alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 10 Januari 2020

KALA JEPRET


Rupanya ada tikus di rumahku. Makanan yang ada di meja atau di dapur berkali-kali raib. Tanda yang paling nyata sehingga aku menuduh tikus yang melakukan adalah sebungkus nasi goreng yang lupa kumakan, bungkusnya koyak berlubang dan nasinya berceceran.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana tikus itu masuk ke dalam rumah padahal sudah tidak ada jalan bagi tikus untuk masuk ke rumahku. Gorong-gorong dari kamar mandi ke selokan depan rumah sudah ada penutupnya. Lubang-lubang di jendela, pintu dan tembok juga tidak ada. Rambatan dari atap rumah ke bawah juga tidak ada.

Ada beberapa kemungkinan tikus bisa masuk ke dalam rumahku. Bisa saja tikus masuk ketika pintu rumah terbuka. Tapi kemungkinan ini kecil. Pintu rumahku terbuka ketika ramai, ada orang atau ada aktivitas. Kalau keadaan sepi, tak ada orang, tak ada aktivitas, malam hari ketika tidur, pintu rumahku selalu dalam keadaan tertutup. Lagi pula di pintu sudah terpasang stiker "ucapkan salam sebelum masuk rumah".

Kemungkinan yang paling besar adalah tikus itu terjatuh dari atap. Di atap rumahku yang  belum kupasang plafon sering terlihat tikus berlarian di antara kayu usuk dan reng. Terutama pada malam hari, banyak tikus mondar-mandir melewati kayu usuk dan reng. Entah kegiatan apa yang mereka lakukan. Apakah mereka sekedar lewat, ataukah sedang mencari makan, bermain-main, atau pacaran? Nah, kemungkinan mereka jatuh ketika mereka sedang berlarian di atap. Tanpa melihat ada paku mencuat atau kabel listrik melintang, kaki mereka tersandung lalu jatuh. Sakit? Pasti lah.

Apapun alasannya, tikus itu sudah masuk ke rumahku dan bersembunyi entah di mana, bisa di bawah lemari, di kolong tempat tidur, di antara perkakas dapur atau tempat persembunyian lainnya.

Sekarang, tinggal bagaimana cara mengusirnya? Disuruh pergi dengan baik-baik juga tidak mungkin. "Kus...silahkan keluar ya, pintunya sudah kubuka lebar-lebar. Kuantar sampai depan ya".

Cara yang paling ampuh adalah dengan cara paksa. Yaitu dengan memaksa, menggertak, meneriaki menakut-nakuti, atau bahkan dengan cara kekerasan.

Untuk menakut-nakuti tikus, kuambil pentungan. Kupukul-pukul ke tempat dimana sekiranya tikus itu bersembunyi. Tapi sang tikus tak mau keluar.

Cara lain yaitu kubuat suara gaduh dengan tetabuhan. Kaleng bekas kong ghuan kupukul-pukul sekeras-kerasnya dan tidak beraturan sambil berteriak-teriak agar tikusnya keluar dari persembunyiannya. Hasilnya nihil. Mungkin tetabuhanku salah. Harusnya berirama, teratur, dan merdu. Pasti tikusnya tertarik dan keluar. Entahlah.

Alternatif terakhir. Awalnya akan kugunakan racun tikus tapi aku khawatir tikusnya mati tanpa tahu di mana rimbanya kemudian jadi bangkai dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Maka kugunakan cara lain yaitu menggunakan kala jepret. Kubeli sebuah kala jepret di sebuah toko kala jepret.

"Yang mati atau yang hidup?" tanya penjualnya.
"Maksudnya?" tanyaku bingung.
"Kalau yang mati yang ini. Tikusnya kejepret langsung mati. Kalau yang hidup yang kerangkeng. Tikusnya masuk tapi nggak mati."
"Terus cara mematikannya gimana bu?"
"Ya dibunuh,"
"Waduh, nggak tega bu. Yang ini saja bu yang langsung mati," jawabku

Malam itu juga kupasang umpan dan kuletakkan di tempat yang strategis dan tentu saja aman dari jangkauan anak-anak yaitu di bawah rak piring.

Jam sebelas malam aku terbangun mendengar "jepret" dibarengi "cieeeet....cieeet".

"Wah, kena nih tikusnya," kataku sambil terhuyung-huyung turun dari tempat tidur.

Benar saja, kulihat seekor tikus terjepit kala jepret yang kupasang. Tapi tidak langsung mati. Tikus itu masih hidup karena hanya terjepit ekornya. Mau kubunuh aku tak berani. Akhirnya kala jepret itu beserta tikusnya kubawa ke teras. Maksudnya, kalaupun lepas, tikus itu tidak masuk ke dalam rumah.

Di teras kucari kayu atau benda apa saja untuk memukulnya. Adanya sandal japit. Mau kulepaskan malah tikus mau menggigit. Akhirnya, kubiarkan saja tikus itu masih terjepit kala jepret itu di teras.

"Sudahlah Kus, kalau nasibmu baik kau bisa lepas dari kala jepret ini malam ini. Tapi kalau nasibmu nggak baik kau akan di sini sampai pagi dan akan kubuat perhitungan denganmu besok pagi. Aku masih ngantuk. Aku mau tidur."

Kutinggalkan kala jepret itu beserta tikusnya. Aku masuk, kukunci pintu, cuci kaki lagi, dan naik ke tempat tidur.

"Cieeett....cieettt," tiba-tiba terdengar suara tikus dari luar diiringi "klethek...klethek" suara kala jepret
"Meeoong," ada suara kucing juga.

Kubiarkan saja. Dan berikutnya suara "klethek...klethek" kala jepret semakin lirih dan menjauh.

"Wah gawat, kucing itu pasti membawa pergi tikusnya," batinku

Aku meloncat dari tempat tidur, buka pintu dan benar dugaanku, tikus beserta kala jepretnya telah hilang. Kulihat kucing itu membawanya. Kuambil kunci pintu gerbang dan kubuka gerbangnya. Kucing itu telah jauh. Kukejar dan kucing itu melompat ke atap rumah tetangga. Aku terpaku. Tak mungkin kukejar lagi. Aku hanya bisa meratap. Bukan tikus yang kuratapi tapi kala jepretku yang ikut dibawa juga.

Aku kembali ke rumah. Jam di dinding menunjukkan pukul 12.00 tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar