Senin, 25 November 2019
TANDA-TANDA
"Pa, banyak semut di tembok," kata istriku
"Alhamdulillah, berarti sebentar lagi hujan," jawabku
"Hih Papa kayak dukun saja, jadi syirik lho Pa," kata istriku
"Ini nggak syirik Ma. Nggak ada hubungannya dengan ilmu perdukunan Ma. Ini ilmu alam. Banyak tanda-tanda alam, binatang maupun tumbuhan yang menandakan akan terjadinya sesuatu. Hewan dan tumbuhan diberi kemampuan untuk membedakan arah angin, tekanan udara dan kelembaban. Semut salah satunya. Maka mereka keluar dari sarang dan naik ke atas sambil menyelamatkan telur-telurnya," jelasku
"Tapi kok langitnya masih cerah. Nggak mendung," desak istriku
"Sabar, prosesnya 1-2 hari, insyaalloh mendungnya segera datang," kataku
"Kok Papa tahu sih?" tanya istriku penasaran.
"Tahu dong. Itu tanda alam yang harus dipelajari manusia. Banyak tanda-tanda mau hujan selain semut. Misalnya, capung, burung sriti dan burung walet yang terbang bergerombol di angkasa. Pohon gadung mulai tumbuh tunas itu juga tanda mau mulai musim hujan. Jadi itu bukan syirik. Justru itu yang harus dipahami oleh manusia bahwa Tuhan memberitahu akan terjadinya sesuatu dengan tanda-tanda yang harus dibaca oleh manusia. Perintah "Iqro'" tidak hanya untuk membaca kitab suci tapi juga membaca tanda-tanda yang diberikan oleh Tuhan. Dengan demikian, manusia bisa bersyukur dan mengagumi ciptaanNya sekaligus membuktikan keagunganNya. Fahimtum?"
"Fahimna," jawab istriku
"Karena Papa bisa membaca tanda-tanda alam maka Mama bisa jadi istri Papa," imbuhku
"Apa hubungannya?" tanya istriku merasa aneh.
"Dulu kalau ketemu Mama hati Papa selalu deg deg ser. Rasanya kayak apa gitu. Itu tanda yang diberikan Tuhan kepada Papa," lanjutku
"Nggak pakai istikhoroh?" tanya istriku lagi.
"Nggak perlu. Wong tanda-tandanya sudah jelas kok. Ngapain pakai istikhoroh,"
"Dasar!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar