Musim hujan nampaknya sudah dimulai. Tanggal 8 Nopember 2019 malam jam 22.00 terjadi hujan deras. Paginya tgl 9 Nopember 2019 banyak laron keluar dari dalam tanah. Makhluk jelmaan rayap yang keluar untuk mencari pasangan untuk kemudian beranak pinak dalam koloni baru ini beterbangan di jalan-jalan, bahkan masuk ke dalam rumah mencari terang lampu yang terlambat dimatikan. Saat-saat seperti ini menjadi pesta para binatang pemakan serangga, cicak, tokek, kadal, kodok, burung, ikan dan semut.
Cicak yang biasanya bersembunyi ketika pagi menjelang, kini nampak di dinding-dinding luar rumah, pos kamling, sekolah, perkantoran, gudang, kantor polisi, kantor pajak, kantor dinas P & K, kantor Bupati, gedung DPRD, dan pos jaga polisi di sudut perempatan.
Selain binatang, anak-anak kecil berlarian meloncat mengejar laron yang masih terbang. Tak tertarik sama sekali dengan laron yang sudah melepas bulunya dan jatuh ke tanah yang hanya terinjak-injak. Padahal setelah tertangkap laron-laron tersebut dibuang. Seakan-akan hanya untuk menambah keterampilan menangkap sesuatu. Sama sekali tidak ada ide lain. Harusnya dikumpulkan, diberikan ke emak mereka untuk digoreng kering, dipeyek, dicrispy atau ditumis pedas. Enak dan bergizi tinggi.
Tidak hanya anak kecil, tetanggaku Pak R (inisial saja ya) juga sibuk menangkap serangga sosial anggota infraordo Isoptera, bagian dari ordo Blattodea ini. Bedanya, dia menangkap laron yang sudah jatuh ke tanah dan tak bisa terbang lagi. Memakai baskom berisi air, satu per satu laron diambil dan dimasukkan ke air. Tentu saja mati karena laron tak bisa berenang. Kasihan.
"Untuk pakan burung. Burung senang sekali dengan laron. Bisa menambah kualitas suara dan semakin gacor," katanya
"Biar nggak repot, burungnya dilepas saja Pak biar menangkap sendiri. Pasti burungnya lebih senang"
😠😠😡😡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar