(Ini cerita dari ustadzah anakku saat masih duduk di bangku TK Ya Bunaaya, Kalisalak, Batang)
Sepasang angsa baru milik ketua Yayasan di sekolah TK anakku selalu mengejar siapapun orang yang ada di sekitarnya. Tak terkecuali siswa-siswa TK dan para ustadzahnya. Tak sedikit siswa-siswa yang menangis ketakutan dikejar dan disosor angsa tersebut.
Suatu ketika, angsa tersebut menyosor anakku Azam yang sedang asyik bermain di halaman sekolah. Bukannya ketakutan dan lari, Azam balik menyerang angsa-angsa tersebut. Dengan berbagai jurus tendangan dan pukulan tanpa mengenal takut, Azam berusaha menghalau angsa-angsa tersebut. Merasa mendapat perlawanan, angsa-angsa tersebut mundur. Melihat lawannya mundur, Azam tidak menghentikan aksinya. Dengan jurus keduanya, Azam mengejar angsa-angsa tersebut. Angsa itupun lari terbirit-birit. Dengan suara "ngaaak...ngaaaak" yang agak tertekan dan intonasi yang tak beraturan sambil berlari, sebenarnya angsa-angsa tersebut memberi isyarat bahwa mereka sudah menyerah. Akan tetapi, Azam tak menghentikan aksinya. Dia terus mengejar-ngejar kedua angsa tersebut. Tak peduli harus blusukan ke kebun singkong dan kebun sengon. Lembah dan hutan dilewati, gunung didaki, dan lautan diseberangi. Sampai akhirnya, angsa-angsa tersebut ndeprok kelelahan di bawah pohon pisang. Azam bersiap-siap dengan jurus pamungkasnya, tapi dari kejauhan ustadzahnya memanggil.
"Azaaam...Azaam. Sudah...kembali ke kelas,"
Dengan muka yang masih marah, Azam hanya bisa mengancam: "Awas kamu ya .... kalau nakal lagi,"
Sejak saat itu, setiap angsa-angsa tersebut menyerang, teman-temannya dan para ustadzahnya berteriak : "Azaam...Azaam". Dan ketika melihat Azam datang, angsa-angsa tersebut pun lari terbirit-birit.
*)ndeprok : jatuh terduduk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar