Setelah menyusuri jalan Yos Sudarso dari arah utara, (jangan
menduga yang tidak-tidak ya… Swear aku bukan dari Bong Chino. Aku hanya mencari
kuliner untuk tajilan yasinan di musholaku), aku berhenti di lampu merah. Tepat
di depanku adalah alun-alun Batang, alun-alun yang baru saja direnovasi
sehingga nampak semakin indah dan megah.
Tiba-tiba di sebelahku berhenti sebuah sepeda motor yang dinaiki oleh seorang
ibu bersama anak perempuannya yang berumur sekitar 5 tahun. Anak itu duduk di depan.
“Ma, itu tulisan apa?” tanya si anak sambil menunjuk huruf yang
berjajar dari timur ke barat di alun-alun. Huruf-huruf yang membentuk sebuah
kata itu tetap kelihatan jelas di malam hari karena selain ukurannya yang
besar, di tepi huruf terdapat lampu selang LED berwarna biru mengikuti bentuk huruf.
Indah sekali.
“Coba dieja!” suruh ibunya
“b-a ba, t-a ta, n-g. Ma, n-g dibaca apa sih?” tanya anak
itu kesulitan mengeja 2 huruf konsonan berdampingan di akhir tulisan tersebut.
“Coba dibaca yang depan dulu!” kata ibunya
“Bata, ditambah n-g. Batang ya Ma?” tebak anak itu.
“Betul, kamu pintar,” kata sang ibu.
“Hore, aku bisa membaca huruf n-g. ng…ng, batang” teriak si
anak sambil terus mengucapkan “ng..ng..ng” dari rongga hidungnya.
Ternyata selain berfungsi untuk penanda, ikon, dan identitas
kota, tulisan BATANG di alun-alun itu berfungsi untuk melatih anak membaca konsonan
nasal atau sengau “ng”. Salut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar