Minggu, 29 Desember 2019
POHON ASAM BERBUAH DURIAN
Tidak hanya lagu yang aneh mengatakan "buah semangka berdaun sirih". Di sebelah barat Kedungtawon, sebuah dusun di wilayah Kecamatan Kutowinangun, Kebumen ada pohon asam berbuah durian. Pohon yang melegenda ini berbuah mengikuti musim durian. Setiap musim durian, biasanya pada bulan Desember, pohon asam jawa ini berbuah durian. Tidak melalui proses dari bunga, kemudian durian muda, durian besar. Tapi langsung berbuah durian matang siap santap.
Pohon asam jawa yang berderet di sebelah utara jalan provinsi di wilayah dukuh Kedungtawon ini dimanfaatkan oleh para pedagang buah durian untuk menggantung duriannya. Tak perlu lapak, tak perlu kios atau warung, durain-durian itu digantung bergelantungan pada dahan pohon asam jawa yang cukup rendah. Setiap orang yang melewati jalan ini disuguhi pemandangan buah durian lokal yang ranum dan aromanya menyebar kemana-mana.
"Jangan beli sekarang. Nanti nggak bisa ditawar," kata istriku mengingatkan.
Aku yang mudik ke Kedungtawon dan melewati arena durian ini pun terpaksa menahan diri untuk tidak mampir dahulu membeli durian.
"Belinya jalan kaki saja. Kita orang sini kok," lanjut istriku.
Politik dagang yang normal di manapun adalah barang dijual lebih mahal ke orang asing dan dijual lebih murah kepada orang sendiri. Pengecualian politik dumpingnya orang Jepang yang menjual lebih murah di luar negeri dan menjual mahal di dalam negeri Jepang sendiri. Politik dagang macam apa itu?
Menganut metode dagang yang normal-normal saja, pedagang durian di Kedungtawon ini biasanya menjual lebih mahal ke orang asing dan menjual agak murah ke orang lokal. Maka, untuk memperoleh harga yang paling murah, kita harus berperilaku sebagai orang lokal. Dengan berperilaku sebagai orang lokal, terasa ada kedekatan sejarah, keluarga, ekonomi, sosial, politik dan nasib. Dengan begitu, harga durian akan menjadi harga tetangga, harga saudara, harga persahabatan, harga pertemanan, dan harga kasihan. Caranya yaitu:
1. Jangan naik mobil. Selain dianggap orang kaya, orang lokal tidak perlu memakai mobil untuk membeli durian di tempat itu.
2. Memakai motor plat AA. AA adalah plat nomor Kebumen, Purworejo, Magelang dan sekitarnya di wilayah Kedu.
3. Bersepeda. itu sangat menunjukkan bahwa kita orang lokal. Tak mungkin naik sepeda dari Jakarta, Semarang atau Jogja hanya untuk membeli durian di Kedungtawon.
4. Jalan kaki lebih meyakinkan sebagai orang lokal, bahkan orang Kedungtawon asli. Apalagi ditambah memakai sandal japit.
5. Bahasa lokal. Minimal kita harus menggunakan Bahasa Kebumen alias Bahasa Ngapak-Ngapak walaupun ada bahasa yang lebih lokal yang menunjukkan bahwa kita adalah orang Kedungtawon, Kutowinangun dan sekitarnya. Tapi tak apalah memakai bahasa ngapak. Belajarlah kepada Ilham, Azkal dan Fadly, di serial Bocah Ngapak yang sudah tayang di televisi maupun di youtube. Walaupun kita sengaja jalan kaki dan memarkir mobil agak jauh dari lokasi tapi kalau kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka durian tetap ditawarkan mahal. Apalagi memakai bahasa Inggris. Jangan coba-coba. Karena penjualnya tak bisa berbahasa Inggris.
6. Tidak boleh sombong. Tidak perlu menunjukkan diri sebagai anak gubernur, anak bupati, anak pak lurah, anak pak RW, anak pak RT. Pengakuan seperti itu akan menambah ruwet karena pedagang durian tidak memerlukan itu dan mereka tidak akan percaya. Mereka baru percaya dengan pengakuan tersebut kalau kita menunjukkan Surat Keterangan Anak Siapa. Dan itu tak penting dan tak mempengaruhi harga durian.
7. Tidak boleh bohong. Kita tidak perlu berbohong bahwa kitalah yang menguasai wilayah tersebut, kitalah yang mempunyai tanah dimana pohon asam tersebut ditanam, kitalah yang menanam pohon asam tersebut. Perlu diketahui bahwa pohon asam itu ada dipinggir jalan raya, tanah milik pemerintah, umur pohon asam itu mungkin sudah lebih dari 50 tahun. Jadi tak perlu ngaku-aku. Mengaku saja kalau tak punya uang untuk beli durian.
Seandainya Anda tidak memungkinkan untuk melalkukan itu semua, Anda harus pandai-pandai merayu, menghiba, merendahkan diri dan memelas dalam menawar durian-durian tersebut.
Selamat mencoba!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar