alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 20 Maret 2015

LUWAK

Pagi ini kulihat meja komputer di ruang guru berantakan. Cover printer pecah. Kertas berserakan. Jejak kecil nampak jelas di atas meja. Saat kulihat, ternyata plafon jebol. Kata Pak Tris, staf Tata Usaha bagian bersih-bersih, itu adalah ulah luwak.

“Tadi pagi saya menyapu, ada luwak lari keluar lewat pintu,” kata Pak Tris.

Di sekolah kami, plafon jebol karena luwak tidak hanya sekali ini, tapi sudah berkali-kali. Para keluarga luwak membangun sarangnya di atas plafon. Dari baunya, semua orang sudah paham itu luwak. Sisa bau wangi khas daun pandan dari tubuh bernama latin paradoxurus hermaproditus ini masih tertinggal di tempat jatuhnya luwak.

Kejadian ini membuat kami sedikit repot karena printer rusak dan kertas dan dokumen di atas meja komputer berantakan. Untuk mengusir luwak agar tak bersarang di plafon masih mustahil. Selain, luwak tersebut masih liar, keberadaannya di atas plafon seringkali tidak diketahui karena mereka adalah binatang nocturnal yang aktif pada malam hari. Untuk menangkapnya juga sangat sulit. Beberapa kali Pak Tris dan teman-temannya mencoba mengintai dan menyergap, tak pernah berhasil.

“Masuk ke plafonnya juga entah lewat mana, mungkin bisa membuka genting,” tambah Pak Tris.

Itulah resiko letak sekolah yang berada di tengah hutan dan jauh dari pemukiman penduduk. Kami harus hidup berdampingan dengan binatang liar, salah satunya adalah luwak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar