alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 08 Desember 2017

IKAN MAS KOKI-KU

Suatu pagi, kulihat salah satu ikanku mengambang di permukaan kolam. Buru-buru kudekatkan ke pinggir.

“Astaghfirulloh.. siapa yang melakukan ini?” teriakku

Ikan mas koki jenis Oranda dengan warna merah putih dengan mahkota yang indah di kepalanya serta ekor dan sirip yang panjang menjuntai kini kondisinya sangat mengenaskan. Ekor dan siripnya habis. Sisik-sisiknya koyak. Mahkota di kepalanya hilang separoh. Matanya berlubang dan bola matanya hilang satu. Tapi mulutnya masih bergerak-gerak mengambil nafas. Ikan ini masih hidup.

“Tega sekali yang melakukan ini. Sudah 2 tahun hidup bersama. Semuanya damai. Saling menyayangi. Saling mengasihi. Tidak pernah terjadi seperti ini. Kenapa sekarang jadi seperti ini?,” teriakanku belum juga mereda.

Semuanya diam. Kini tak ada ikan yang mendekat. Patin, koi, komet, chetul memilih bersembunyi di bawah bebatuan.

“Hei, kemana kalian semua?” teriakku lagi

Makanan yang kutebar tak ada yang memakannya. Suasananya masih mencekam.

Ikan mas koki ini masih berada di telapak tanganku di bawah permukaan air. Luka-luka ini bukan luka karena senjata tajam. Lukanya jelas tercabik-cabik bekas gigitan ikan. Tidak ada luka lebam terkena benda tumpul, benturan atau menabrak dinding kolam. Tak mungkin pula menabrak tiang listrik karena tak ada benjolan sebesar bakpao di jidatnya.

Matanya berlubang dan bola matanya hilang. Ini menandakan serangan yang kejam, ciri khas mulut ikan yang makan dengan cara menyedot  mangsanya. Bukan sekedar luka seperti terkena siraman air keras yang bisa langsung dilarikan ke rumah sakit di Singapura.

Ekor dan siripnya habis tapi masih menyisakan luka yang tidak teratur. Hilangnya ekor dan sirip ini jelas bukan dengan cara disayat menggunakan senjata tajam. Tak mungkin ada seseorang yang sengaja memotong siripnya karena sirip ikan mas koki tidak mengandung minyak semahal minyak sirip ikan hiu.

Secara psikologi, ikan mas koki Oranda ini adalah ikan yang paling kalem dan paling cantik di kolam ini. Jadi, tak heran banyak laki-laki yang jatuh cinta kepadanya dan banyak perempuan yang iri dibuatnya. Apakah ini kasus cinta segitiga? Entahlah. Yang jelas dia bukan cady golf yang menjadi umpan. Dia adalah korban, bukan penyebab terjadinya korban.


Dengan data-data tersebut di atas, pelaku penganiayaan pasti masih berada di dalam kolam ini. Namun, kasus ini sulit untuk diungkap karena tak ada saksi yang bisa dimintai keterangan, tak ada barang bukti dan tak ada CCTV. Sedangkan yang ada saksi, ada barang bukti dan ada CCTV saja sampai sekarang belum terungkap.

Kamis, 07 Desember 2017

DISOSOR ANGSA

(Ini cerita dari ustadzah anakku saat masih duduk di bangku TK Ya Bunaaya, Kalisalak, Batang)

Sepasang angsa baru milik ketua Yayasan di sekolah TK anakku selalu mengejar siapapun orang yang ada di sekitarnya. Tak terkecuali siswa-siswa TK dan para ustadzahnya. Tak sedikit siswa-siswa yang menangis ketakutan dikejar dan disosor angsa tersebut.

Suatu ketika, angsa tersebut menyosor anakku Azam yang sedang asyik bermain di halaman sekolah. Bukannya ketakutan dan lari, Azam balik menyerang angsa-angsa tersebut. Dengan berbagai jurus tendangan dan pukulan tanpa mengenal takut, Azam berusaha menghalau angsa-angsa tersebut. Merasa mendapat perlawanan, angsa-angsa tersebut mundur. Melihat lawannya mundur, Azam tidak menghentikan aksinya. Dengan jurus keduanya, Azam mengejar angsa-angsa tersebut. Angsa itupun lari terbirit-birit. Dengan suara "ngaaak...ngaaaak" yang agak tertekan dan intonasi yang tak beraturan sambil berlari, sebenarnya angsa-angsa tersebut memberi isyarat bahwa mereka sudah menyerah. Akan tetapi, Azam tak menghentikan aksinya. Dia terus mengejar-ngejar kedua angsa tersebut. Tak peduli harus blusukan ke kebun singkong dan kebun sengon. Lembah dan hutan dilewati, gunung didaki, dan lautan diseberangi. Sampai akhirnya, angsa-angsa tersebut ndeprok kelelahan di bawah pohon pisang. Azam bersiap-siap dengan jurus pamungkasnya, tapi dari kejauhan ustadzahnya memanggil.

"Azaaam...Azaam. Sudah...kembali ke kelas,"

Dengan muka yang masih marah, Azam hanya bisa mengancam: "Awas kamu ya .... kalau nakal lagi,"

Sejak saat itu, setiap angsa-angsa tersebut menyerang, teman-temannya dan para ustadzahnya berteriak : "Azaam...Azaam". Dan ketika melihat Azam datang, angsa-angsa tersebut pun lari terbirit-birit.


*)ndeprok : jatuh terduduk

STICK ES KRIM

“Pa... di sekolahku kan lagi musim stick,” kata anakku, Azam, sepulang sekolah.
“Stick apa?” tanyaku
“Stick es krim. Buat ditandingin. Caranya dipukul pakai tangan. Dua telapak tangan digabungin, terus dipukulkan ke lantai. Sticknya di depan tangan. Tapi mukulnya nggak kena sticknya. Nanti kan sticknya meloncat kena anginnya. Nah, stick siapa yang bisa berada di atas stick lawannya, dia lah yang menang,” jelasnya dengan panjang lebar.
“Terus Azam mau ikutan? Terus mau beli stick juga buat mainan?” cecarku.
“Nggak,” jawabnya tegas
“Terus mau ngapain?” tanyaku curiga
“Mau jualan stick,” jawabnya enteng

Besoknya...
“Pa, Azam dapat uang Rp. 20.000,-“ lapornya
“Uang dari mana?” tanyaku penasaran
“Jualan stick,” jawabnya
“Emangnya kamu dapat stick dari mana?”
“Kemarin kan Azam kulakan stick ke Lek Di. Rp. 2.000,- dapat 50 stick. Terus Azam jual Rp. 500,- per 2 stick,”
“Weh, emang laku dijual segitu?” tanyaku
“Kalau yang biasa-biasa nggak laku. Azam tawarkan Rp.500,- per 10 stick, nggak ada yang beli. Yang laku tuh yang ada gambarnya,” terangnya
“Kok ada gambarnya. Stiker maksudnya?”
“Bukan. Azam gambari sendiri pakai pulpen. Gambarnya macam-macam. Ada yang garis-garis. Ada bulatan-bulatan. Ada yang gambar ayam. Ada yang gambar kuda. Ada yang gambar mobil. Ini aja sudah ada yang pesan lagi,” jelasnya


Bakat atau ......? Sekolah kok jualan.

Sabtu, 02 Desember 2017

UNBK 3 (Token)

“Pak, tokennya?” tanya salah satu peserta Simulasi UNBK.

“Sebentar, saya lihat lagi,” jawabku.

Token adalah kode untuk masuk ke program setelah login dan sebelum mengerjakan soal dalam program Exambrow. Token ini berganti setiap 15 menit. Maka ketika ada siswa yang terlambat login lebih dari 15 menit, tokennya berubah. Token ini hanya bisa dilihat oleh proktor di komputer server. Maka proktor wajib memberitahukan token tersebut kepada peserta atau peserta menanyakannya kepada proktor. Token terdiri dari 6 huruf kapital.

Seharusnya peserta cukup sekali saja menerima token dari proktor yaitu diawal login dan itu sudah kutulis di papan tulis, tapi karena jaringan internet yang putus nyambung maka ada beberapa peserta yang terlambat login dan  harus minta token baru.

Setelah kulihat token di server. Maka aku menghapus token yang pertama dan menuliskan token baru di papan tulis: ASUJJL

“Ini tokennya,” kataku


“Wah.. tokennya nggak sopan,”

UNBK 2 (Proktor)

Proktor berasal dari bahasa Inggris yaitu proctor yang artinya:
  1. a person appointed to keep watch over students at examinations.
  2. an official charged with various duties, especially with the maintenance of good order.
  3. to supervise or monitor.

(di-translate sendiri ya)

Tugas Proktor 
Tugas Proktor Sebelum Ujian:
  1. Mengecek dan memastikan semua server terhubung dengan internet.
  2. Mengecek IP Address komputer peserta seluruhnya sudah dijadikan statik.
  3. Mengecek dan memastikan seluruh komputer peserta dan mengekses server lokal dengan perintah 'ping pada dOS promt dari komputer peserta ke host server lokal dan sebaliknya.
  4. Menginstall dan menjalankan program aplikasi UNBK di setiap server local.
  5. Mengaktifkan CBTSync dengan memasukkan IP Server dan mengecek kesesuaian nama server dan IP Server.
  6. dibantu teknisi melakukan sinkronisasi butir soal menggunakan CBTSync yang terdapat dalam virtual Machine beberapa hari sebelum ujian.
  7. Mengisi dan menandatangani dan menyerahkan berita acara sinkronisasi kepada sekolah /madrasah pelaksana UNBK.
  8. Serta mengupload berita acara sinkronisasike dalam web UNBK.
  9. jika di sekolah/ madrasah terdapat lebih dari 1 server pastikan semua server yang akan dipakai harus disinkronisasi terlebih dahulu.
  10. Memastikan data siswa yang ada diprogram aplikasi sudah sesuai.
  11. Memastikan :ambro berfungsi dengan baik pada komputer klien.
  12. Mencetak kartu peserta dari web UNBK.
  13. Menyerahkan kartu peserta kepada peserta didik.
  14. Mencetak daftar hadir dari web UNBK.
  15. Menerima penjelasan dan pengerahan dari ketua panitia sekolah /madrasah pelaksana UNBK.
  16. Mengisi dan menandatangani pakta integritas di depan ketua panitia sekolah madrasah pelaksana UNBK.

Tugas Proktor Ketika Pelaksanaan Ujian
  1. Memastikan exambro sudah terbuka dan berfungsi di seluruh komputer peserta.
  2. Merlis token melalui CBTSync ke server pusat beberapa menit sebelum peserta memasukkan token ujian.
  3. Mengumumkan token ujian kepada peserta.
  4. Memastikan virtual machine di server selalu dalam kondisi aktif dan terkoneksi internet selama tes berlangsung.

Khusus untuk ujian listening mata pelajaran Bahasa Inggris;
  1. Menginformasikan kepada peserta bahwa untuk ujian bahasa inggris listening comprehension, peserta menjawab di komputer.
  2. Rekaman bisa didengarkan melalui headset setiap listening hanya bisa digunakan sekali saja dengan dua kali diperdengarkan.
  3. dalam kondisi server tidak dapat terkoneksi dengan internet maka untuk dapat memulai ujian harus meninta token offline ke petugas pusat
  4. Apabila ada ganggunan teknis yang menyebabkan peserta keluar tes tanpa logout sehingga relogin maka;

  • Mengaktifkan internet untuk dapat terkoneksi dengan server pusat dan pastikan CBTSync dalam keadaan aktif atau terkoneksi dengan server pusat.
  • Mengupdate token ujian secara online ke pusat karena token berubah setiap 15 menit.
  • Mereset peserta yang bersangkutan dalam ujian.

UNBK 1 (Simulasi)

Ujian Nasional tahun ini akan dilaksanakan secara online atau Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Ini menjadi hal baru di sekolahku. Karena pada tahun lalu, sekolahku belum melaksanakan UNBK, maka sebelum pelaksanaan UNBK yang sesungguhnya, sekolahku mengikuti simulasi UNBK yang dilaksanakan secara nasional.

Simulasi UNBK yang pertama dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 Nopember 2017. Untuk menghadapi simulasi ini, sekolahku membutuhkan 3 tenaga teknis dan 3 protor untuk 3 laboratorium komputer.

Sebagai proktor di lab Komputer 3, aku mempersiapkan diri dengan mengecek komputer di lab komputer 3 untuk memastikan bahwa komputer-komputer tersebut telah siap digunakan.

Pada hari Senin,13 Nopember 2017 aku datang lebih awal untuk mempersiapkan simulasi. Simulasi dimulai pada pukul 07.30. Akan tetapi, siswa harus sudah memasuki lab komputer pada pukul 07.00 untuk mempersiapkan diri, membuka program, serta login. Login ini harus menggunakan nama user dan password  serta mengisi token. Token ini akan diberikan langsung dari server pusat sepuluh menit sebelum pelaksanaan.


Namun demikian, simulasi UNBK pada hari pertama mengalami beberapa kendala lain : jaringan internet yang terputus, komputer yang mengalami kerusakan dan program Exambrow yang terkena virus. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam mengerjakan simulasi UNBK. Sesi I yang seharusnya dimulai dari pukul 07.30 sampai pukul 09.30, tetapi baru bisa dimulai pukul 08.30 karena kendala sambungan internet. Dari 32 komputer yang ada, 16 komputer mengalami kerusahan. Maka 1 komputer untuk 2 peserta. Akibatnya, setiap peserta yang seharusnya mempunyai waktu 2 jam harus mengerjakan soal dalam waktu 1 jam.

Kamis, 30 November 2017

KUAT TAK LAKONI, ORA KUAT TAK TINGGAL NGOPI

Sejak awal periode kepala sekolah sebelumnya (Pak Herry) sekitar tahun 2012, aku telah menjadi notulis untuk setiap kegiatan brieifing. Sebagai asisten Pak Kasmudi (Waka kurikulum jaman old), waktu itu aku mempunyai tugas untuk mencatat kegiatan briefing karena tuntutan administrasi, terutama untuk kepentingan akreditasi. Briefing dilakukan oleh kepala sekolah untuk membahas hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian lebih. Misalnya, persiapan test, persiapan akreditasi, persiapan Ujian Nasioal, dan lain-lain.

Setelah aku tidak lagi menjabat sebagai asisten Waka kurikulum pada awal tahun pelajaran 2017/2018 ini, maka tugas tersebut aku serah terimakan kepada Bu Yeni (Waka Kurikulum jaman now) sebagai tanda berakhirnya tugasku sebagai notulis. Bu Yeni pun telah menerimanya dengan senang hati. Dengan demikian, aku sudah bisa bernafas lega.

Namun kelegaan nafasku tidak bertahan lama. Tadi pagi, pada briefing tanggal 30 Nopember 2017, kepala sekolah periode sekarang (Pak Habibi) secara langsung menunjukku kembali menjadi notulis briefing.

“Wah...berat nih”, kataku dalam hati

Bukan apa-apa. Briefing oleh Pak Herry belum tentu dilakukan sebulan sekali. Nah, briefing oleh Pak Habibi dilakukan setiap hari yaitu dimulai pada pukul 06.45 pagi. Tentu saja, setiap hari aku harus berangkat pada pukul 06.45. Tidak boleh terlambat.

Penunjukkanku sebagai notulis sebenarnya mendapat tentangan dari beberapa guru. Selain karena aku sekarang sudah menjabat asisten Waka Kesiswaan, juga karena sebenarnya notulis adalah bagian tugas dari Waka Humas.

Namun, keputusan kepala sekolah belum berubah.


Yo wis lah. Kuat tak lakoni. Ora kuat tak tinggal ngopi. Karo Bu Yeni. Eh... maaf, nggak jadi. Soalnya Bu Yeni ga suka kopi. Karo Pak Kasmudi saja lah.

Selasa, 28 November 2017

LDK

Terdengar lamat-lamat suara azan, aku terbangun dari tidur. Sebenarnya aku juga tidak begitu jelas, apakah itu suara azan atau iqomah karena aku agak linglung.

“Dimana ini?” tanyaku dalam hati sambil melihat sekeliling dengan penglihatan yang masih buram. Kulihat di ranjang sebelah kananku meringkuk tubuh dengan ukuran yang lumayan besar. Di sebelah kiriku, sesosok tubuh tidak terlalu besar. Udara dingin terasa menusuk tulang padahal aku sudah mengenakan jaket, selimut, celana panjang dan kaos kaki.

Kesadaranku muncul ketika tubuh di sebelah kiriku ikut bangkit dari tidur. Itu adalah Pak Supbechan. Sementara di sebelah kananku pasti Pak Agus. “Ah iya....  ini kan di Pagilaran,” Aku segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah menunaikan hajat membuang air kecil, lalu aku mengambil air wudlu. “Brrr....” Airnya dingin sekali.

Ya... pagi ini aku berada di kawasan agrowisata Pagilaran untuk mendampingi para siswa melakukan kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) untuk pengurus OSIS dan MPK periode 2017 / 2018. LDK ini telah dilaksanakan sejak kemarin, Sabtu tanggal 18 Nopember 2017 sampai hari ini, Minggu tanggal 19 Nopember 2017 di Agrowisata Pagilaran. Kegiatan ini diikuti oleh 5 orang pendamping termasuk aku, 11 orang panitia dari pengurus OSIS dan MPK sebelumnya dan 44 pengurus OSIS dan MPK baru.

Aku segera menuju masjid. Dan ternyata yang kudengar tadi adalah suara iqomah karena aku berpapasan dengan orang-orang yang baru keluar dari masjid. Sepulang dari masjid, aku kembali ke wisma Azalea dimana aku menginap. Kulihat para siswa tengah berolahraga. Ada yang berlari-lari kecil. Ada yang melakukan senam sekenanya. Sebenarnya aku ingin ikut senam atau joging tapi udara yang begitu dingin dan mata yang masih terasa mengantuk setelah tadi malam tidur sampai malam menonton pentas seni dan jurit malam membuatku malas bergerak. Kuperiksa HP-ku, tak ada sms ataupun kiriman Watshapp. Sinyalnya masih saja sekarat. Jam masih menunjukkan pukul 05.15. Suhu udara menunjukkan angka 160 Celsius.

“Pantesan dingin sekali,”

Duduk di teras depan, aku menikmati teh hangat yang telah disediakan oleh Pak Slamet, pengurus penginapan. Sinar mentari nampak mulai bersemburat di pucuk-pucuk pepohonan. Warna kuningnya berpadu dengan warna hijau daun muda yang baru tumbuh pada awal musim hujan ini. Indah sekali. Serasa musim semi di Perancis.

“Srrupppt” sekali lagi kuseruput teh Pagilaran yang panas, manis, kental dan terasa sepat ini.
“Nggak mandi Pak?” tanya Mas Slamet (Staf TU sekolah)
“Dingin sekali mas, nggak berani,” jawabku
“Tapi kalau sudah mandi, terasa hangat lho Pak,”
“Masak sih mas?” tanyaku agak tidak percaya.

Setelah menghabiskan satu gelas teh, aku penasaran dengan kata-kata Mas Slamet. Kucoba ke kamar mandi. “Brrrr...” Air siraman pertama membuat tubuhku menggigil. Siraman kedua, tubuhku mulai meyesuaikan. Siraman ketiga benar-benar ajaib. Tubuhku terasa hangat. Kulanjutkan mandiku sampai selesai.

Kini tubuhku terasa segar.

Pada pukul 09.30 aku beserta para pembina, panitia dan peserta LDKS bersiap-siap untuk jalan-jalan. Suhu udara sudah beranjak naik ke angka 190 Celcius. Dalam balutan kaos, celana training dan sepatu, kami mulai mengikuti pemandu rute, Pak Tujanto. Diawali daari pintu masuk kawasan pabrik teh, langsung belok kanan. Karena kawasan pabrik sekarang terlarang bagi umum, maka kami tidak diperbolehkan memasuki kawasan pabrik. Kami hanya numpang lewat melalui posko penjagaan langsung belok kanan masuk ke wilayah kebun. Selain berdiri pabrik teh, di agrowisata Pagilaran ditanami berhektar-hektar kebun teh. Inilah yang menarik bagi para wisatawan yaitu wisata kebun teh.

Kami mulai berjalan melewati jalan setapak. Tanaman teh nampak berjajar teratur. Pucuk-pucuk teh masih basah oleh embun. Sejauh mata memandang hanya ada lautan hijau, membuat mata terasa segar. Jalanan yang naik turun menambah keindahan alam pegunungan. Sebentar-sebantar kami berhenti untuk berfoto. Beberapa bapak petani teh terlihat sedang membersihkan rumput. Tak terlihat ibu-ibu pemanen teh yang biasanya menggendong keranjang di punggungnya. Mungkin hari ini, mereka sedang  memanen teh di bagian bukit yang lain.

Melewati beberapa ratus meter jalan berbukit, faktor “u,o,dan pb” (usia, obesitas, dan perut buncit) benar-benar membedakanku dengan para siswa. Mereka kini telah berada di depan. Aku, Pak Agus, Pak Supbechan dan Mas Slamet tertinggal di belakang. Dengan mengerahkan tenaga dan nafas tersengal-sengal, aku berusaha mempercepat langkahku tapi gagal untuk melewati mereka. Akhirnya, aku, Pak Supbechan, dan Mas Slamet mencapai finish paling akhir. Pak Agus bahkan dijemput oleh Pak Tujanto di setengah perjalanan.


Walaupun capek, jarak kurang lebih 10 km kami lalui dengan penuh kegembiraan. Keringat membasahi kaosku. Kubaringkan tubuhku terlentang di lantai. Ajaib. Perutku mengempis. Kelihatan jadi six pack.

Selasa, 21 November 2017

HUJAN-HUJANAN

Sukses mengadakan acara penamaan dan peresmian musholla sekolah, pengurus dan anggota Rohis meminta ijin kepadaku.

“Pak kami mau minta ijin. Kami sudah nadzar mau berlari mengelilingi lapangan basket 5 kali apabila acara ini sukses. Boleh ya Pak,” kata Meyta

“Hujan-hujan begini?” tanyaku

“Nggak apa-apa Pak. Sudah nadzar soalnya,”

“Kan bisa ditunda besok. Nunggu nggak hujan. Nanti malah sakit,” kataku

“Tapi teman-teman maunya sekarang,” desaknya dan kulihat beberapa anak sudah lari menuju lapangan basket.

“Ya sudah sana lah,” kataku tak kuasa menahan keinginannya

Sambil ketawa-ketiwi, berlari-lari kecil sambil berciprat-cipratan air yang menggenang di lapangan basket, mereka nampak gembira.

Kulihat sudah lebih dari 5 kali putaran mereka berlari dan belum mau berhenti. Kelihatannya, mereka malah menikmati hujan.


“Ck...ck...Kids Zaman Now, masa kecil kurang hujan-hujanan.”

MUSHOLLA “NURUL ‘ILMI”

Hari Kamis, tanggal 16 Nopember 2017 Rohis (Kerohanian Islam) sekolahku mengadakan kegiatan penamaan dan peresmian musholla. Mushola yang sudah berumur lebih dari 17 tahun atau seumuran dengan berdirinya sekolah ini belum diberi nama. (Kata Bang H. Rhoma Irama: “Terlalu!”) Bayi aja 7 hari sudah diberi nama. Bayangkan, kalau kita sudah berumur 17 tahun tapi belum diberi nama. Ah.... apa jadinya? Mau sekolah, malu nggak punya nama. Mau bikin KTP, malu. Mau bikin SIM, malu. Mau punya pacar, pacarnya yang malu.

Untung cuma musholla. Dia tak pernah menuntut untuk diberi nama. Dia ihlas tak punya nama. Yang penting, dia dipakai untuk beribadah. Cukup seperti itu, dia sudah senang. Ehem...ehem.

Persiapan sudah dilakukan sejak pukul 06.30. Group rebana sudah tampil sejak pukul 07.00 untuk menyambut kehadiran para undangan. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00. Daftar hadir telah disediakan oleh panitia di depan pintu.

Acara diawali dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an oleh Miftah Aditya, dilanjutkan dengan yasin dan tahlil dipimpin oleh Pak Slamet Suharjo, sambutan-sambutan, potong tumpeng dan peresmian nama Musholla oleh Kepala Sekolah.


Maka mulai hari Kamis, 16 Nopember 2017, musholla sekolahku bernama “Nurul ‘Ilmi”.

Kamis, 16 November 2017

FUTSAL

Pada hari Minggu tanggal 5 Nopember 2017, aku datang ke sekolah untuk memantau kegiatan NBL yaitu pertandingan Bola Basket antar SMP dan SMA se-kabupaten Batang di sekolahku. Di pos satpam, aku bertemu dengan Pak Aji, pembina sekaligus pelatih ektra futsal. Beliau mengatakan bahwa sejak Sabtu kemarin, tim futsal sedang mengikuti pertandingan X-Tream Futsal V di pekalongan dan berhasil memasuki babak delapan besar yang akan dilaksanakan pada hari Minggu ini juga.

Setelah melihat kondisi sekolah yang kondusif, aku berangkat menyusul Pak Aji, Pak Arif, Pak Eddy, dan Pak Sup yang terlebih dahulu sudah berada di lokasi yaitu di lapangan X-Tream Futsal di Kuripan Lor, Pekalongan. Kebetulan, pertandingan belum dimulai sehingga aku bisa mencari posisi yang strategis untuk menonton.

Satu per satu para pendukung setia dari masing-masing tim memasuki lokasi pertandingan. Tak kalah, pendukung Tim Futsal sekolahku yang berbondong-bondong mendukung timnya. Lebih dari seratus siswa dari kelas X sampai kelas XII dan bahkan para alumni datang menyaksikan dan memberi dukungan.

Pertandingan pertama dimulai pada pukul 10.00. Didukung oleh ratusan suporter setia dari ratusan siswa-siswi yang terus meneriakkan yel-yel dan lagu-lagu penyemangat, ditambah dengan dentuman drum yang ditabuh bertalu-talu, satu per satu musuh dikalahkan. Babak demi babak bisa dilewati.

Dan akhirnya.... berhasil meraih juara I.

Selamat kepada tim futsal, pembina, pelatih dan pera pemainnya:
  1. RICKY SATRIA WINATA
  2.  MARIO BAGAS ARJUNA
  3. RIZQI NUR KHARISMA
  4. MOH. IKMALUL ROZAK
  5. DINO ZAKARIA
  6. DONI SETIADI
  7. FIZAL TRILAKSONO
  8. DWI LUKMAN NUR FIRMANSYAH
  9.  MUHAMMAD ROSYID RIDHO
  10. ARYO PRAKOSA DWI HUTOMO
  11.  AFSYAR FERNANDO SOUSA
  12.  MOH. KANZI AHSAN ADE SHEVA
  13. FERRY PRIHBIYANTO
  14.  MOH. IQBAL HAFID

Selasa, 10 Oktober 2017

BÉNJÉR


“Qu’est qu’il fait?” tanyaku kepada para siswa sambil menunjukkan sebuah gambar bertema musim dan cuaca.
“Il y a une inondation,” jawab mereka serempak.
“Apa artinya?” tanyaku lebih lanjut
“Bénjér,” jawab Riska (nama samaran) dengan aksen khasnya.
“B-A: ba, N-J-I-R: njir, bénjér,” sahut Frika (nama samaran juga) sambil mengeja kata banjir per huruf tapi hasilnya tetap dibaca bénjér.

Mendengar sahutan Frika, seluruh siswa tertawa: “grrrr...”

Kata “banjir” yang diucapkan “bénjér” dengan 2 huruf “e” dibaca seperti “e” dalam kata becak menjadi terasa menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia. Namun itu adalah aksen khas  di beberapa wilayah di Kabupaten Batang. Mereka mengucapkan lima menjadi lime, sego mejadi segé, dan lain-lain. Sulit untuk merubah aksen ini. Ini adalah karakteristik mereka. Aksen ini menjadi salah satu kekayaan dan khasanah budaya di Indonesia meskipun aksen ini terasa asing di telinga orang lain.

Merasa aksennya ditertawakan oleh teman sekelasnya, Riska tak bisa berbuat banyak.

“Awas kowe, ora tak bolo,” ancamnya.


*) menurut KBBI, aksen / aksentuasi adalah pemberian tekanan suara pada suku kata atau kata

**) Awas kowe, ora tak bolo : awas kamu, nggak jadi temanku.

Jumat, 01 September 2017

MENJADI PEMBINA(SA) OSIS

Seiring pergantian tahun pelajaran, berganti pula pejabat yang harus memegang tanggung jawab di sekolah sesuai dengan batas periodenya. Pada tahun pelajaran 2017 / 2018, Pembina OSIS lama yaitu Pak Agus Ma harus naik menjadi Wakil Kepala bidang Kesiswaan menggantikan Bu Arie. Sedangkan posisi pembina OSIS diserahkan kepadaku. Awalnya aku tak bersedia untuk menduduki jabatan tersebut karena mengurusi OSIS bukan bidangku. Aku sudah menolak dengan berbagai alasan. Tapi apa daya, hasil kongkalingkong antara Waka Kesiswaan bersama mantan Waka Kesiswaan sepakat menjatuhkan pilihannya kepadaku. Alasannya sederhana dan tidak dilihat dari kemapuan, tapi karena Waka Kesiswaannya  merasa nyaman di dekatku (cieee.... ).

Aku tak bisa mengelak apalagi melarikan diri. Terpaksa (sungguh terpaksa) tugas ini harus aku jalani. Padahal pengalamanku nol. Aku belum pernah berorganisasi. Jadi ketua kelas saja aku belum pernah apalagi pengurus OSIS. Yang kutahu tentang OSIS adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah yang tertulis di saku baju sekolah yang dipakai setiap hari Senin dan Selasa dan baju itu dinamakan baju OSIS. Selain itu, yang aku  tahu tentang Ketua OSIS adalah dia menjadi siswa paling terkenal seantero sekolah dan banyak dilirik cewek-cewek.

Lalu, bagaimana cara membina OSIS kalau pembinanya tidak tahu tentang OSIS? Padahal ada pepatah yang mengatakan bahwa sesuatu yang diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kebinasaannya.

Nah lo...

Jangan-jangan aku bukan menjadi Pembina OSIS tapi menjadi Pembinasa OSIS.

GANTUNGAN ID CARD

Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 2014 pada tanggal 1 Januari 2017, maka sejak saat itu pengelolaan SMA dan SMK dialihkan dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah provinsi. Sebagai guru SMA, kami harus menyesuaikan dengan aturan provinsi, termasuk pakaian dan perlengkapannya. Entah dari mana datangnya isu yang mengatakan bahwa pegawai provinsi harus mengenakan gantungan ID Card bertuliskan “Mboten Korupsi Mboten Ngapusi”. Sebenarnya slogan ini bukan slogan Jawa Tengah. Slogan ini adalah slogan yang digunakan oleh Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko pada saat kampanye pemilihan gubernur tahun 2013. Tapi dari manapun asalnya slogan tersebut, kami tetap patuh. 

Karena di kota kami belum ada, kami pun harus tergopoh-gopoh mencari gantungan ID Card ke ibu kota provinsi JawaTengah. Dan memang ada. Artinya, gantungan ID Card itu benar-benar telah dijual di toko dan pastinya telah dipakai oleh pegawai provinsi lainnya. Maka, kami semakin mantap bahwa pemakaian gantungan ID Card ini bukan sekedar isu tapi benar-benar sesuatu yang harus dilaksanakan.

Aku pun pesan 1 buah. Mulai tanggal 20 Februari 2017 gantungan ID Card warna putih seharga Rp. 20.000,- dengan bangga kupakai menggantikan gantungan ID Card warna biru yang kuperoleh gratis dari kabupaten.

Namun baru satu minggu kupakai, tepatnya pada tanggal 28 Februari 2017 tulisan “Mboten Korupsi Mboten Ngapusi” yang menempel di gantungan ID Cardku terkelupas jatuh dan hilang.


Aku sedih.






PUTRI ..EH..KARIN

“Pak, apa kabar?” sapa seseorang di WhatsApp dengan nomor yang belum kukenal. Ketika kulihat foto profilnya, baru aku mengenalinya.
“Alhamdulillah sehat-sehat. Gimana kabar Karin?” tanyaku balik menyapanya
“Alhamdulillah sehat Pak. Hehe..jadi ikutan panggil Karin,” jawabnya
“Soalnya sekarang sudah beli radio,” sahutku
“Jadi malu pak,” katanya
“Lha kok malu...  Semangat terus. TOP banget. Suaranya menggemaskan” lanjutku
“Haha..terima kasih Pak,”

Itu sekelumit obrolanku dengan Putri, siswaku yang telah lulus 2 tahun yang lalu. Sekarang dia mempunyai nama udara “Karin” sejak menjadi penyiar radio MFM. Sebenarnya  sudah lama dia memintaku untuk mendengarkan siarannya di gelombang 106,2 FM pada pukul 16.30 – 17.30. Tapi apa daya, aku tak punya radio.

Nah, baru beberapa minggu ini aku bisa mendengarkan radio. Aku baru membeli speaker aktif yang bisa tersambung dengan radio.

Pertama kali mendengar suaranya, aku sempat tak percaya. Nama “Karin” yang dia pakai saat on air benar-benar mengecohku. Aku sama sekali tak percaya yang sedang aku dengarkan adalah suara Putri. Aku tak mengira anak yang ramah dan santun ini, yang dulu suaranya kelihatan biasa-biasa saja ternyata mempunyai suara yang centil dan menggemaskan, pas dengan program khusus untuk anak muda yang dia bawakan.

Setelah beberapa kali medengarkan siarannya, sekarang aku jadi ketagihan memutar gelombang 106,2 FM tiap sore.


Demi mendengarkan suara Karin.

Selasa, 29 Agustus 2017

SERAGAM BATIK MERAH

Malam ini aku mendapat pesan lewat group di whatsapp : “Dalam rangka kunjungan gubernur ke sma 1 besok rabu, mohon bp/ibu untuk berseragam batik merah. Trim atas perhatiannya”.

Karena seragam batik merahku belum kuseterika, maka malam ini aku harus menyeterikanya. Seragam ini tidak selalu kukenakan dalam satu minggunya karena seragam ini termasuk batik bebas yang boleh dikenakan pada hari Rabu dan Jum’at. Makanya, seragam ini sering kuabaikan. Kadang belum diseterika dan kadang belum dicuci. Namun khusus dalam rangka Roadshow Gubernur Jawa Tengah ke Kabupaten Batang, Tegal dan Pekalongan pada tanggal 30 Agustus sampai 1 September 2017, kami dimohon untuk mengenakan seragam batik merah ini.

Kenapa harus batik merah?

Kita sangat mafhum dengan kondisi negeri ini dan kita harus tahu dan paham dengan latar belakang (terutama politik) para pejabat negeri ini. Sebagai pegawai negeri sipil yang berada di bawah pemerintahan, kami terbiasa mengkondisikan diri dengan keadaan yang ada. Maka tak heran, kami dihimbau untuk mengenakan seragam batik merah pada saat Bapak H. Ganjar Pranowo berkunjung ke Batang. Padahal dalam jadwal kunjungan, tidak ada rencana mengunjungi sekolah kami. Tetap saja, kami harus mengkondisikan dengan situasi. Siapa tahu, tiba-tiba ada rencana mendadak untuk mengunjungi sekolah kami walaupun tidak ada dalam rencana kunjungan.

Soal seragam merah ini, alhamdulillah kami sudah lama mempunyainya. Bahkan tidak hanya merah, kami juga punya seragam kuning, hijau, biru dan putih. Jadi sewaktu-waktu ada kunjungan pejabat dengan latar belakang apapun kami siap.

Sabtu, 26 Agustus 2017

SHOLAT DUHUR DI SEKOLAH

Siang itu kami berebut air wudlu. Setelah kurang lebih 10 menit antri akhirnya giliranku untuk berwudlu di kran ke 7 dari 10 titik kran yang ada di tempat wudlu laki-laki. Syukurlah, tepat ketika wudluku selesai, Mas Slamet mengumandangkan iqomah. Namun, aku tak kebagian tempat di dalam. Mushola berukuran 8 x 8 meter itu telah penuh dengan jama’ah laki-laki di sebelah kiri dan jama’ah perempuan di sebelah kanan. Aku mengikuti jama’ah sholat duhur di serambi mushola sebelah kiri. Serambi berukuran 4 x 10 meter ini dibangun untuk menampung jama’ah yang sering membeludak. Pada semester lalu, serambi ini nyaris tak terpakai karena jama’ah sholat duhur bisa  tertampung semua di dalam mushola. Namun, semester ini, sejak diberlakukan 5 hari sekolah, jama’ah selalu membeludak. Maklum, mereka yang biasa sholat duhur di rumah sepulang sekolah, sekarang mereka harus sholat duhur di sekolah karena sekolah usai pada pukul 15.30. Daya tampung mushola ini sekitar 100 orang jama’ah. Dengan adanya serambi ini, sekarang mushola ini bisa menampung kurang lebih 200 jama’ah.

Selesai tahap pertama, sholat berjama’ah dilanjutkan dengan tahap ke-2.

Hari ini, sholat duhur dilaksanakan 2 tahap sebelum waktu istirahat selesai dan bel masuk kelas berbunyi. Waktu istirahat berdurasi 30 menit yaitu dari pukul 12.00 sampai pukul 12.30. Dengan daya tampung mushola yang hanya 200 jama’ah dan hanya ada 20 titik kran untuk wudlu, kami membutuhkan banyak waktu untuk melaksanakan jama’ah sholat duhur. Untuk tahap pertama, kami membutuhkan waktu 10 menit hanya untuk mengambil wudlu. Untuk persiapan sholat, berdoa setelah sholat, dan keluar dari mushola membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Total waktu yang kami butuhkan sekitar 15 menit. Untuk tahap kedua bisa lebih pendek karena jama’ah tahap kedua bisa mengambil wudlu ketika jama’ah tahap pertama sedang melaksanakan sholat. Jama’ah tahap kedua hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Jadi waktu yang dibutuhkan untuk sholat berjama’ah adalah sekitar 25 menit.

Masih adakah tahap ke-3? Masih, hanya beberapa orang. Itupun dengan resiko mereka terlambat masuk kelas, kemudian harus berbasa-basi memberikan alasan kepada guru di kelas, kemudian dipersilahkan duduk atau harus menerima hukuman.

Dengan pelaksanaan 2 tahap sholat berjama’ah, sholat duhur hanya diikuti oleh 400 orang. Padahal siswa muslim di sekolahku berjumlah 860. Pertanyaannya, sisanya melaksanakan sholat dimana?
Satu Kompetensi Sikap yang harus dimiliki oleh siswa yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME terganggu karena mereka tidak mempunyai (diberi) kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan baik. Sekolah tidak mempunyai sarana kegiatan ibadah yang memadai bagi siswa. Walaupun dalam Permendikbud No. 23 2017 tentang hari sekolah disebutkan bahwa pemenuhan sarana dan prasarana dilakukan secara bertahap.

Apa solusinya?
  • Waktu istirahat diperpanjang.
Dengan waktu istirahat yang panjang, siswa mempunyai kesempatan  untuk melaksanakan sholat dan makan siang. Namun demikian, resikonya adalah waktu pembelajaran menjadi mundur. Waktu pembelajaran yang biasanya selesai pada pukul 15.30 mundur menjadi pukul 16.00.
  • Sholat di luar sekolah.
Siswa diarahkan untuk sholat di masjid-masjid terdekat di sekitar lingkungan sekolah. Akan tetapi, masjid terdekat dari sekolah berjarak sekitar 500 meter. Kapasitas masjid itupun hampir sama dengan mushola sekolah. Masjid yang bisa menampung jama’ah 1000 orang berjarak sekitar 1 km dari sekolah. Impossible. Waktu istirahat hanya 30 menit.
  • Musholanya diperbesar.
Seharusnya sekolah mendirikan mushola baru yang bisa menampung  jama’ah 860 orang. Ukuran luas ideal untuk menampung jumlah jama’ah sebanyak itu adalah sekitar 800 meter persegi. Padahal, membangun bangunan sebesar itu tidak semudah mencari kutu di kepala botak. Membutuhkan dana ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Membutuhkan waktu yang panjang. Lebih lagi, sekolah kami tidak punya lahan kosong seluas itu.
  • Sholat di kelas.
Untuk sementara, hal ini menjadi alternatif terbaik. Beberapa siswa terpaksa menjalankan sholat di kelas dengan menggelar tikar di sela-sela meja dan kursi. Wudlu pun tidak harus antri di tempat wudlu karena ada titik-titik keran di depan kelas atau di taman sekolah.

Bagaimana ini Pak Menteri Pendidikan?

Senin, 21 Agustus 2017

TUGAS WAKA SARANA DAN PRASARANA

Di kursi depan, kursi tempat biasanya kepala sekolah duduk memberikan briefing setiap pagi, Pak Agus Hary duduk bertelekan tangan di atas meja. Kedua tangannya dilipat di atas meja. Kepalanya bersandar di atas kedua tangannya.  Wajahnya nampak lelah.

“Pak Agus Hary nampak tenanan memikirkan sekolah ya Pak,” kataku kepada Pak Ros yang duduk di sebelahku.

Pak Ros hanya tersenyum. Sebagai asisten Pak Agus Hary, Pak Rosidi tentu sangat memahami kondisi “boss”nya pada hari-hari ini. Beberapa hari yang lalu, Pak Agus Hary harus bolak-balik ke Semarang untuk mengurus proposal DAK (Dana Alokasi Khusus) untuk memperbaiki 2 ruang kelas. Sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana, beliau bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan proyek ini. Malangnya, pengurusan proyek ini harus di Semarang. Sebuah kota dengan jarak yang tidak pendek jika ditempuh dari Batang. Untuk menempuh perjalanan tersebut, tidak hanya menyita tenaga tapi juga harus kesabaran karena jalan pantura yang acap kali macet. Maka tak heran, kondisi Pak Agus Hary nampak menurun drastis. Keceriaannya berkurang. Dalam kondisi seperti ini, tak ada seorang pun bisa menghiburnya. Pak Ros sebagai asistennya tak bisa membantu banyak karena beliaupun mempunyai tugas mengurusi seluruh taman di sekolah ini. Sang bendahara, Bu Us yang bisa mengurangi beban dan pikiran karena biasa menjadi sasaran godaan Pak Agus Hary, hari ini juga ijin tidak masuk karena kurang enak badan. Rekan-rekan sesama guru tak bisa berbuat banyak.

Tugas seorang wakil kepala sekolah di bidang sarana dan prasarana tidaklah ringan. Tugasnya tidak hanya ketika menerima proyek seperti sekarang ini. Setiap hari beliau harus bertanggung jawab terhadap seluruh sarana dan prasarana sekolah. Dari mengurusi jaringan internet sampai mengganti bola lampu yang pecah. Dari membangun ruang kelas baru sampai mengganti galon air di ruang guru. Setiap hari beliau mengawasi, mengontrol, dan merawat sarana tersebut. Tenaga dan pikiran belaiau benar-benar tercurahkan untuk sekolah. Maka, tak ada ucapan yang pantas disampaikan kepada beliau selain “salut” dan “terima kasih”. Lebih salut lagi karena beliau mengerjakan ini tanpa kejelasan gaji/tunjangan.


tenanan : sungguh-sungguh.

Sabtu, 22 April 2017

TENTANG CITA-CITA

Aku dan anak laki-lakiku terlibat dalam diskusi serius tentang masa depan. Anakku baru berumur 8 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SD. Dia biasa dipanggil “Dede”karena dia anak ragil. Dia bercerita tentang cita-citanya yang telah berubah sejak 1 jam yang lalu.

“Pa, cita-cita Dede sudah ganti. Sekarang Dede nggak pingin lagi jadi penjual roti bakar,” katanya serius.

Tak terbayang betapa bahagianya diriku mendengar berita ini. Aku termasuk salah satu ayah yang mendambakan anaknya mempunyai cita-cita yang tinggi setinggi langit. Maka ketika beberapa bulan yang lalu anakku  berkata bahwa dia ingin menjadi penjual roti bakar, aku menjadi sedih. Penjual roti bakar yang sering menjadi langganannya ternyata menjadi tokoh idola. “Cita-cita kok menjadi penjual roti bakar,” kataku dalam hati saat itu. Sekarang, dengan mengatakan bahwa dia sudah merubah cita-citanya, aku berharap bayangannya tentang masa depan menjadi lebih baik. Artinya dia sekarang menyadari bahwa dokter, tentara, direktur, menteri, atau presiden adalah pilihan yang lebih baik.

“Lalu, sekarang pingin jadi apa?” tanyaku dengan hati berbunga-bunga.
“Penjual sosis bakar,” jawabnya

Ha? Aku terbelalak. Untuk kedua kali hatiku terkejut. Harapanku akan sesuatu yang jauh lebih baik terhadap anakku terkubur lagi. Aku mencoba mencari tahu alasan apa yang mendasarinya ingin menjadi penjual sosis bakar. Dengan menahan rasa gemas, aku mencoba bertanya kepadanya:

“Kenapa milih jadi penjual sosis bakar?”
“Soalnya, penjual roti bakar sehari hanya dapat untung 20 ribu. Sedangkan penjual sosis bisa mendapat 30 ribu,” jelasnya

Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Walaupun masih kaget dengan alternative cita-citanya, aku mencoba berdamai dengan keadaan. Tak mungkin pula bagiku untuk menyakiti hatinya dengan cara memaksanya untuk merubah-cita-citanya.

“Ya tak apa-apa. Tapi Dede harus tahu, kenapa penjual sosis bakar mendapat untung 30 ribu,” kataku
“Soalnya sosis bakar lebih enak jadi lebih banyak yang beli,” jawabnya
“Kalau itu sih selera. Besok kalau sudah bosan, mereka beli roti bakar lagi. Yang laris roti bakar lagi. Yang dapat untung lebih banyak penjual roti bakar.”
“Iya sih. Tapi lebih mudah bikin sosis bakar. Tinggal diiris-iris sedikit pinggirnya, terus dibakar. Lalu diberis saos, kecap sama mayonnaise. Selesai. Kalau roti bakar lebih ribet. Diberi strawberry, coklat, keju. Luarnya diolesi mentega. Dibolak-balik. Olesi mentega lagi,” katanya dengan mantap sambil matanya menerawang ke langit.


Huft.

PIDATO MENDIKBUD

Pada pidato pembukaan kegiatan “Sosialisasi dan Penandatanganan MoU Pemberian Bantuan Pemerintah Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMA dan SMK” pada hari Jum’at tanggal 21 April 2017 di LPMP Semarang, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Prof Dr. Muhadjir Effendy, MAP menyampaikan beberapa hal :

Guru
Guru adalah the significant other yaitu orang yang secara nyata penting bagi murid. Guru mempunyai sikap altruis yaitu sikap untuk mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain.

Ujian Nasional
  • Banyak Kecurangan
  • Nilai UN sangat rendah
  • Yang membuat soal Ujian Nasional 1/3 guru dan 2/3 dosen. Jadi nggak nyambung
  • Ujian Nasional seperti mau perang: takut, tegang, dll.
“Oleh karena itu, saya minta ujian nasional dimoratorium maksudnya karena Ujian Nasional tidak bermutu ya dihentikan dulu. Selama ini Ujian Nasional seperti orang yang berjerawat. Berkaca terus supaya jerawatnya hilang dan tanpa diobati. Jerawat ya harus diobati dulu kemudian sekali-sekali berkaca.”
Yang mengajar adalah guru maka evaluasi harus dilakukan oleh guru. MGMP dan KKG harus ditingkatkan, agar guru berdaulat. Alokasi anggaran untuk KKG dan MGMP ditingkatkan.

Siswa
Pilihan murid harus diluruskan. Siswa SMA melanjutkan kuliah, siswa SMK Kerja. Jangan terbalik.
Penjurusan dan pilihan jurusan di perguruan tinggi : anak IPA ya milih jurusan di perguruan tinggi ya IPA. IPS ya milih jurusan di perguruan tinggi ya IPS. Jangan IPC.
Karakter siswa harus ditekankan. Kejujuran. Contoh, laporan keberhasilan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang ternyata hanya 70 % jangan dilaporkan 94 %.

Semboyan Tut Wuri Handayani 
Semboyan pendidikan harus dilengkapi, tidak hanya Tut wuri handayani . Slogan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara ada 3 :
  • tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
  • ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide),
  • ing ngarsa sung tuladha (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).
“Pantas, guru tak bisa menjadi teladan karena hanya tut wuri handayani (mendorong dari belakang)”.

Hari Kartini
Hari kartini adalah peringatan untuk menunjukkan emansipasi wanita, kesetaraan wanita dengan pria. Hal ini telah dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang ilmuan sosial asal Jerman dalam psikoanalisisnya. Dalam teori ‘penis-envy’-nya, dia mengatakan bahwa wanita ingin sejajar dengan pria karena kecemburuan pada penis. ini terjadi ketika anak perempuan menyadari bahwa ia tidak memiliki penis yang secara jelas terlihat, menonjol dan besar layaknya saudara laki-laki atau teman bermainnya. Segera saja anak perempuan memperbandingkan dengan organ seksnya yang kecil dan tersembunyi (klitoris) serta imperior jika dibandingkan penis yang superior. Hal ini terus berlanjut sampai perempuan dewasa sehingga Freud berkesimpulan bahwa perempuan itu diciptakan karena kecemburuan terhadap penis (penis-envy) yang dimiliki oleh laki-laki yang semakin menguatkan posisi dan perannya terhadap masyarakat, khususnya perempuan.

Tunjangan Profesi
Efek tunjangan profesi :
  • Kredit mobil. (pesan: jangan hanya untuk beli mobil,tapi juga untuk refresing. Jalan-jalan ke Bali, Raja Ampat)
  • Perceraian guru meningkat. Yang banyak menuntut cerai adalah ibu guru. Padahal perceraian juga menggunakan anggaran pendidikan.

Karya Ilmiah Guru
“Guru kok membuat karya ilmiah, pakai tinjuan teoritik segala. Buat apa? Guru cukup membuat cerita pengalaman mengajar di kelas saja.”

Pembelajaran
Pembelajaran tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang. Siswa PAUD tidak boleh diajari membaca, menulis dan berhitung. Belum saatnya.
Permendikbud tentang 5 hari sekolah telah ditandatangani. Waktunya panjang jadi ada pendidikan karakter. Diniyah dimasukkan ke dalam program sekolah. Alasan lainnya adalah: hari Sabtu orang tua libur kok anaknya sekolah (red. maaf Pak Menteri, itu kan yang PNS. Lha yang petani, pedagang, nelayan?)
Mata pelajaran dikurangi. Mata pelajaran sekarang terlalu banyak
"Jadi jangan harap permintaan guru TIK supaya pelajaran komputer masuk menjadi pelajaran lagi akan dikabulkan. Wong pelajaran sekarang saja mau saya kurangi"

Itulah beberapa hal yang disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Prof Dr. Muhadjir Effendy, MAP


Catatan Red. Seperti Bapak katakan bahwa kebijakan memang mempunyai 2 dampak yaitu intended impact (dampak yang diharapkan) dan unintended impact (dampak yang tidak diharapkan). Jadi, mohon semua kebijakan dikaji secara mendalam sehingga pendidikan di Indonesia tidak lagi berubah setiap ganti menteri. Pendidikan Indonesia jangan dibuat coba-coba lagi Pak Menteri. Generasi Muda bukan kelinci percobaan. 

DIBUKA OLEH PAK MENTERI

Kegiatan “Sosialisasi dan Penandatanganan MoU Pemberian Bantuan Pemerintah Kurikulum 2013 bagi Guru Sasaran Jenjang SMA dan SMK” dari hari Jum’at tanggal 21 sampai hari Sabtu tanggal 22 April 2017 di LPMP Semarang yang sedianya dibuka pada pukul 09.45 terpaksa ditunda. Hal ini dikarenakan kebetulan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yaitu Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP. yang sedang melakukan kunjungan kerja ke sekolah-sekolah di Kabupaten Semarang akan mampir ke LPMP pada pukul 13.00 setelah sholat Jum’at dan diharapkan bisa membuka kegiatan ini.

“Wuih keren nih... kegiatan ini akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,” kataku dalam hati sambil berharap nanti bisa bersalaman dan berfoto bersama Bapak Menteri dan dengan bangga bisa dipajang di Media Sosial.

Lalu, kegiatan awal apa? Ternyata langsung pemaparan materi tentang sosialasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA yang diisi oleh Ibu Ratna Arifah, S.Pd., M.Si selaku ketua kegiatan ini. Pemaparan ini berlangsung sampai pukul 11.45. Untuk selanjutnya para peserta kegiatan yang terdiri dari kepala sekolah, bendahara dan operator dipersilahkan berisap-siap menunaikan sholat Jum’at dan setelah makan siang, sebelum pukul 13.00 nanti diharapkan sudah berada di Aula Utama LPMP untuk mengikuti acara pembukaan. Sekali lagi, yang akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Setelah sholat Jum’at, aku bersama teman sekamarku, Mas Eko selaku operator segera menuju ruang makan dengan kondisi pakaian yang sudah rapi untuk mengikuti acara pembukaan. Sekali lagi, yang akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Di aula utama, aku mencari posisi yang strategis yaitu di kursi paling pinggir, tepat di tepi jalan dari pintu masuk belakang menuju arah panggung aula. Kutempatkan diriku senyaman mungkin. Sekali dua kali kurapikan bajuku kembali. Kucium aroma parfum yang baru kusemprotkan tadi di kamar. Hmmm..wanginya masih jelas walaupun sedikit bercampur dengan bau keringat. Tapi tak apalah. Kupegang dan kuhitung kembali kancing bajuku, siapa tahu ada yang lepas atau dendek (kancingnya salah masuk). Kusiapkan gadgetku untuk mengambil gambar.  Kusambungkan wifi, siapa tahu bisa live streaming.

Dengan penuh perhitungan, kurencanakan langkah apa yang akan kulakukan ketika Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nanti lewat di sebelahku. Langkah petama, tentu saja berdiri dengan sigap dan santun. Langkah kedua, senyumku harus mengembang. Langkah ketiga, aku akan geser kanan satu langkah keluar dari tempat dudukku, lalu hadap kanan dan mengacungkan tangan untuk bersalaman. Terus yang mengambil foto siapa? Jangan khawatir, gadgetku sudah kutempatkan di atas meja, kuganjal dengan tas dan kuarahkan tepat ke arah aku dan Pak Menteri bersalaman. Tentu saja, dengan mode video on dan live streaming.

Waktu memasuki pukul 13.15. Belum ada tanda-tanda Pak Menteri datang. Aula telah penuh dengan para peserta. MC di depan berkali-kali menghimbau para peserta untuk menempati kursi depan yang masih kosong.

Pukul 13.30. MC mengumumkan bahwa Pak Menteri telah berada di LPMP.

Pukul 13.45, belum ada tanda-tanda Pak Menteri hadir.

Pukul 14.15 nampak petugas mondar-mandir, juru foto maju ke depan. Ini dia saat yang kutunggu-tunggu. Pak Menteri datang. Hatiku deg-degan. Kutata dan kupersiapkan lagi langkah-langkah yang akan kulakukan.

“Kita sambut Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr. Muhadjir Effendy,” teriak MC di depan.

Kutengok ke belakang, dari jalan di sampingku sampai pintu masuk. Sepi. Bahkan petugas pun tak ada yang berjaga di pintu belakang. Mana Pak Menteri?

“Selamat datang Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Prof Dr. Muhadjir Effendy, MAP.”

Lho..lho... Pak Menteri sudah di depan. Dari mana datangnya?


Ealaahh.. ternyata lewat pintu samping. 

Minggu, 12 Februari 2017

JANGAN TELANJANG BULAT

Salah satu Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Perancis adalah mengenal musim dan cuaca. Selain musim-musim yang ada di perancis yaitu le printemps, l’été, l’automne,l’hiver, aku juga menjelaskan tentang cuaca dan apa aktivitas yang secara umum dilakukan.

Aku bertanya kepada para siswa :
Qu’est-ce que tu fais quand il fait beau? (apa yang kamu lakukan ketika cuaca cerah?)
Dengan semangat, mereka menjawab : Je me promene (aku berjalan-jalan), je joue le football avec mes amis (aku bermain sepak bola bersama teman-temanku)

Selanjutnya aku bertanya: “Qu’est-ce que tu fais quand il fait chaud?” (apa yang kamu lakukan ketika cuaca panas?). Mereka pun menjawab dengan antusias : je prends un chapeau (aku memakai topi), je bois du jus de fruit (aku minum jus buah). 
Tiba-tiba salah satu siswa menjawab dengan beteriak, “telanjang Pak”
“Ha...telanjang? Mais oui, d’accord, tapi nggak boleh telanjang bulat ya” kataku
“Kenapa nggak boleh telanjang bulat Pak?” tanyanya
“karena bulat milik tahu,” jawabku

tahu bulat
digoreng
dadakan
lima ratusan

gurih gurih nyoi