Salah pengertian tidak hanya terhadap orang lain. Terhadap istri dan anak sendiri juga sering kali terjadi. Berbagi tugas menjemput anak dari tempat les antara aku dan istriku sudah menjadi rutinitas kami. Namun ada kalanya terjadi salah pengertian di antara kami.
Pada hari Senin kemarin, istriku tidak bisa menjemput karena ada kegiatan. Maka istriku mengirim pesan kepadaku untuk menjemput anakku yang biasanya selesai les pukul 16.30.
Aku pun dengan mantap berangkat menjemput les pukul 16.30 tepat. Namun, rupanya anakku sudah selesai.
"Kok terlambat sih. Kan tadi sudah bilang ke Mama suruh jemput jam empat," kata anakku dengan muka dilipat.
"Mama bilangnya jam setengah lima kok," kataku membela diri sambil menunjukkan WA dari istriku.
Sepanjang perjalanan anakku cemberut. Sampai rumah pun masih cemberut.
"Nanti mama dimarahin lho Pa!" pinta anakku.
"Iya," jawabku
Sampai mamanya pulang.
"Tuh, mama pulang," kata anakku kepadaku.
"Mama ke sini! Mau tak marahin," kataku kepada istriku
"Jangan gitu marahinnya. Ga usah bilang mau dimarahin. Langsung dimarahin aja," kata anakku dengan muka jengkel.
"Ada apa Pa? Mama mau dimarahin apa?" kata istriku dengan senyumnya yang manis.
"Mau dimarahin nggak usah nanya mau dimarahin apa. Dimarahin ya dimarahin aja." lanjut anakku sengit.
"Terus kenapa mama dimarahin?"
"Tadi mama bilang suruh jemputnya jam setengah lima. Padahal pulangnya jam empat. Ya Azam sudah nunggu lama," sambungku
"Kan biasanya pulang setengah lima," kata istriku berusaha membela diri.
"Kan tadi sudah diWA suruh jemput jam empat," kata anakku dengan nada tinggi
"Ya maaf deh,"
"Mama jangan minta maaf dulu. Belum dimarahin sudah minta maaf. Nanti nggak jadi dimarahin," lanjut anakku.
"Terus Papa harus gimana sama mama?" tanyaku
"Ya dimarahin dong!" kata anakku
"Iya, dimarahin gimana?" tanyaku bingung
"Huhh," gerutu anakku marah sendiri kemudian pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar