Aku sudah siap dengan daftar nilaiku. Ada 4 hal yang dinilai
dalam Ujian Praktek Bahasa Indonesia (pidato) ini: penampilan, waktu, diksi, ketepatan
dengan tema.
Nah lho, tak ada satupun penilaian wajah, mimik, gestur
maupun bibir. Tapi baiklah, apapun yang terjadi, aku harus menilai 4 komponen
tersebut.
Penampilan: standar. Tak ada peserta yang
berpenampilan aneh-aneh. Semua peserta memakai pakaian pramuka, bersabuk,
berkaos kaki dan bersepatu hitam. Soal bajunya belum dicuci, tak pakai minyak
wangi, tak pakai bedak, kaos kakinya bolong, sepatunya sobek dan solnya lepas, harga
sepatu dua puluh ribu atau sejuta, belum mandi, belum sikat gigi, belum
sarapan, belum membantu ibu, belum tidur karena semalam ngapalin teks, tak jadi
soal. Semuanya Ok. Jadi untuk penampilan standar semuanya mendapat nilai 80.
Nilai tambah penampilan terletak pada cara membawakan pidato (gaya). Gaya
berpidato menjadi faktor pendukung dalam penampilan. Ada gaya berpidato Abdur
(salah satu komika dalam stand up komedi), gaya Dodit (pelan sekali karena
sambil mengingat-ingat hapalan), gaya Megawati (merdeka... merdeka... merdeka), gaya
presenter tv (senyum manis sambil menatap Bu Yanti), gaya deklamasi (tangannya menunjuk-nunjuk
ke atas menantang langit), gaya patung (badan tegap tak bergerak, hanya bibir
yang komat-kamit), gaya batu (blep..blep..bicara sebentar lalu diam dan tenggelam kemudian pulang karena tak hapal). Semua peserta boleh memilih gayanya masing-masing yang menarik dan mendukung penampilan.
Waktu: waktu yang disediakan adalah 7 menit. Sebagian
besar menepati perjanjian dengan berpidato selama 7 menit. Namun ada beberapa
peserta yang menghabiskan teks pidato kurang dari 7 menit karena beberapa hal:
bahan pidatonya kurang panjang sehingga satu alinea diulang
5 kali, lupa di tengah jalan, atau bahkan terlalu panjang sehingga susah untuk
dihapalkan dan yang keluar hanya pembukaan dan penutupan. Bagi peserta yang
menepati waktu, kuberi nilai 80. Yang kurang, kuberi nilai sesuai prosentase
kekurangannya, ada yang 50, 60, dan 70.
Diksi atau pilihan kata: variasi kata akan semakin
menaikkan nilai. Boleh memakai bahasa serapan baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing asal penggunaannya tepat dalam kalimat. Ada yang memakai istilah
bahasa inggris, misalnya “agent of social change”. Ada yang tak nyambung
dalam kalimat, misalnya “kita harus mencari blogging di internet”. Ada
yang memakai bahasa indonesia khas batang. “misale..., Iya o?”.
Ketepatan dengan tema: Sebagian peserta telah memaparkan
pidatonya sesuai dengan tema. Ada tema lingkungan yang membahas kalijodo. Ada
tema pendidikan moral yang membahas upacara bendera. Ada tema pemuda yang
membahas pacaran. Ada tema pelestarian alam yang membahas sepeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar