alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Minggu, 29 November 2015

MUSIM SIDAK

“Seandainya kita sudah memakai seragam dan atribut begini rapi setiap hari, ndilalah suatu hari ada sidak dan kita lupa memakai atribut ini. Apa yang kita lakukan?” tanya salah satu rekanku diruang guru, “terus kita dipanggil oleh kepala dinas, diberi peringatan, disuruh menandatangani surat pernyataan, diberi sanksi dan dimutasi,” lanjutnya

“Apes itu namanya,” jawab salah satu rekanku yang lain.

Pembicaraan ini mencuat di ruang guru karena minggu-minggu ini adalah musim sidak (inspeksi mendadak). Sudah ada beberapa sekolah yang disidak. Siapa yang menyidak? Siapa lagi kalau bukan kepala dinas pendidikan kabupaten. Minggu kemarin pengawas sekolah memerlukan diri untuk mem-briefing seluruh guru. Tentu, bapak pengawas tidak mau kehilangan muka, ketika anak buahnya (yang berada di bawah pengawasannya) disidak ternyata banyak kekurangan dan pelanggaran. Hal yang menjadi perhatian utama dalam briefing tersebut adalah pakaian seragam beserta atribut dan kedisiplinan guru.

Sehari pasca briefing, kami memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku disertai atribut lengkap di dada. Hari Senin dan Selasa memakai PSH biru, hari Rabu memakai lurik, hari Kamis memakai Batik yang sekolah, hari Jum’at memakai batik bebas dan hari Sabtu memakai pakaian PGRI. Setiap pakaian ini harus digantungi atribut berupa lambang korpri di dada kiri, papan nama di dada kanan, serta ID card alias kartu identitas dengan foto menggantung di leher.

Kami juga lebih disiplin. Pukul 07.00 ruang guru telah ramai. Obrolan pagi hari sebelum bel masuk, masih seputar sidak. Kami berdebar-debar dan harap-harap cemas. Setiap ada mobil asing singgah di halaman sekolah, debar jantung kami semakin kerap. Jangan-jangan ada inspeksi. Padahal mobil wali siswa yang mengantar anaknya ke sekolah.

Kegiatan dari hari ke hari dipenuhi dengan hati-hati. Setiap saat, kami meneliti pakaian dan atribut kami. Jangan sampai salah kostum atau tanpa atribut. Kami tidak mau tertimpa kemungkinan yang paling buruk: dipanggil, diberi surat peringatan, diberi sanksi dan dimutasi. Oh..no.

Seminggu dua minggu kami memakai pakaian dan atribut lengkap. Yang ditunggu-tunggu tak datang juga. Minggu ketiga bahkan telah berlalu, tak ada tanda-tanda akan ada sidak. Berita sidak dari sekolah lain pun mulai menurun. Rupanya sekolah kami tak perlu disidak. Atau terlewati. Kami mulai tenang. Detak jantung kembali teratur. Aktifitas kembali seperti semula. Kehidupan kembali normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar