Namanya Juniar Candra Utama. Teman-temannya memanggil Candra. Aku lebih suka memanggilnya Jun. Sekarang dia sudah di kelas XII. Sebentar lagi lulus. Dari namanya, aku tahu ia lahir pada suatu malam di bulan Juni.
Badannya kurus kebanyakan rokok tapi dia
tak pernah terlihat merokok di sekolah. Mudah-mudahan dia konsisten menjadi
siswa yang menaati tata tertib sekolah. Polah lakunya tak pernah diam. Ada saja sesuatu yang bisa dibahas dan
dibicarakan kepada teman-temannya sehingga ia kelihatan menonjol di antara
teman-temannya.
Sebagai anak berzodiak
gemini, dia memang mempunyai kelebihan dalam komunikasi
dan bahasa. Dia pernah naik mimbar untuk mengikuti lomba da’i dalam rangka
peringatan maulid nabi Muhammad SAW di sekolah. Sejak saat itu, teman-temannya memanggilnya “kiai”. Materi dakwahnya
“Manusia berawalan huruf ‘mim’” (manusia= Indonesia, huruf
“mim”= Arab, mungkin jadi ﻤﺎﻨﻭﺴﻴﺎ . Aneh!). Tema ini
telah membawanya menjadi juara harapan 3 (dari 6 peserta). Hehe. Ke-kiai-annya semakin melambung karena
didukung oleh aktivitasnya sebagai muadzin di mushola
sekolah.
Menurut primbon, orang berzodiak gemini ini juga memiliki pesona
alami dan energi karisma yang menarik. Pantas saja, pacarnya lengket banget
kayak permen karet nempel di pantat. Ciie..ciee. (kayak jebakan betmen aja: permen karet ditaruh
di kursi biar diduduki orang kemudian orang itu
teriak-teriak karena permen karetnya tak bisa dilepas dari pantatnya).
Namun, cowok gemini biasanya tidak stabil
dan mudah berubah-ubah.
“Maka hati-hati ya Riz, jangan sampai dia
ke lain hati.” pesanku pada pacarnya.
Hobinya: mendengarkan lagu dangdut sampai bergoyang-goyang. Sekali lagi, hanya mendengarkan, bukan menyanyi. Catatan penting bagi teman-temannya: jangan
sekali-kali memperdengarkan lagu dangdut kepadanya. Pinggulnya paling tak tahan
dengan lagu dangdut. Goyang rock ‘n rollnya telah bekali-kali mengguncang pentas
dangdut 17-an di alun-alun. (Goyangannya memang agak aneh: rock campur salsa campur poco-poco)
Dalam pelajaran, dia mempunyai prinsip sendiri. Entah karena gurunya yang ganteng dan cantik ataukah ada faktor lain, dia suka sekali dengan pelajaran agama dan bahasa jawa. Saking cintanya pada kedua pelajaran tersebut, maka pelajaran yang menurutnya penting hanya agama dan bahasa
jawa. Alasannya, agama memberi petunjuk tentang dunia dan akhirat, dan bahasa
jawa di dalamnya ada ajaran budi pekerti dan sopan santun. Pelajaran yang lain,
tak penting.
“Orang tak
sekolah pun bisa ngitung duit tanpa belajar matematika”, begitu katanya.
Dalam mengikuti pelajaranku juga demikian. Ia lebih memilih tidur daripada tenggorokannya serak hampir putus karena tak bisa mengucapkan "R" Perancis.
Ketika kutanya, “bukankah harus mempelajari
pelajaran yang lain karena mau ujian?”.
“Tak perlu. Kan ada bocoran,” jawabnya
santai menohok jantungku.
Heheu, Mantab Pak..
BalasHapusMerci. Ayo terus menulis !
Hapus