Tour leader menghimbau untuk sarapan pagi
terlebih dahulu sebelum mandi. Akan tetapi, karena aku sudah menahan isi perut
sejak semalam, aku memilih untuk tidak mengindahkan himbauan tersebut. Begitu
bus berhenti di rumah makan Soka Indah, aku segera mengambil perlengkapan
mandi, handuk, baju ganti dan bergegas menuju kamar mandi, tentu saja aku
mencari kamar mandi yang ada toiletnya.
Sederetan kamar mandi berada di area belakang. Kulihat ada sekitar 20 kamar mandi berderet dan kutengok satu
per satu tapi tanpa toilet. Maka, aku kembali ke pintu masuk dan bertanya
kepada seorang perempuan penjaga tiket.
“Mba, toiletnya mana?” tanyaku
“Deretan yang paling ujung Pak,” jawabnya.
Di deretan ini ada 5 kamar mandi yang ada
toiletnya. Aku segera memilih yang paling bersih. Pilihanku jatuh pada kamar
mandi nomor 2 dari ujung. Aku segera masuk. Ternyata tak ada kuncinya. Aku
keluar lagi dan memilih kamar mandi yang lain. Kondisinya kurang lebih sama,
bahkan lebih buruk. Aku kembali ke kamar mandi semula.
Aku segera berjongkok. Beberapa menit setelah
jongkok, perasaanku tak enak. Kulihat ke atasku. Tepat di atasku, muncul sesosok
kepala. Kulit coklat tua, Rambut gimbal, mata melotot, hidung mancung dan gigi taring menyeringai. Sekejap
kuamati. Sepertinya aku pernah melihatnya, bahkan berfoto bersama di panggung
tari kecak kompleks GWK (Garuda Wisnu Kencana). Dia tak memandang ke arahku.
Mungkin malu sendiri melihatku yang setengah telanjang. Beberapa detik
kemudian, dia menghilang. Aku meneruskan hajatku sampai selesai diteruskan
dengan mandi.
Sekarang badanku terasa segar. Seperti
tersadar dari hipnotis, aku bertanya-tanya.
“Tadi itu apa? Barong atau Leak? Kenapa muncul
di kamar mandi?”
Oooo iya. Aku baru sadar, ini Bali. Di sini
hanya ada barong atau leak. Tak ada pocong, gendurwo, kuntilanak atau wewe.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain
ikannya, lain pulau lain hantunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar