"Hallo, How are you?" sapaku dalam bahasa Inggris.
Begitulah aku menyapa Pak Martin pertama kalinya. Kami sudah sering berkomunikasi lewat watshap, tapi baru kali ini bertemu langsung. Di rumahnya lah aku akan menginap selama menjalani program Bridge ini.
Pak Martin orangnya humble dan suka membaca. Banyak buku di rumahnya. Jadi, dia pasti orang pintar.
"Pak Basuki, what do you like to lunch?" tanyanya sambil membuka kulkasnya.
Aku bingung menjawabnya. Pinginnya sih nasi rames dengan lauk mendoan, ayam goreng, pete, jengkol, sambal terasi. Akan tetapi aku yakin semua itu tidak ada di rumah ini.
"Come here!" Do you eat egg? Is it halal," tanyanya sambil menunjukkan telor.
"Yes," jawabku singkat padat.
"Rice. Is it halal?" tanyanya lagi.
"Yes," jawabku singkat padat lagi.
"Potato? Is it halal?" tanyanya lagi.
"Yes," jawabku singkat padat lagi.
"Chicken?" Is it halal.
"Yes," jawabku singkat padat lagi.
Aku menjawab yes dengan dasar:
عن عائشة رضي الله عنهاأن قوما قالوا يا رسول الله إن قوما يأتوننا باللحم لا ندري أذكروا اسم الله عليه أم لا فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم سموا الله عليه وكلوه
Artinya: dari Aisyah radhiyallahu anha, sesungguhnya ada sebuah kaum berkata, “ya Rasullah Saw. ada sebuah kaum memberi kami daging tapi kita tak tahu apakah mereka menyebut nama Allah (saat menyembelihnya) atau tidak,” Rasulullah Saw. menjawab, “Bacalah bismillah lalu makanlah.”
(Maaf kalau ada perbedaan pendapat)
Aku menunggu pertanyaan selanjutnya sambil deg-degan, semoga pertanyaannya adalah pertanyaan yang cukup aku jawab dengan yes atau no. Pusing aku.
"Coffee? Is it halal? tanyanya lagi.
"Yes," jawabku dengan mudah.
"Milk? Is it halal?
"Yes," aku masih bisa menjawab.
"Beer? Is it halal?"
"No," jawabku. Baru kali ini aku menjawab no.
"But I find Beer Bintang in Indonesia," protesnya kenapa beer yang dia tunjukkan tidak aku halalkan.
"Halal, if the alcohol level is under a half percent," jawabku dengan berpikir keras, kepala pusing dan belepotan.
"Oh, I see," jawabnya, we have to go to my friend. He has beer with zero percent alcohol. You can try it."
"Waduh," kataku dalam hati.
Ketika membuka lemari lainnya, ternyata Pak Martin mempunyai persediaan Indomie, beras, dan bumbu-bumbu yang lengkap. Tidak hanya bumbu-bumbu Indonesia, bahkan lebih lengkap karena dia suka memasak masakan India.
Siang itu Pak Martin membuatkan mie goreng untukku.
Dan malamnya, aku dimasakkan nasi kuning dan ayam kentang dengan bumbu India yang lengkap. Very delicious. Pak Martin adalah koki yang hebat.
Wah mantap. Aku jadi tidak berasa di Australia, tapi di India.
"Tumbar tumbar jahe jahe"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar