Kamis, 02 Januari 2020
KENAPA MENANGIS?
Hari ini tanggal 2 Januari 2020 adalah awal masuk sekolah semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Pada hari ini pula ada kegiatan sosialisasi perguruan tinggi untuk siswa-siswi kelas XII. Perguruan tinggi yang akan mengisi kegaiatan tersebut adalah IPB, PIP dan STTKD.
Pada pukul 09.00 para mahasiswa IPB yang berjumlah sekitat 12 orang telah datang. Ada 3 mahasiswa yang merupakan alumni sekolahku yaitu Ineng, Muhammad Kadihan, dan Nova Fifiana. Sebelum masuk ke kelas-kelas, mereka berkumpul di lobi untuk melakukan koordinasi.
Aku menemui mereka. Sebelum aku menyalami satu per satu, tiba-tiba ada salah satu mahasiswa yang tergesa-gesa menyalamiku. Tanganku dipegangnya erat-erat dan diciumnya.
"Eh Nova, apa kabar?" tanyaku
Pertanyaanku tak dijawab. Dengan mata berkaca-kaca dan tak ada jawaban, dia sesenggukan.
"Kenapa menangis?" tanyaku kemudian.
Tak juga menjawab, dia sibuk mengelap air matanya yang tak terbendung. Salah satu temannya merangkulnya dan berusaha menenangkannya tanpa tahu pemyebabnya.
"Cup...cup... Sudah..sudah,"
Aku bingung kenapa Nova menangis. Apa yang salah denganku? Apakah aku telah menyakitinya? Kan baru ketemu. Kulihat kakinya, siapa tahu kakinya terinjak kaki temannya. Tidak juga. Atau mungkin matanya kelilipan? Sepertinya tidak Atau matanya kecolok tangan temannya? Disengat tawon? Digigit tomcat? Digigit kucing? Digigit ulat? Digigit kamitetep? Entahlah.
"Ayo ikut Pak Bas," ajakku
Nova menurut dan mengikuti ke mana aku menariknya. Aku menarik tangannya ke tempat yang agak terang.
"Pak Bas pingin foto sama Nova,"
Tangisnya belum berhenti.
"Dah..nangisnya dihabiskan dulu. Pak Bas tunggu,"
Dia masih berusaha mengelap air matanya yang tetap meleleh di pipi. Aku menunggunya beberapa saat.
"Sudah?"
Nova menganggukkan kepala. Tapi matanya masih sembab. Dia berusaha menutupinya dengan senyumnya. Beberapa kali jepretan dan gaya, akhirnya kami berhasil berselfi.
"Gimana di Bogor? Betah?"
Nova menganggukkan kepalanya dengan mantap sambil berkata lirih "betah" dan senyumnya tersungging.
"Bekerja keras, belajar keras ya, jangan kendor," kataku menyemangatinya sambil mengepalkan tanganku.
"Iya Pak," katanya sambil menganggukkan kepala sekali lagi dengan penuh semangat.
"Kenapa menangis?" tanyaku selanjutnya
"Bapak membuat saya terharu,"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar