Sabtu, 18 Januari 2020
KELAPA MUDA
Udara panas siang ini membuatku ingin mencari yang segar-segar. Alternatifnya adalah kelapa muda. Kelapa muda murni tanpa es tanpa gula dan tanpa sirup. Minum air kelapa muda berkhasiat menghaluskan kulit, menambah ion tubuh, meningkatkan sistem imun, dan menambah stamina. Tentu saja mencegah penuaan juga. Ndereni.
Tidak sampai lima menit naik motor, aku sudah sampai di penjual kelapa muda langgananku. Di bawah pepohonan yang rindang di jalan Tentara Pelajar, tepatnya di seberang kolam renang "Kampung Kalisalak", penjual ini mendirikan warung sederhana dari bambu dan beratap anyaman daun tebu.
Harganya cukup murah dan stabil, 1 liter hanya Rp 9.000,-. Maaf, jualnya bukan per butir kelapa tapi memakai gelas ukur, gelas yang ada angka-angkanya. Modern dan mengikuti perkembangan jaman. Jadi ukurannya tepat. Biasanya isinya lebih dari satu butir kelapa. Untuk es kelapa muda dengan gula atau sirup harganya Rp 3.000 per gelas. Harga ini tetap bertahan, baik di hari biasa maupun di bulan romadhon ketika dimana-mana harga kelapa muda naik karena banyak permintaan.
"Biasa nggih bu," kataku sambil meletakkan sebuah botol tumbler kapasitas 2 liter di gerobak. Ibu penjual kepala muda sudah paham. Aku selalu membeli dua porsi kelapa muda dan dipilihkan kelapa muda yang dagingnya tipis. Aku juga selalu membawa wadah sendiri supaya bisa mengurangi sampah plastik. Mengurangi sampah plastik berarti membantu menyelamatkan lingkungan. Menyelamatkan lingkungan berarti menyelamatkan dunia. Sungguh mulia tindakanku.
"Sebentar nggih Pak Guru," kata ibu penjual.
Aku terperangah kaget. Tak kusangka ibu penjual kelapa itu tahu bahwa aku adalah seorang guru. Padahal aku tak pernah mengenalkan diriku guru. Aku juga tidak menulisi bajuku guru. Identitasku yang sering kupakai hanya nama dan pin korpri yang menandakan tidak hanya guru. Aku juga tak pernah membawa-bawa buku pelajaran, presensi maupun agenda mengajar saat membeli kelapa muda. Ah mungkin terpancar dari aura wajahku?
Terus terang, aku jadi terharu dan tersanjung. Ternyata penjual langgananku ini memperhatikanku dan mungkin menyebar mata-mata untuk mencari informasi tentangku. Tapi begitulah seharusnya sikap penjual kepada pembeli. Mengenalinya lebih jauh. Jadi serasa ada ikatan kekeluargaan. Ada saling kepercayaan dan saling pengertian. Akhirnya jadi pelanggan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar