alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Rabu, 25 Desember 2019

MUSIM PANEN




Halaman masjid di samping rumah orang tuaku di Purbalingga menguning. Bukan karena ada acara kampanye partai tertentu tapi karena hari ini masih musim panen padi. Padi yang telah dipanen dan digepyok (dirontokkan) menjadi gabah kemudian dikeringkan secara manual. Mengandalkan sinar matahari, para petani menggelar gabah mereka di tempat yang lapang yang bisa terpapar sinar matahari secara penuh. Kalau tidak dijemur sampai kering, gabah akan lembab dan berkecambah. Tidak bisa diolah menjadi beras.

"Sudah kering Kang" sapaku kepada Kang Din yang sedang menjaga gabah-gabahnya dari santapan ayam tetangga yang berkeliaran.
"Belum kering betul,"
"Sudah berapa hari?" tanyaku
"Tiga hari. Biasanya sih tiga hari sudah kering tapi ini belum. Hari pertama gerimis tengah hari. Hari kedua agak mendung." jelasnya

Secara berkala mereka membolak-balik gabah-gabah tersebut agar keringnya merata hanya menggunakan kaki telanjang mereka. Apakah mereka tidak terpapar sinar ultraviolet? Tentu saja iya. Padahal, efek ultraviolet cukup berbahaya dapat mengakibatkan penuaan, kulit keriput dan kanker kulit.

"Penyakit macam apa semua itu?" jawab mereka menjawab pernyataanku, Mereka lebih takut gabah mereka tidak kering dan tak laku dijual daripada penyakit yang belum jelas kebenarannya. Karena kenyataannya, belum ada berita petani meninggal dunia karena terpapar ultraviolet atau mengidap kanker kulit.

Jadi, tak perlu menanyakan apakah mereka memakai sunblock, sunsreen, skincare, dan kacamata hitam? Jelas tidak. Mereka lebih suka bertelanjang dada untuk mempercepat penguapan keringat dan mendapatkan angin semilir. Badan mereka kelihatan berotot, liat, dan eksotis.

Ah...aku jadi punya ide untuk membuka paket wisata untuk turis asing: menjemur gabah. Daripada mereka berjemur di pantai tiada guna, lebih baik berjemur sambil menjemur gabah. Ada manfaatnya membantu petani.

Sambil bercelana pendek dan bertelanjang dada bagi turis laki-laki dan berbikini bagi turis perempuan, mereka mengeker-eker dan membolak-balik gabah di bawah sinar matahari sehari penuh. Setelah selesai mereka bisa berendam atau membasuh diri di sungai. Satu paketnya 200 US dollar sudah termasuk makan siang, minum kelapa muda serta snack berupa pisang, singkong goreng dan jagung bakar. Selain menghasilkan devisa karena mereka membayar paket wisata, pasti banyak turis lokal yang ikut berkunjung juga. Efek domino akan terjadi. Pedagang makanan, pedangan minuman, pedagang souvenir, pedagang celana pendek, pedagang bikini, tukang parkir, tukang odong-odong dan pengamen akan memperoleh keuntungan.

Pastinya, manfaat utama akan dirasakan oleh para turis yaitu mereka menjadi sangat eksotis. Soal gatal-gatal bisa diselesaikan di belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar