Sebelum dimulai, komandan upacara merapikan barisan. Ada 5 barisan peserta upacara yaitu polisi, korpri, OSIS, pramuka, dan tamu undangan. Tentu saja, aku masuk dalam barisan korpri. Komandan upacaranya berseragam polisi lengkap dengan sebuah pedang panjang. Komandan upacara mengeluarkan pedang saat upacara akan dimulai. Baru kali ini, aku melihat pedang polisi dari dekat. Mengkilat, tipis dan lentur seperti pedang samurai.
Inspektur upacaranya (menurut pembawa acara) adalah kapolres Batang. Dari papan nama yang sempat aku lirik ketika beliau memasuki lapangan upacara, namanya Widi Atmoko. Beliau nampak gagah memakai jas hitam dengan berbagai tanda jasa dan lencana di dadanya dan memegang tongkat komando.
Komandan upacara maju beberapa langkap. Pedang diangkat lalu diacungkan ke kanan bawah dan dibalas dengan tangan hormat oleh isnpektur upacara.
"Lapor, upacara ziarah pahlawan dalam rangka memperingati hari pahlawan tanggal 10 november 2014 siap dimulai," lapor komandan upacara
"Laksanakan," perintahnya ketika komandan upacara melapor.
"Laksanakan," jawab komandan upacara
Upacara ini dilaksanakan di halaman makam. Barisan berdiri menghadap ke arah tugu peringatan dan area makam. Walaupun di sekeliling makam ini banyak pepohonan, tapi matahari bulan November tetap menyengat di ubun-ubun. Nyatanya, baru saja upacara dimulai, dua orang peserta upacara pingsan.
Kuperhatikan, ada 2 orang polisi berdiri mematung di kanan dan kiri tugu peringatan. Kasihan yang sebelah kiri, kepanasan tertimpa matahari penuh dari timur. Sedangkan yang sebelah kanan, teduh di bawah bayang-bayang tugu.
Tidak seperti upacara rutin di sekolahku, upacara hari pahlawan tidak ada acara pengibaran bendera, pembacaan teks Pancasila, pembacaan teks pembukaan UUD 45 dan amanat inspektur upacara. Diawali dengan laporan dari komandan upacara kepada isnpektur upacara. Dilanjutkan dengan mengheningkan cipta diiringi lagu syukur, kemudian hormat kepada arwah pahlawan, peletakkan karangan bunga, pembacaan do'a dan diakhiri dengan tabur bunga. Acara tabur bunga ini lakukan oleh inspektur upacara dan para tamu undangan yang terdiri dari para pejabat pemerintah dan para veteran perang. Nampak Bapak Wakil Bupati beserta jajaran dinas kabupaten dan para pejabat militer mengikuti inspektur upacara untuk menabur bunga. Mereka berpakaian jas lengkap. Diiringi lagu "gugur bunga", 4 siswaku membawa nampan berisi bunga untuk ditaburkan oleh para pejabat tersebut. Tentu saja bunga setaman alias berbagai macam bunga ada mawar, melati, cempaka, kantil, dan lain-lain.
Kapan aku bisa menabur bunga di makam pahlawan? Entahlah. Menunggu sampai jadi pejabat. Sepertinya mustahil. Menunggu aku jadi bupati. Lebih mustahil lagi. Selama ini aku hanya bisa menabur bunga di makam simbahku, itupun memakai bunga kamboja yang kupunguti di area makam.
Selesai menabur bunga, upacara pun selesai.
"Upacara telah dilaksanakan. laporan selesai" lapor komandan upacara kepada inspektur upacara.
"Bubarkan," kata inspektur upacara.
"Bubarkan," kata komandan upacara mengulangi kata-kata inspektur upacara.
Pasukan dibubarkan
"Tanpa penghormatan, bubar barisan, jalan"
Pengalaman mengikuti upacara di taman makam pahlawan ini sangat berharga karena tidak semua orang berkesempatan mengikuti upacara seperti ini. Siswa-siswaku juga memanfaatkan momen ini dengan baik. Setelah upacara, mereka tak mau pulang. Kesempatan yang langka ini, mereka manfaatkan untuk bersalaman dengan Bapak Wakil Bupati, berfoto-foto dan ber-selfie ria di taman makam pahlawan.
Hanya di taman makam pahlawan ini mereka bisa nyaman berfoto-foto karena tak mungkin mereka melakukannya di pemakaman umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar