Hari ini aku mengantuk sekali. Tadi malam aku ronda sampai pagi. Padahal hari ini jadwalku penuh dari jam pertama sampai jam terakhir.
Pada jam pertama dan kedua di kelas X MIIA, aku masih kuat untuk menahan kantuk ini. Tapi energiku lumayan terkuras untuk menahan kantuk ini. Maka, jam pertama ini otot di wajah dan leherku nampak jelas karena berkoar bahasa perancis di depan kelas. Persis seperti penyanyi amatir. Pelajaran awal ini aku akhiri dengan cukup melelahkan dan nafas ngos-ngosan.
Jeda memasuki jam ketiga aku gelontor perutku dengan minuman susu jahe, beli di kantin sekolah. Rasa jahenya ada. Tapi rasa susunya agak aneh, ada sedikit santan campur sedikit lemon. Hasilnya, perutku melilit. Agaknya angin di dalam perutku juga tak betah dan buru-buru ingin keluar dengan suara hampir nylonong begitu saja. Untung bisa kutahan. Nasib..nasib.. mengajarku tertunda karena aku harus ke belakang. Keberuntungan masih menaungiku. WC guru kosong dan masih bersih. Nampaknya belum ada satu makhluk pun yang menyentuhnya. Dengan cukup leluasa dan lega aku memposisikan diri. Dalam 15 menit aku sukses melaksanakan hajat.
Tergesa-gesa aku memasuki kelas XII IPA 1. Sejuknya toilet membantuku untuk memperbaiki penampilanku di depan kelas. Wajah sumringahku berhasil menolongku dari serangan kantuk. Suaraku bisa kugeber sampai batas volume masksimal. Sampai bel istirahat pertama berbunyi.
"Bravo" untuk diriku sendiri.
Memasuki jam ke-5 dan ke-6, aku memasuki kelas X IIS. Udara panas musim kemarau hari ini benar-benar berkompromi dengan rasa kantukku untuk melemahkan sendi-sendiku. Pada awal pelajaran, aku masih sigap. 20 menit berikutnya, aku harus menjaga kelopakku agar tidak jatuh. Berdiri, berputar, berjalan-jalan ke luar ruang sebentar untuk mencari angin adalah caraku untuk menolak rasa ingin tidurku. Mulutku tak bisa kutahan untuk menguap. Memalukan. Akhirnya pada menit ke 60 aku minta ijin ke belakang. Aku harus mencari dukungan toilet lagi supaya kembali segar. Acaraku adalah mencuci mukaku. Ketika kumasuki toilet ternyata sudah berubah. Toliet yang pagi tadi masih segar, sekarang sudah mengeluarkan aroma aslinya. Akhirnya aku urungkan niatku untuk mencari dukungan ke toilet. Westafel di depan ruang guru kujadikan sasaran. Dengan air westafel ditambah segelas air putih, muka dan tenggorokanku kembali segar. Aku kembali ke kelas.
Kondisi jam ke-7 dan ke-8 benar-benar seperti tahun 45. Aku harus berjuang hidup mati untuk mempertahankan kesadaranku. Udara yang semakin panas membuat konsentrasiku hampir hilang. berkali-kali aku minta ijin ke belakang. Cuci muka, minum air putih, cuci muka lagi, minum lagi, sampai kurebahkan kepalaku di atas mejaku di ruang guru sebentar, kembali ke kelas dan ke ruang guru lagi, minum air putih lagi, kurebah kepalaku lagi.
"Bangun Pak, Pulang Pak" kata Pak Ahmad menggoyang-goyangkan pundakku.
Kulihat sekolah sudah sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar