“Bu Is cantik” itulah kesan pertama yang
diungkapkan Pak Uji mewakili semua guru dan karyawan dalam acara Lepas Sambut
Plt. Kepala sekolahku. Bu Is digantikan oleh Pak Habibi. Sebuah kalimat
pendek yang mengandung bisa mematikan. Tak bisa dibayangkan perasaan seorang
wanita dipuji dengan kata “cantik” di depan khalayak ramai. Hingar bingar, gembira, bangga, terpuji,
melambung, melayang-layang, mati gaya, mati rasa, speechless. Rayuan semacam
itu dijamin akan menutup mata dan hati sang korban. Terbukti lontaran kata-kata
“gemuk, gendut” yang dikatakan oleh Pak Uji berikutnya tak membuat si korban
menjadi marah dan tersinggung. Alam bawah sadarnya masih terngiang-ngiang kata
“cantik”. Huft, benar-benar deh… rayuan gombal gaya Romawi Ortodoks, menandakan
bahwa sang perayu adalah mantan playboy cap kaki tiga kelas bintang lima.
Benar saja, dalam sambutannya Bu Is
mengatakan, “Senior jangan mengatakan dirinya tua atau sebentar lagi pensiun
tapi senior harus tetap berkarya. Buatlah karya yang bisa diingat ribuan
tahun”
Nah lo…ini betul-betul sambutan berbalas.
Kepada siapa lagi kalimat tersebut ditujukan kalau bukan kepada Pak Uji. Seharusnya…
Pak Uji yang 4 tahun lagi pensiun pun kembang kempis dipuji dengan kata “senior
bukan tua”. Apalagi sambutan ini ditutup dengan lagu “Cinta terbaik” milik Cassandra.
“Jujur saja ku tak mampu. Hilangkan wajahmu di hatiku…”
Ah... manis sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar