Pada dasarnya semua puisi itu bagus, tidak ada yang jelek. Puisi adalah
nyanyian jiwa. Puisi tidak terikat oleh aturan-aturan menulis umum. Terserah
penciptanya saja. Berikut ini contoh puisi
dari sastrawan terkenal di Indonesia:
1. Mustofa Bisri
Keluhan
Tuhan, kami sangat sibuk
2. Sutardji Calzoum Bachri
Tragedi Winka dan Sihka
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
- Kesesuaian dengan tema
- Keselarasan antar baris dan bait
- Diksi dan gaya bahasa
Tema lomba cipta puisi di sekolahku dalam
kegiatan Mini FLS2N adalah ‘Sekolahku Inspirasiku’. Lomba ini
dilaksanakan pada hari Senin, 3 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB di ruang kelas XII
MIPA 3. Sebagai juri lomba cipta puisi, aku membacakan kembali aturan yang
harus ditaati oleh para peserta.
“Waktu kalian adalah 90 menit. Maksimal puisi
yang kalian buat adalah 2 halaman folio”
Setelah membacakan aturan tersebut, aku meninggalkan ruangan.
Untuk selanjutnya, lomba ini diawasi oleh 2 orang panitia dari OSIS.
Dua jam kemudian, panitia menyerahkan hasil lomba kepadaku.
Bak sastrawan besar , satu per satu, puisi-puisi tersebut
aku baca pelan-pelan. 24 buah puisi.
Membaca pertama, aku menikmatinya. Belum ada
penilaian. Baru sekali putaran, tenagaku lumayan terkuras. Jangan mengira,
puisi-puisi ini adalah puisi biasa. Sebagian besar puisi ini panjangnya 2
halaman folio. Luar biasa. Dari puisi-puisi ini, dapat dilihat bahwa sebenarnya
dalam bidang apapun, orang Indonesia adalah pekerja keras yang akan
memanfaatkan segala sesuatu secara maksimal. Termasuk dalam lomba cipta puisi. 24 X 2 halaman puisi membuat kepalaku pening.
Membaca kedua, aku mulai memilih puisi yang
layak menjadi puisi dan puisi yang layak menjadi cerpen. Lha kok cerpen? Coba
kita baca potongan puisi di bawah ini:
SEKOLAHKU INSPIRASIKU
Di pagi yang cerah
Di pagi yang cerah
di bawah lambaian
pepohonan nan sejuk.
Kuambil helm lalu
kunyalakan motorku.
Aku bergegas menuju sekolah
Sampai di sekolah pukul 06.45.
Sampai di sekolah pukul 06.45.
Dari membaca kedua
ini, aku peroleh 14 puisi yang masih layak menjadi puisi.
Membaca ketiga, aku hanya membaca 14 puisi
yang telah masuk kategori puisi. Aku melakukannya di rumah pada pukul 09.00
malam. Dalam proses ini, aku sudah mulai memperhatikan tema, baris, bait, dan
diksi. Keempat belas puisi ini sudah sesuai tema. Hasil dari membaca ketiga,
aku peroleh 3 jenis puisi: 6 baik, 4 sedang, 4 kurang. Aku mulai sedikit menghafal
isi keempat belas puisi tersebut.
Membaca keempat, aku konsentrasi pada keselarasan
baris dan bait 6 puisi dalam kategori baik. Untuk urusan “selaras” atau “tidak
selaras”, aku mulai ekstase. Kunikmati bait demi bait dan baris demi baris 6 puisi
ini. Hasilnya agak berimbang walaupun aku harus menentukan 3 terbaik.
Membaca kelima, aku fokus pada 3 puisi terbaik
walaupun aku juga masih mempertimbangkan 3 puisi lainnya. Akhirnya kutemukan
puisi terbaik pertama. Puisi terbaik kedua dan ketiga masih kuragukan.
Membaca keenam, kuulangi membaca puisi kedua
dan ketiga. Agaknya aku ragu, kuambil 3 puisi yang telah tersingkir.
Kubandingkan dengan puisi terbaik 2 dan 3.
Membaca ketujuh, kubaca kembali kelima puisi.
Akhirnya aku mantap dan kutemukan puisi terbaik 2 dan terbaik 3.
Membaca kedelapan, kubaca 3 puisi terbaik
tersebut. Yes, aku yakin inilah 3 puisi terbaik yang berhak memenangi lomba
cipta puisi.
Aku lelah. Pukul 01.45 pagi. Aku tertidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar