alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Selasa, 22 Agustus 2023

BADMINTON

Bangun jam 09.00 mata masih terasa ngantuk. Perjalanan semalam sangat melelahkan. Tapi sinar matahari memaksa menerobos masuk ke kamar no. 3 di Darwin Resort. Dengan terpaksa, aku membuka mata dan segera mandi karena pukul 10.00 kami akan dijemput menuju homestay kami yaitu Bu Arie Laksmie Dewie di rumah Bu Lenny dan aku di rumah Pak Martin Wallace.

Setelah badan terasa segar, aku keluar kamar dan mendapati alam yang berbeda. Langit cerah, matahari bersinar penuh dan udara terasa sejuk. Kulihat handphoneku, suhu udara menunjukkan 24 derajat celcius. Kudengar burung-burung berkicau dengan merdunya. Dua ekor burung tekukur sedang hinggap di sebuah pohon di taman, burung kutilang sedang beradu suara dengan pasangannya dan burung elang yang terbang rendah mengincar mangsanya. Selebihnya, banyak burung yang tak kukenali. Ada yang seperti jalak tapi warnanya hitam putih asyik turun ke rerumputan. Ada yang seperti cucak rowo tapi badannya lebih besar (mungkin cucak rowo Australia jadi badannya besar). Aku katakan kepada Bu Arie, kalau ini di Indonesia, burung-burung itu sudah lama pindah ke pasar burung.
Tepat pukul 10.30, Bu Lenny datang dengan tergopoh-gopoh.
"Wis telat iki. Check outnya jam 10.00 tepat. Sini kuncinya kukembalikan dulu ke resepsionst biar nggak kena charge," katanya dalam bahasa campuran Jawa, Indonesia dan Inggris.
Setelah kami siap, koper dan tas masuk ke mobil, kami segera meninggalkan Darwin Resort. Suasana lengang dan jalanan tampak lebar dengan dua arah.
"Kok jalanan sepi ya. Apa karena week-end Bu?" tanya Bu Arie.
"Tidak juga, setiap hari juga lumayan lengang seperti ini," jawab Bu Lenny.
"Iya kah?" serempak kami menjawab tak percaya.
Pembatas jalan juga lebar ditanami pohon-pohon. Di sebelah kanan dan kiri, masih ada sisa tanah yang lebar ditanami banyak pepohonan dan rerumputan. Banyak burung yang turun di atas rerumputan untuk sekedar mencari biji-biji yang jatuh di musim dingin ini. (Kalau mengikuti musim Australia pada umumnya, sekarang sedang musim dingin. Kalau mengikuti kenyataan, di Darwin sedang musim kemarau seperti Indonesia)
Tibalah kami di NT Badminton, sebuah arena badminton indoor yang mempunyai banyak lapangan.
"Aku sudah janjian sama Martin. Nanti dia jemput Pak Bas di badmintonan. Wong dia kesuwen kok, yo tak tinggal," kata dia dengan penuh percaya diri.
Bahkan, kami diajak main badminton. Jadi kami ikut bertanding badminton sebelum sampai ke homestay. Yakin, aneh sekali Bu Lenny ini. Belum apa-apa kami sudah dibikin keringetan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar