alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Minggu, 17 April 2016

OLEH-OLEH DURIAN

Kesukaan istriku terhadap durian termasuk tinggi. Maka tak heran, ketika aku ke Bali, bukan pie, salak bali, kacang, atau kaos joger yang dipesan tapi durian. Durian adalah king of fruit. Rasa creamy dan karamel ditambah aroma khas tiada duanya yang menyeruk dari durian membuat ketagihan. Kenapa beli durian harus di Bali? Alasan pertama bukan “rasa” karena variasi rasa durian di seluruh Indonesia sangat istimewa termasuk durian Bali tapi karena “harga”. Harga durian di Bali tergolong murah. Mungkin karena durian bukan komoditas utama untuk diperjualbelikan kepada turis asing sehingga harga durian menjadi murah. Rata-rata orang bule tidak suka durian. Padahal sasaran utama penjualan adalah turis asing.

Mengapa orang bule tidak suka durian? Aroma menjadi alasan utama ketidaksukaan mereka. Aroma durian sangat menyengat. Anthony Bourdain, seorang chef dari Amerika mengatakan bahwa setelah makan durian nafas Anda akan berbau seperti habis berciuman dengan nenek yang sudah meninggal. Dalam film Julia Robert, 'Eat, Pray, Love,' durian disebut "berbau seperti kaki nenek".  Seorang video jockey dari New York Times, Thomas Fuller, menyebutkan bahwa bau durian seperti bangkai, sulit dibawa, dan jika pun bisa diangkut rasanya seperti membawa senjata Zaman Pertengahan. Jurnalis Amerika Serikat dari abad 19 bernama Bayard Taylor malah pernah menulis, "Memakannya seperti mengorbankan harga diri." (sumber: http://www.feed.id/article/mengapa-bule-benci-durian-150309b.html)

Itu pendapat orang bule. Bagi orang Asia, terutama Indonesia, aroma durian justru menjadi daya tarik utama selain rasa. Bahkan aku akan menyimpan kulit durian di kolong tempat tidur beberapa hari setelah memakan isinya untuk menikmati aromanya.


Walaupun sudah bukan puncak musim, sejak menginjakkan kaki di Bedugul, aku sudah menyasar durian. Kulihat sudah jarang. Kalaupun ada, duriannya sudah kurang menarik. Di Bedugul, aku tak berminat membeli durian. Di depan teman Joger, jalan raya bedugul banyak penjual buah. Banyak bergelantungan durian. Buahnya kecil-kecil. Setelah kupilih-pilih, banyak durian yang sudah terlalu matang. Kata penjualnya, durian ini akan dibuat dodol. Tempat ketiga yang aku sasar adalah Sangeh. Durian Sangeh terkenal besar-besar. Turun dari bus, aku melirik lapak durian. Ada 5 buah durian besar-besar. Tapi lirikanku hanya sekedar lirikan, para supir dan kondektur langsung menyasarnya tanpa menawar. Aku terlambat. Harapan terakhirku adalah pasar Sukowati. Di depan pasar, terdapat banyak penjual durian. Aku pun menawar 2 buah durian besar. Harga disepakati adalah Rp. 60.000. Cukup untuk oleh-oleh istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar