Pada tanggal 3 Maret 2015 nelayan Batang melakukan
demo di gedung DPRD Kabupaten Batang mengenai penolakan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI Nomor 2/Permen-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan
Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets). Dalam
demo ini terjadi tindakan anarkis dengan merusak prasarana umum serta terjadi
bentrok dan aksi pukul antara polisi dan para nelayan.
Bukan demo ini yang aku risaukan tapi efek demo tersebut
terhadap siswa-siswaku. Di antara mereka ada yang anak nelayan dan ada anak
polisi. Tadi siang, di kelasku terjadi perdebatan antara anak nelayan yang
menyalahkan polisi dan anak polisi yang menyalahkan nelayan.
"Memangnya kemarin kamu ikut demo?" tanyaku kepada
Nasrul si anak nelayan
"Tidak Pak," jawab Nasrul
"Terus kamu juga ikut mengamankan jalannya demo?"
tanyaku kepada Ardi si anak polisi
"Tidak Pak," jawab Ardi
"Kok kalian tahu?" tanyaku lagi.
"Katanya sih Pak"
"Nah kan. Kalian tidak usah ikut-ikutan. Biar pihak
berwenang yang menyelesaikan. Saya yakin urusan ini akan segera selesai. Mereka
pasti berdamai. Kenapa? Lha yang didemo di Jakarta, kok kita, sesama saudara
yang bertengkar? Aneh," kataku.
"Mudah-mudahan peristiwa seperti ini tidak terjadi
lagi. Dan kalian sebagai generasi muda harus bisa mengambil pelajaran dari
peristiwa ini untuk membangun kota kalian ini menjadi lebih maju,"
lanjutku dengan penuh optimisme.
Sip kan kata-kataku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar