alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Sabtu, 15 Oktober 2016

HUKUMAN MENULIS JANJI

“Tumben, mereka sudah duduk tenang di kursinya masing-masing,” kataku dalam hati ketika aku memasuki sebuah kelas pada jam ke 5-6 setelah istirahat pertama.
“Bonjour,” sapaku
“Bonjour,” jawab mereka tanpa gairah
“Serius amat,” kataku melihat mereka semua nampak sibuk menulis sesuatu.
“Ayo buka bacaan kalian yang kemarin. “Au restaurant”nya kita lanjutkan.
“Pak, Maafkan kami Pak. Kami minta waktu untuk menulis ini Pak. Please ya Pak...please,” kata Davi, salah satu siswa dengan memohon-mohon.
“Apa ini?” tanyaku mengambil beberapa lembar kertas folio bergaris di mejanya. Ternyata, semua siswa juga sedang berkutat dengan lembaran-lembaran folio bergaris.
“Hukuman Pak. Kami harus menuliskan kata-kata ini sebanyak 8 halaman folio Pak. Harus dikumpulkan pada istirahat kedua. Kalau tidak selesai hukumannya akan ditambah. Ini saja baru selesai 1 halaman. Kami juga tidak sempat istirahat hanya untuk menulis ini Pak,” jelasnya.

Istirahat kedua adalah tepat setelah pelajaranku selesai. Artinya, mereka tak mungkin dapat menyelesaikan hukumannya tanpa menyita jam pelajaranku. Kulihat mereka semua menuliskan kalimat yang sama berulang-ulang : “Saya berjanji akan selalu mengerjakan tugas”.

“Kenapa kalian dihukum seperti ini?”
“Tidak mengerjakan PR Pak,” jawabnya
“Sekelas?”
“Iya Pak,”
“Hebat kalian ya. Kompak sekali,” kataku, “tapi sekarang kan sudah ganti pelajaran. Ayo hentikan dulu hukuman kalian.”
“Ya Alloh Pak. Please Pak, beri kami waktu Pak. Nanti hukuman kami tambah berat.”
“Kenapa kalian tidak menjalankan hukuman pas pelajaran tadi,”
“Lha hukuman ini baru saja diberikan waktu mau istirahat,”

Aku diam sejenak. Kutarik nafas dalam-dalam. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku memberi waktu untuk mereka?

“Tolong kami Pak,” desak mereka serempak.

Kutambah diamku. Agak lama.

“Baiklah. Satu jam pelajaran saja,” kataku

Entah tindakanku memberi mereka waktu ini benar atau salah. Yang pasti, tndakan ini mengandung resiko: (1) materi pelajaranku terpotong karena durasi waktu yang berkurang, (2) Aku dianggap kurang tegas dan kurang disiplin, (3) aku dianggap memihak pada orang-orang yang bersalah, (4) aku mungkin salah paham: mungkin saja maksud guru yang memberikan hukuman adalah supaya hukuman itu tidak selesai dan beliau mempunyai dalih untuk menambah hukumannya.

Tapi entah ada dorongan, pengaruh atau hipnotis apa yang menyebabkan aku menuruti keinginan para siswa yang terhukum ini.

“Siap Pak. Terima kasih Pak.” Kata mereka serempak.

Tapi jangan bilang ke siapa-siapa ya....

Kelaparan
Waktu berjalan 20 menit. Belum tampak tanda-tanda mereka selesai menulis hukuman itu.

“Maaf Pak. Saya minta ijin ke kantin. Soalnya dari pagi saya belum sarapan. Istirahat juga tidak bisa ke kantin,” kata Intan, salah satu siswa yang subur makmur sentosa yang selalu tak tahan lapar.
“Saya juga minta ijin Pak,” kata Anaf

Lama-lama ngelunjak juga nih anak. Sudah dikasih hati malah ngrogoh rempelo.

“Ya nggak boleh to. Sekarang sedang jam efektif. Nggak ada siswa yang ke kantin,” jawabku
“Tapi kami kelaparan Pak,” jawab beberapa siswa.
“Begini saja, salah satu saja yang ke kantin. Yang lain nitip,”

Kali ini, kesibukan mereka beralih sebentar untuk menuliskan pesanan dan menyetorkan uang kepada Anaf. 17 es teh,  5 teh hangat dan 23 gorengan. Karena titipan mereka terlalu banyak akhirnya Anaf dan Madi yang ditugaskan berbelanja ke kantin.

Sambil menunggu titipan mereka datang, mereka melanjutkan menulis hukuman.

Cekung dan Gelap
Iseng aku melihat-lihat cara kerja mereka menyelesaikan hukuman. Sambil menggendong tangan, aku berkeliling seperti pengawas ujian meneliti satu per satu hasil ujiannya.

“Lihat Pak,” kata Lia sambil menunjukkan ujung jari telunjuk dan jempol bagian dalam yang nampak cekung dan gelap.
“oh.. kok sampai begitu ya?” kataku agak kaget.
“Iya Pak. Ini sakit Pak,” jawabnya
“Makanya jangan sampai dihukum seperti ini lagi,” kataku.

Berbagai macam kaidah menulis
Berbagai cara mereka lakukan agar mereka dapat menulis dengan cepat. Salah satunya adalah menulis ala Jepang yaitu dari atas ke bawah.

Contohnya:
Saya berjanji akan selalu mengerjakan  tugas
Saya berjanji akan selalu mengerjakan  
Saya berjanji akan selalu
Saya berjanji akan selalu
Saya berjanji akan
Saya berjanji akan
Saya berjanji akan
Saya berjanji
Saya berjanji
Saya berjanji
Saya berjanji
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya

Selain cepat, tulisan tersebut kadang juga membentuk pola-pola tertentu yang menarik.

Tapi tulisan seperti ini jangan ditiru. Kalau Anda menemukan tulisan ini di manapun berada, ini bukan tulisan ala jepang.


Ini adalah tulisan siswa yang dihukum karena tidak mengerjakan tugas dari gurunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar