Sabtu 07 Nopember 2015 pukul 09.00 pagi
Saat aku sedang mengajar di kelas, tiba-tiba ada kehebohan
di ujung lapangan. Para siswa berhamburan menuju sudut barat laut lapangan. Dari
sela-sela jendela, aku menengok sebentar. Ada seseorang memakai peci putih dan
berjubah abu-abu. Jalannya cepat, gerakannya lincah. Sosok itu nampak melihat-lihat
gedung sekolah. Aku tak asing dengan wajahnya. Ya...Pak Yoyok Riyo Sudibyo,
bupati Batang.
Siswa-siswaku yang sejak tadi tenang menjadi heboh juga dan
berlarian keluar kelas menuju Pak Yoyok yang sekarang sudah memegang
microphone.
“Assalamu’alaikum.”
“Apa kabar semua?”
“Baik...” jawab para siswa serempak.
Aku hanya terbengong-bengong di depan kelas. Sementara siswaku
di dalam kelas telah habis. Aku hanya bertanya dalam hati, ngapain beliau
datang ke sini? Jangan-jangan mau sidak. Tapi kok di lapangan. Kenapa tidak
langsung ke kelas atau ke ruang guru atau ke ruang TU?
Sekarang beliau telah dikerumuni oleh para siswa. Aku
menduga pasti sebentar lagi pasti mau menanyakan kepada para siswa: “Kemarin lihat Pak Yoyok di tivi
nggak?” atau “Sudah tahu belum kalau Pak Yoyok baru saja menerima Bung Hatta Anti
Corrupton Award?” Ya beliau memang baru saja menjadi bintang nasional, menerima
Bung Hatta Anti Corruption Award, tampil di Mata Najwa dan muncul di
koran-koran nasional.
Ternyata prediksiku salah. Yang pertama ditanyakan adalah :
“Kalian kenal saya tidak?” Waduh, masih saja beliau ini
nggak pede. Merasa dirinya belum dikenal orang. Untung saja para siswa menjawab:
“Kenaaaalllll...,” jawab mereka serempak.
Didampingi beberapa orang berseragam dinas, beliau rupanya
ingin mengundang para siswa untuk menghadiri acara Pagelaran Seni dan Budaya,
Pelopor Anti Narkoba 2015 yang akan dilaksanakan nanti malam di depan pendopo
bupati.
“Saya tunggu kalian nanti malam, ba’da Isya. Banyak artis
ibukota yang akan datang”
“Kami tidak bisa datang, nanti malam ada persami Pak,” jawab
salah satu siswa
Sejenak Pak Yoyok tercenung. Pandangannya ke langit kosong.
Mungkin hatinya bingung. Undangannya sia-sia. Atau mungkin beliau sedang
menimbang-nimbang untuk menggunakan kewenangannya membatalkan kegiatan persami di
sekolah demi suksesnya kegiatan di depan pendopo. Aku juga menebak seperti itu.
“Tapi hanya kelas dua Pak,” celetuk salah satu siswa.
“Oh, hanya kelas dua. Kalau begitu, siswa kelas dua besok
akan dapat ceritanya saja,” kata beliau.
“Ahhhh,” sambut siswa kelas dua kecewa.
Untuk merepromosikan kegiatan nanti malam, beliau mengajak
para siswa menyanyikan sebuah lagu:
“langsung ref ya..
Orang kaya mati
Orang miskin mati
Raja-raja mati
Rakyat biasa mati
Semua pergi menghadap Ilahi
Dunia yang dicari
Tak ada yang berarti”
Lagu “Dunia Hanya Sementara Akhirat Selamanya” ini nanti malam akan dinyanyikan oleh penyanyi
aslinya. Pak Yoyok memperkenalkan Derry Sulaiman (sang penyanyi juga pengisi acara Ngopi Trans 7) yang berada disampingnya.
Usai menyanyi bersama ternyata Pak Yoyok masih memberi
kejutan lagi. Beliau memanggil seseorang untuk keluar dari mobilnya. Reyhan Githa
Umara, vokalis baru Kangen Band. Tentu saja para siswa semakin histeris. Reyhan
menyanyikan sepotong lagunya diikuti para siswa yang tentu saja sangat
antusias.
"Suaranya mak nyus tenan," batinku
Tidak sampai setengah jam. Setelah bersalaman dan
berfoto-foto riang dengan beberapa siswa, beliau minta pamit. Kijang Inova hitam mengantar beliau pulang.
Bel pergantian pelajaran berbunyi, tapi aku masih
terbengong-bengong di pinggir lapangan. Pagi yang mengejutkan ini belum
berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar