alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Rabu, 19 Oktober 2016

CERITA FIKSI : TAMU TERLARANG

“Wah, ketiwasan kita,” kata Badrul berbisik pada Sri, istrinya
“Ada apa Mas?” tanya Sri
“Orang itu tahu rahasia kita,” tambah Badrul
“Orang yang mana?” tanya Sri lebih lanjut
“Itu yang berbaju merah yang duduk menghadap utara,” jawab Badrul
“Yang rombongan ber-enam?”
“Iya” jawab Badrul singkat
“Memangnya dia bilang apa?”
“Dia tidak bilang apa-apa, tapi dia adalah tamu terlarang,”
“Kok Mas tahu dia tamu terlarang?” tanya Sri
“Iya. Lihatlah teman-temannya begitu menikmati masakan kita. Selera pedas yang kita tawarkan begitu nikmat bagi mereka. Dengarkan puja-puji mereka kepada masakan kita. Masakan kita lah yang terhebat, yang ternikmat di kota ini. Pedasnya menggoda. Tapi dia. Dia sama sekali tak merasakan kepedasan. Tak ada keringat mengalir. Tak ada ingus yang keluar dari hidungnya. Lihat wajahnya. Bersinar. Coba kamu dekati dia. Wangi. Wanginya bukan parfum. Kulitnya halus. Makannya seperti tidak dikunyah. Kita kecolongan. Dialah tamu terlarang. Dia tahu rahasia kita. Harusnya kita usir dia sebelum makan di sini. Gawat kalau dia menyebarkan rahasia kita ke semua orang. Restauran kita bisa gulung tikar. Bertahun-tahun kita buka restauran, baru kali ini kita kedatangan tamu seperti ini. Ini yang sudah diwanti-wanti jangan sampai terjadi,” jelas Badrul
“Terus bagaimana sekarang?” tanya Sri
“Suruh Juki mengencingi mobilnya sekarang, sebelum mereka pulang.” suruh Badrul kepada Sri, “cepaat.”
“Iya... aku ke sana,” kata Sri tergopoh-gopoh menuju Juki, tukang parkir.

#

“Juki, sini sebentar,” seru Sri
“Ada apa Mba Sri?” tanya Juki mendekat.
“Rombongan yang enam orang itu pakai mobil mana?” tanya Sri
“Enam yang mana?”
“Itu yang duduk di sebelah barat, pojok kanan,” jelas Sri sambil menunjuk ke arah rombongan itu.
“Oh itu, mobilnya Avanza hitam yang itu,” jawab Juki, “ada apa sih?”
“Ayo sini,” perintah Sri menuju mobilnya.
“Sekarang kamu kencingi mobil ini. Muter. Semuanya,” peritah Sri
“Kencingi?”
“Iya dikencingi,” paksa Sri

Juki heran dengan perintah aneh ini.

“Sudah, cepetan,” paksa Sri
“Aku baru saja kencing. Nggak bisa keluar lagi,” kata Juki sambil meringis
“Jiamput... kamu panggil Jenal,”

Juki berlari menghubungi Jenal, tukang parkir luar.

“Ada apa Mba Sri?” tanya Jenal tergopoh-gopoh
“Kamu sudah kencing belum?”
“Belum, kok nanyanya aneh. Ada apa sih mba?”
“Nggak usah banyak nanya. Sekarang kamu kencingi mobil ini. Cepetan. Selak yang punya datang,” perintah Sri
“Eh, ora ilok lho mba. Kencing nggak boleh sembarangan. Bisa kesambet.” Jawab Jenal
“Kamu pingin tak pecat ya?,”
“Jangan dipecat mba, nanti aku nggak punya kerjaan lagi,” jawab Jenal ketakutan
“Makanya. Ayo lakukan sekarang. Kencingi mobil ini sekarang,” paksa Sri
“Aku malu mba. Banyak orang lihat,” elak Jenal.
“Juki, copot spanduk kampanye calon bupati di depan itu. Buat nutupi Jenal,”

Jenal naik ke pagar depan. Dalam sekejap, spanduk ukuran enam meter berhasil dia lepas.

“Cepat Jenal. Lakukan sekarang,” perintah Sri kepada jenal,”Juki kamu yang nutupi,”
“Mba Sri, sampeyan minggir. Jangan ngintip,” teriak Jenal
“Kurang ajar Mba Sri itu. Aku bisa kualat,” kata Jenal menggumam, ”Amit-amit jabang bayi. Jin setan lanang wedon sing podo kumpul. Aku ojo disebul. Aku mung gedibul. Nek arep manjing, manjingo ning awake Mba Sri,”

Jenal mengitari mobil dan Juki di belakangnya menutupinya.

#

“Mas, sini Mas,”
“Ada apa Pak?” tanya Juki
“Di sini banyak anjing ya?”
“Nggak ada Pak. Aman. Kalau kucing banyak di belakang. Kenapa Pak?” tanya Juki penasaran
“Nggak. Ini mobil saya kok kayak ada cairan. Baunya pesing.”
“Oh. Saya tidak tahu Pak, mungkin kena cipratan air di jalan,” jelas Juki
“Tapi kok pesing”
“Mungkin kecipratan kencing anjing Pak,” lanjut Juki
“Tolong Mas, bisa semprotin pakai air.”
“Tapi saya hanya tukang parkir Pak,” elak Juki
“Jangan khawatir,”

Juki menerima lembaran seratus ribu bergambar Soekarno Hatta.

“Beres Pak. Bapak-bapak duduk dulu di kursi di bawah pohon sana. Monggo.”, kata Juki yang dengan semangat mengambil selang, lalu disambungkan ke keran depan.

Sambil bersiul-siul menyanyikan lagu “Sayang”, Juki menyemperot seluruh bodi mobil Avanza hitam itu.


“Jenal... Jenal. Kalau bisa besok kamu kencingi semua mobil di sini,” kata Juki dalam hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar