"Kok belum pulang Pak?" sapaku
"Iya nih, mau nge-les-i anak," jawab beliau.
"Anak kelas berapa Pak?" tanyaku
"Kelas XII, itu sudah kumpul di mushola."
"Kok nggak di rumah saja Pak?" tanya Bu Tarmi yang sejak tadi juga ikut memperhatikan beliau membersihkan tanaman.
"Di rumah juga boleh. Di sekolah juga boleh. Semaunya anak saja Bu. Pokoknya 24 jam, kalau mereka mau, saya siap memberikan tambahan pelajaran matematika.
Aku tertegun dengan jawaban beliau. Kata-kata "24 jam" artinya beliau siap memberikan ilmunya untuk anak didiknya kapanpun. Inilah guru sejati. Guru yang benar-benar mendidik muridnya sepenuh jiwa tanpa kenal lelah, tanpa mengharap imbalan dan tentu saja tanpa tanda jasa. Ia hanya ingin anak didiknya bisa dan bisa.
Bapak berbintang cancer yang wajahnya mirip dengan Komisaris Jenderal Bahrodin Haiti dan sering dipanggil "Kak Ros" oleh rekan-rekan guru ini memang sangat mencintai matematika. Keilmuannya di bidang matematika tidak diragukan lagi. Beliau menguasai matematika dari hulu sampai ke hilir. Beliau selalu memberikan rumus-rumus praktis, ringan dan mudah kepada siapapun yang membutuhkan atau menanyakan. Akupun pernah diberikan rumus praktik kwadrat yang ternyata sangat berguna untuk anakku.
Pembawaannya yang kalem membuat murid-muridnya terkadang sembrono memanggilnya "Om". Tapi beliau tak marah dengan panggilan tersebut. Beliau hanya tersenyum.
Mudah-mudahan beliau selalu diberi kesehatan dan umur panjang sehingga ilmunya masih bisa ditularkan kepada semua orang.
Ini orang yang mirip dengan beliau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar