alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 06 Maret 2015

MENGEJA BATANG


Setelah menyusuri jalan Yos Sudarso dari arah utara, (jangan menduga yang tidak-tidak ya… Swear aku bukan dari Bong Chino. Aku hanya mencari kuliner untuk tajilan yasinan di musholaku), aku berhenti di lampu merah. Tepat di depanku adalah alun-alun Batang, alun-alun yang baru saja direnovasi sehingga nampak semakin indah dan megah.

Tiba-tiba di sebelahku berhenti sebuah sepeda motor yang dinaiki oleh seorang ibu bersama anak perempuannya yang berumur sekitar 5 tahun. Anak itu duduk di depan.

“Ma, itu tulisan apa?” tanya si anak sambil menunjuk huruf yang berjajar dari timur ke barat di alun-alun. Huruf-huruf yang membentuk sebuah kata itu tetap kelihatan jelas di malam hari karena selain ukurannya yang besar, di tepi huruf terdapat lampu selang LED berwarna biru mengikuti bentuk huruf. Indah sekali.

“Coba dieja!” suruh ibunya
“b-a ba, t-a ta, n-g. Ma, n-g dibaca apa sih?” tanya anak itu kesulitan mengeja 2 huruf konsonan berdampingan di akhir tulisan tersebut.
“Coba dibaca yang depan dulu!” kata ibunya
“Bata, ditambah n-g. Batang ya Ma?” tebak anak itu.
“Betul, kamu pintar,” kata sang ibu.
“Hore, aku bisa membaca huruf n-g. ng…ng, batang” teriak si anak sambil terus mengucapkan “ng..ng..ng” dari rongga hidungnya.

Ternyata selain berfungsi untuk penanda, ikon, dan identitas kota, tulisan BATANG di alun-alun itu berfungsi untuk melatih anak membaca konsonan nasal atau sengau “ng”. Salut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar