Selesai sholat istisqo, aku pulang ke rumah untuk ganti
pakaian. Dan aku segera ke sekolah untuk melaksanakan tugas. Karena seluruh
siswa mengikuti sholat istisqo di alun-alun maka jam sekolah dimulai pukul
08.30. Jam pelajaran hari ini dipola waktu artinya jam pelajaran tetap 8 jam
dan setiap jamnya dikurangi menjadi 35 menit.
Dengan langkah mantap, aku menuju kelas XI IIS 4. Sesampai
di kelas, aku disambut riuh oleh para siswa.
“Kosong aja Pak, banyak yang tak berangkat,” kata mereka.
“Lha kok?” tanyaku penasaran, “ayo berdo’a dulu”
Setelah berdo’a, aku absen siswaku satu per satu. Hanya 18
anak yang berangkat dari 36 siswa.
“Pada kemana nih? Bukannya tadi ikut sholat istisqo semua?”
tanyaku
“Iya Pak tadi waktu di alun-alun sih lengkap, tapi setelah
selesai sholat pada pergi entah kemana”
Ternyata kasus ini tidak hanya menimpa kelasku. Kelas-kelas
yang lain juga sama. Yang paling parah adalah kelas XII. Yang berangkat hanya
10-15 %. Kelas XI masih lumayan hanya 50 %. Dan kelas X tentu saja lengkap 100
%. Soalnya mereka masih takut membolos dan semoga selalu takut untuk membolos.
Demi menghadapi kelasku yang tinggal separoh, aku tidak
memberi materi pelajaran karena aku tak mau mengulangi materi yang sama pada
pertemuan yang akan datang. Untuk itu, aku hanya bercerita tentang pengalaman
hidupku.
Tumben, siswa-siswaku diam.
Mereka betul-betul mendengarkan ceritaku dengan seksama. Tak seperti
ketika mereka mendengarkan pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar