Malam Jum’at kliwon itu, aku bersama istri
dan anak-anakku jalan-jalan ke alun-alun untuk mengunjungi kegiatan yang paling
populer di kotaku yaitu kliwonan. Kliwonan adalah kegiatan semacam pasar malam
yang diselenggarakan setiap malam Jum’at kliwon dari sore sampai malam. Ratusan
pedagang tumpah ruah di acara kliwonan ini. Ada pedagang pakaian anak-anak,
pakaian wanita, pakaian dalam, tas, sabuk, dompet, tanaman, ikan, makanan,
sampai berbagai macam odong-odong. Mereka menggelar dagangannya di bawah tarub yang
disewakan oleh pemda atau hanya menggelar dagangannya tanpa tarub alias
beratapkan langit.
Konon, kliwonan bukan hanya sekedar pasar malam. Kliwonan adalah tradisi yang diadakan untuk mengenang leluhur masyarakat Batang yaitu Bahurekso yang pernah bersemedi di sungai Lojahan atau Kramat pada malam Jum’at kliwon untuk mendapatkan kekuatan pada saat akan babad alas (membuka kawasan) Batang.
Selain itu, kliwonan digunakan sebagai sarana ritual ngalap berkah (mencari berkah). Kalau ini, tergantung niat masing-masing. Orang yang ke kliwonan berniat membeli sesuatu, di sini tersedia berbagai macam dagangan. Berkahnya, pilihannya banyak dan bebas menawar harga. Orang yang ke kliwonan berniat hanya untuk jalan-jalan, di sini bertemu banyak orang: aki-aki, bayi, remaja, bujangan, perawan, laki-laki, perempuan, setengah laki-laki, setengah perempuan. Berkahnya, bisa cuci mata.
Kliwonan juga diguanakan untuk melakukan ritual pengobatan anak dan mencari jodoh. Ritual pengobatan anak dan mencari jodoh dilakukan dengan cara mandi gulingan di tempat wudlu masjid agung sebelah selatan, kemudian membuang pakaian bekas yang dipakainya sewaktu ritual gulingan dan membagi-bagikan uang logam serta jajan pasar. Untuk ritual yang satu ini, aku begitu penasaran dan suatu saat aku ingin menyaksikannya. Seheboh apa sih, mandi sambil gulingan? Dan uang logam dan jajan pasarnya itu loh ! Tentu saja, aku tidak akan melakukan ritual pengobatan dan mencari jodoh. Selain anakku tidak ada yang sakit, aku juga sudah punya jodoh. Jodoh satu saja sudah cukup merepotkan.
Ada mitos yang beredar luas bahwa jika berdagang di pasar malam kliwonan akan menjadikan dagangannya laris. Karena itu, banyak pedagang yang nekad untuk berjualan di kliwonan walaupun banyak halangan menghadang: hujan, petir, angin, tak kebagian tempat dan tak kebagian lampu penerang, yang penting bisa berjualan di kliwonan.
Mitos lainnya yaitu makan gemblong dan klepon di kliwonan juga dipercaya akan memanjangkan umur, Tapi sekarang sudah jarang ditemui pedagang gemblong dan klepon. Lebih banyak pedagang roti bakar, roti bandung, martabak telor, fried chicken, molen, dan tahu aci, Mungkin soal makanan mengikuti selera masyarakat. Tak ada gemblong dan klepon, roti bakar dan ayam goreng pun ok.
Ada kepercayaan juga bahwa di antara pengunjung yang datang di pasar malam kliwonan tidak semuanya manusia tetapi juga makhluk halus. Konon katanya, para makhluk halus yang bertempat tinggal di pohon beringin yang ada di tengah-tengah alun-alun turut meramaikan kliwonan dan mendo-mendo (mengubah bentuknya) menjadi manusia biasa. Menurut mitos juga, untuk membuktikan kebenarannya adalah dengan cara melihat dengan kepala terbalik yaitu kaki mengkangkang, badan membungkuk ke bawah, mata melihat ke belakang melalui celah di antara kaki. Dengan cara seperti itu para makhluk halus itu dapat dilihat. Ciri-cirinya adalah tubuhnya melayang dan kakinya tidak menyentuh tanah. Setelah berpikir panjang, aku tak jadi melakukan pembuktian ini. Bayangkan saja, di antara kerumunan banyak orang, kita nunging-nungging hanya untuk melihat sesuatu dari bawah. Apa yang kelihatan? Ah, lebih mengerikan.
Tujuan utamaku ke kliwonan saat itu adalah membeli baju untuk anak. Setelah memilih dan menawar, akhirnya kami mendapatkan apa yang diinginkan. Sambil melihat kanan kiri, istriku rupanya tertarik dengan pakaian dalam. Akhirnya kami mampir lagi untuk memilih barang kesukaan istriku itu. Anak ragilku rewel ketika melihat penjual balon. Akhirnya, sebuah balon seharga 5 ribu kami bawa pulang juga. Kami juga berkeliling untuk menikmati keramaian kliwonan. Sekalian melakukan ritual cuci mata. Yang bening-bening bisa dimanfaatkan untuk cuci mata dengan cepat.
Sampai di bawah pohon beringin, aku merasa ada yang aneh. Lain dari biasanya. Kali ini, aroma di dekat pohon beringin sangat berbeda. Bau pesing yang biasanya tercium di bawah pohon beringin telah hilang. Ah mungkin zat amoniak yang biasanya meruap kini sudah tersedot oleh begitu banyak pengunjung dan aku tak kebagian.
Setelah puas berkeliling, kami pun pulang. Ternyata aku mendapat banyak berkah dari kliwonan yaitu istri dan anak-anakku senang.
Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar