“Ini anak laki-laki pada kemana?” tanyaku kepada
siswa perempuan yang ada di kelas.
Tak ada laki-laki satupun di kelas ini. Siswa laki-laki yang berjumlah 8 tidak ada di tempat.
“Ke kantin Pak,” jawab mereka serentak
“Kapan mereka ke kantin?” tanyaku lebih lanjut
“Baru saja Pak, waktu bel ganti pelajaran,” jawab salah
satu siswi
“Ini kan belum waktunya istirahat, belum waktunya ke
kantin,” jelasku, “ya sudah kita mulai pelajaran kita.”
Aku mulai membagikan fotocopy-an materi pelajaran
pada hari ini yaitu volonte dan pouvoir. Kubuka pelajaranku dengan sebuah dialog.
Lalu kujelaskan tentang kata kerja vouloir dan pouvoir serta konjugasinya.
Beberapa siswa mengajukan pertanyaan tentang infinitive yang mengikuti kata
kerja pouvoir dan vouloir.
Setelah pelajaran berjalan kurang lebih 30 menit, 8
siswa datang. Mereka menyalamiku satu per satu.
“Dari mana kalian?” tanyaku pura-pura tidak tahu
“Dari kantin Pak,” jawab salah satu siswa
“Ini waktunya istirahat?” tanyaku lagi
“Bukan Pak,” jawab mereka
“Kenapa kalian ke kantin,”
“lapar Pak,” jawab mereka dengan jujur.
“Ini sudah 30 menit. Kalian tahu konsekuensinya
masuk kelas terlambat?”
“Tahu Pak. Mendapat hukuman,”
“Kalian mau dihukum apa?” tanyaku
Tak ada jawaban.
“Suruh lari keliling lapangan Pak,” kata salah satu
siswi
“Suruh jalan jongkok saja Pak,” kata siswi yang
lain.
“Suruh push up Pak,”
“Saya tak mau menghukum fisik kepada kalian. Nanti saya
melanggar undang-undang HAM dan perlindungan anak. Kalian minta surat ijin ke
guru piket saja,” kataku
“Jangan Pak. Lebih baik lari keliling lapangan Pak
10 kali,” jawab salah satu siswa
“Tidak. Kalian minta surat ijin masuk ke guru piket,”
kataku
Mereka menuruti perintahku. Mereka pergi keluar
kelas. Aku menutup pintu dan melanjutkan pelajaran. 15 menit kemudian mereka
kembali.
“Guru piketnya tidak ada Pak,” lapor salah satu
siswa
“Jangan bohong. Guru piket kan ada 4. Kalian cari
salah satunya. Pasti ada,” kataku
“Dihukum fisik saja sih Pak,” minta mereka
“Nah, benar kan. Kalian pasti belum ke guru piket.
Sudah, sana cari guru piket. Kalian tak boleh masuk sebelum membawa surat ijin
masuk,” kataku
Aku kembali melanjutkan pelajaran sampai selesai.
Akan tetapi, siswa-siswa itu belum juga kembali.
Bel istirahat berbunyi. Ketika aku keluar kelas,
mereka datang.
“Kemana saja kalian?” tanyaku
“Kami minta surat ijin ini Pak,” kata salah satu
siswa sambil menyodorkan surat ijin masuk
“Kok lama sekali?” tanyaku
“Kan kami dihukum. Terus ngisi buku pelanggaran.”
“Dihukum apa kalian?” tanyaku
“Ini ada yang sabuknya disita, ada yang sepatunya disita karena tidak sesuai aturan. Terus kami harus menyanyikan lagu nasional Pak. Satu per satu. Jadi lama
Pak. Pokoknya satu album full.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar