Bel berbunyi 2 kali. Jam dinding menunjukkan pukul 08.30. Aku keluar dari ruang kelas XII IPA 2. Aku berjalan menuju kantor. Sejenak aku minum air putih yang telah disediakan di mejaku oleh Pak Sukalimi. Sekitar 3 menit aku menghela nafas di ruang guru sambil menikmati semilir angin dari kipas angin di atasku. Dari keluar kelas dan istirahat di ruang guru aku membutuhkan waktu sekitar 6 menit
Dengan langkah yang masih mantap, aku menuju ruang kelas X IIS 1. Ruang itu berada di lantai 2 di gedung ..........? (Ah, jadi ada ide untuk mengusulkan nama untuk setiap gedung di sekolahku). Walaupun belum ada namanya, gedung itu telah berdiri megah dengan 5 ruang kelas di lantai pertama dan 5 ruang di lantai kedua. Berjarak sekitar 200 meter dari ruang guru. Dengan jalanku yang biasa saja, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, aku bisa menempuh waktu sekitar 7 menit. Artinya, aku baru sampai di kelas X IIS 1 pada pukul 08.43.
Benar saja. Pada pukul 08.43 WIB aku tiba di ruang kelas X IIS 1. Kulihat beberapa kursi kosong. Aku ucapkan salam dan kuabsen satu per satu. Dari hasil absensi, aku mendapati ada 7 siswa yang sedang keluar kelas. Kutanya ketua kelas:
"Kemana mereka?"
"Di kantin Pak," jawab Gentur sang ketua kelas.
"Tolong dipanggil," suruhku. Gentur segera beranjak menuju kantin.
Sekitar 10 menit Gentur kembali.
"Mereka tak mau kembali Pak. Katanya tanggung, makannya baru separoh," jawabnya
"Wah, tidak beres ini. Tak bisa dibiarkan," kataku dalam hati
"Dihukum saja Pak," teriak teman-temannya.
"Suruh lari keliling lapangan 10 kali Pak," kata Oliv
"Suruh jalan jongok 20 kali Pak," sahut Davi
"Suruh push up 50 kali Pak" kata yang lain
Sekitar 15 menit kemudian, mereka datang.
"Maaf Pak, kami terlambat," kata salah satu dari mereka
"Sudah kenyang?" tanyaku
"Sudah Pak," jawab Said sambil cengar-cengir kecut.
"Kalian ini bagaimana. Kalian tahu ini belum waktunya istirahat. Kenapa kalian ke kantin? Kalian sadar tidak sudah melakukan pelanggaran?" kataku berceramah
"Iya Pak. Kami mengaku salah," kata Panca
"Karena kalian sudah mengakui kesalahan, kalian minta dihukum apa? tanyaku sembari aku berp[ikir jenis hukuman apa yang pantas untuk mereka.
"Lari keliling lapangan Pak," jawab Indra
"Tidak," jawabku spontan. Aku teringat berita kemarin sore di televisi. Seorang anak SMP dihukum berlari keliling lapangan basket. Baru dua putaran, anak tersebut pingsan lalu meninggal dunia. Orang tuanya tidak terima. Kemudian guru yang menghukumnya dipanggil oleh dinas pendidikan. Kata kepala dinas, guru tersebut pasti mendapat sanksi.
Aku yakin anak itu meninggal bukan hanya karena lari 2 putaran lapangan basket. Pasti ada penyebab lain. Tapi apa mau dikata, guru yang menghukumnya lah yang kini menjadi kambing hitam. Oh...nasib.
Aku tak mau itu terjadi padaku. Lagi pula, aku tahu mereka baru saja makan. Tak mungkin kondisi perut baru terisi penuh langsung disuruh lari. Tapi aku terus terang masih bingung alternatif hukuman apa yang akan aku berikan.
"Disuruh minta tanda tangan guru di semua kelas saja Pak. Biar kapok. Pelajaran yang lain juga seperti itu," kata salah satu siswa.
"Iya..itu saja. Kalian tulis kalimat: "Saya berjanji tidak akan terlambat mengikuti pelajaran lagi". Kemudian bawahnya di buat tabel berisi Kelas, Nama Guru, Tanda Tangan. Kalian minta ijin ke Bapak atau Ibu guru yang sedang mengajar di kelas. Kemudian kalian ucapkan kalimat itu keras-keras di depan kelas. Terus minta tanda tangan kepada Bapak atau Ibu guru yang sedang mengajar. Satu per satu. tidak boleh rombongan. Paham?" kataku walaupun aku pikir hukuman itu jelas-jelas mengganggu kelas lain karena harus meminta waktu tersendiri di setiap kelas untuk menjalankan hukuman tersebut. Tapi apa boleh buat, hanya satu alternatif hukuman itu yang ada. Belum ada alternatif hukuman lain yang muncul di dalam otakku.
Ini adalah PR buatku. Mencari alternatif hukuman yang tepat untuk pelanggaran-pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh siswa. Harus dipertimbangkan bobot (ringan dan beratnya) pelanggaran, nilai (mendidik dan tidaknya) hukuman, serta efek hukuman terhadap siswa.
Dan seharusnya, ini dibicarakan dengan semua guru. Agar ada keadilan dalam memberikan hukuman kepada siswa.
Mari Bapak Ibu Guru, kita bicarakan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar