“Pa... di sekolahku kan lagi musim stick,” kata anakku,
Azam, sepulang sekolah.
“Stick apa?” tanyaku
“Stick es krim. Buat ditandingin. Caranya dipukul pakai
tangan. Dua telapak tangan digabungin, terus dipukulkan ke lantai. Sticknya di
depan tangan. Tapi mukulnya nggak kena sticknya. Nanti kan sticknya
meloncat kena anginnya. Nah, stick siapa yang bisa berada di atas stick
lawannya, dia lah yang menang,” jelasnya dengan panjang lebar.
“Terus Azam mau ikutan? Terus mau beli stick juga buat
mainan?” cecarku.
“Nggak,” jawabnya tegas
“Terus mau ngapain?” tanyaku curiga
“Mau jualan stick,” jawabnya enteng
Besoknya...
“Pa, Azam dapat uang Rp. 20.000,-“ lapornya
“Uang dari mana?” tanyaku penasaran
“Jualan stick,” jawabnya
“Emangnya kamu dapat stick dari mana?”
“Kemarin kan Azam kulakan stick ke Lek Di. Rp.
2.000,- dapat 50 stick. Terus Azam jual Rp. 500,- per 2 stick,”
“Weh, emang laku dijual segitu?” tanyaku
“Kalau yang biasa-biasa nggak laku. Azam tawarkan
Rp.500,- per 10 stick, nggak ada yang beli. Yang laku tuh yang ada
gambarnya,” terangnya
“Kok ada gambarnya. Stiker maksudnya?”
“Bukan. Azam gambari sendiri pakai pulpen. Gambarnya
macam-macam. Ada yang garis-garis. Ada bulatan-bulatan. Ada yang gambar ayam.
Ada yang gambar kuda. Ada yang gambar mobil. Ini aja sudah ada yang pesan lagi,”
jelasnya
Bakat atau ......? Sekolah kok jualan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar