Hujan tak henti-henti mengguyur kota
Batang. Sejak pukul 06.00 WIB, para penumpang (guru, karyawan, komite, pengurus
OSIS) yang kedinginan telah berdiri di emperan toko menunggu kedatangan bus.
Pada pukul 07.00, 2 buah bus “Muda Perkasa” warna hijau datang.
Setelah bus berputar menghadap utara, para
penumpang kupersilahkan segera naik ke busnya masing-masing. Sebagai
koordinator bus A, aku menghitung dan mengabsen penumpang. Bus yang aku
koordinir berisi para sesepuh dan pinisepuh. Ada kepala sekolah, kepala TU,
anggota komite sekolah dan guru-guru yang termasuk sepuh. Sebagai koordinator
aku harus mengatur seluruh penumpang dari berangkat sampai pulang.
Inilah anggota Bus A yang seharusnya:
- Pak Yayan
- Pak Harjo
- Mas Rofik
- Pak Agus Mawar
- Pak Supbechan
- Pak Muji
- Pak Bahrudin
- Anggota OSIS (lupa namanya... bukan lupa ding tapi nggak nanya namanya)
- Anggota OSIS (sama: nggak nanya namanya)
- Rosa (siswa penyanyi)
- Kartika (siswa penyanyi)
- Pak Herry
- Bu Herry
- Bu Ruwati
- Bu Hajah Hadiyukin
- Bu Hajah Sri Wati
- Pak Lani
- Bu Lani
- Pak Tarman (Komite)
- Pak Sarpani (Komite)
- Pak KH. Zaenal Mutaqin (Komite)
- Pak Sodiq (Komite)
- Pak Marwan (Komite)
- Bu Hj. Nuraeni
- Bu Hj. Hendra Hartini
- Bu Edi Retnosari (Ketua panitia)
- Bu Tri Muji
- Bu Sari Tunggul
- Bu Uswatun KH
- Bu Sri Kandi
- Bu Titin
- Bu Esti
- Bu Cita
- Mas Kumarjo
- Bu Ema
- Pak Nurnasetya
- Pak Edi Pratikno
- Pak Kasmudi
- Bu Arie
- Bu Erni
- Hamzah (alumni yang pemain keyboard)
- Angga (alumni yang penyanyi)
- aku
Dari 43 orang yang terdaftar, Pak Lani
tidak ikut naik bus dan akan menyusul naik kereta karena ada kepentingan. Bu
Arie, Bu Erni, Hamzah, dan Angga pindah ke bus B tanpa alasan. Jadi ada 12
kursi kosong di bus-ku dan tentu saja sangat longgar. Dan maaf orang-orang yang
tidak ikut dan pindah dari bus-ku tidak ter-photo karena aku mem-photo semua
anggota bus-ku satu per satu. Takut ada yang tercecer.
Bus ini dikendalikan oleh
1 orang sopir dan dikawal oleh 1 orang kondektur, 2 orang tour leader (Mas Adim
dan Mas Rozak) serta 1 orang koordinator bus (aku)
Pada pukul 07.30, diawali do’a yang
dipimpin oleh KH. Zaenal Mutaqin (beliau ini seorang ulama yang menjadi anggota
komite sekolahku), bus-ku berangkat. Hujan belum juga reda. AC bus menambah
dingin udara di dalam bus. Namun demikian,masih ada anggota bus-ku yang belum
naik. Masih ada 1 orang menunggu di depan Warung Makan Sambel Layah yaitu Bu
Cita. Mungkin sekalian sarapan. Bu Hj. Nuraeni dan Bu Ema menunggu di depan
masjid Darul Muttaqin alun-alun. Sekalian sholat duha. Bu Sri Wati menunggu di perempatan timur
alun-alun. Rumahnya di sebelah selatannya. Pak Shodik menunggu di sebelah timur
pasar. Tentu saja karena rumahnya dekat pasar. Pak Tarman menunggu di depan
kantor DPPKAD. Ini kantornya sekalian minta ijin kepada atasannya. Bu
Uswatun menunggu di depan Rumah Sakit
QIM. Bukan karena sedang sakit tapi rumahnya berada 1 km di belakang Rumah
Sakit Qim. Jauh juga. Dan Pak Kasmudi menunggu di tikungan tugu kembar desa
Jatisari, kecamatan tempat kelahiran dan tumpah darahnya.
Perjalanan sempat tersendat karena ada
beberapa orang yang menunggu di sepanjang perjalanan ternyata belum siap. Setelah penumpang dalam kota yang terakhir yaitu
Bu Us naik, bus kembali melanjutkan perjalanan. Belum
ada 30 menit bus berjalan, sudah ada penumpang yang pingin pipis.
“Pak, Pom bensin depan
berhenti ya,” kata Bu Ema kepadaku. Aku tahu yang kau mau, pasti pingin pipis.
Belum mencapai pom
bensin, tepatnya baru sampai kantor CV. Mitra Kartika Tour di jalan Kaliboyo Tulis, bus berhenti.
Sebenarnya hanya untuk urusan administrasi para tour leadernya tapi dimanfaatkan oleh para
penumpang untuk melampiaskan HIV-nya (Hasrat Ingin Vivis). Hampir setengah jam bus
berhenti sebelum melanjutkan perjalanan menjemput penumpang terakhir di Subah.
Di tikungan Jatisari, Pak
Kasmudi tak kelihatan. Kutelepon Pak Kasmudi dan bus sudah kebablasan sampai di
depan SMPN 1 Subah. Ternyata dia sedang ngobrol di dalam warung.
“Cepat lari Pak, sudah
ditunggu di depan SMP 1,” kataku.
Dengan semangat 45, nafas ngos-ngosan dan keringat mengucur deras, Pak Kasmudi berhasil melompat ke dalam bus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar