa yang salah? Apakah mereka tak pernah diajari untuk mengucapkan kalimat selain kalimat hamdalah? Atau memang mereka yang senantiasa menjadi manusia yang bersyukur?

Maka, kutanamkan dalam tekadku, seandainya aku sakit dan berhalangan untuk mengajar maka aku tak akan memberitahukan bahwa aku sakit. Aku akan membuat surat ijin dengan alasan pergi piknik dan wisata.  Kemudian aku akan memberikan tugas kepada para siswa yaitu:

  1. Mengerjakan tugas untuk 2 hari yang harus dikerjakan selama 2 x 45 menit.
  2. Tidak boleh mencontek dan akan dipantau melalui CCTV
  3. Bagi siapa yang mencontek dipastikan tidak naik kelas
  4. Tugas ini dianggap ulangan dan nilainya menentukan kenaikan kelas.
  5. Ditulis rapi dan tidak boleh ada coretan /bekas tip-ex sedikit pun.

Pasti mereka akan belajar mengucapkan: “Inalillahi wainna ilaihi roji’un.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar