alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Senin, 30 November 2015

TERUSIR

Langkahku dicegat siswa-siswaku di depan kelas. Mereka bergerombol menolakku masuk kelas.

“Pak, jangan masuk sih. Lihatlah semua kelas tak ada yang masuk,” seru salah satu siswa.
“Beri kami kesempatan seperti yang lain Pak, refresing, santai. Sebentar lagi kan test”, kata yang lain.

Dari lantai 2 ini memang terlihat jelas, semua siswa ada di luar kelas. Mereka duduk-duduk di depan kelas. Nampak tak ada guru yang masuk kelas. Padahal sudah 15 menit yang lalu jam istirahat selesai. Aku saja sudah merasa sangat terlambat. Di sebelah utara, tepatnya di aula terbuka sedang ada rapat komite untuk wali siswa kelas XI dan XII. Nampaknya rapat komite ini belum dimulai karena lagu "Aku Memilih Setia"nya Fathin Shidqia yang dinyanyikan oleh seorang siswa jelas terdengar sampai di depan kelas ini. Wali kelas XI dan kelas XII dan guru-guru yang menjadi panitia wajib menghadiri kegiatan tersebut. Aku sendiri karena bukan wali kelas XI atau XII dan juga bukan panitia, tak ada kewajiban untuk menghadiri kegiatan tersebut. Jadi aku tetap melaksanakan kewajibanku: mengajar. Oh, tapi kenapa aku sendirian yang mengajar? Kemana yang lain? Aku merasa dibiarkan terlunta-lunta. Oh nasib.

“Ya sudah, kita cerita-cerita saja di dalam kelas,” rayuku
“Nggak mau,” jawab siswa yang lain. Agaknya mereka bisa membaca pikiranku. Mereka tak mau terkena jebakan betmen. Disuruh masuk, katanya bercerita, ternyata pelajaran.

Aku tak berkutik. Aku benar-benar tak bisa masuk kelas. Tertahan oleh tubuh-tubuh siswaku yang kebetulan banyak yang overweight. Kondisi seperti ini sama sekali tak kondusif untuk mengajar. Sekali lagi, kupandang setiap kelas satu per satu, siapa tahu ada salah satu guru yang masuk kelas sehingga aku dapat berkomplot dengannya untuk memajukan pendidikan Indonesia. Aku punya alasan untuk menyuruh anak-anak ini masuk kelas. Mataku berputar. Nah, ada satu kelas yang pintunya tertutup. Nampaknya siswa-siswanya sudah masuk kelas dan tenang belajar di dalam. Ini bisa menjadi alasanku untuk merayu mereka masuk kelas.

“Lihat, kelas itu, yang di pojok itu, sangat rajin. Mereka sudah masuk kelas. Mereka tak terpengaruh dengan yang lain. Masa kalian tak mau mencontoh kelas itu, ayo masuk!” bujukku
“Yang mana Pak?” tanya mereka
“Itu yang di pojok kanan bawah, yang pintunya ditutup,” tunjukku.
“Itu lab komputer Pak, bukan kelas,” jawab mereka
“Ah iya, kenapa aku jadi pelupa seperti ini” kataku dalam hati. Aku semakin bingung.

“Ya sudah tugas saja,” kataku menyerah.

Aku yakin seyakin-yakinnya mereka mau diberi tugas, tapi aku juga yakin seyakin-yakinnya pasti tak dikerjakan.

“Iya Pak, horreee,” jawab mereka. Keyakinanku benar tho? Mereka gembira bukan karena tugasku tapi karena mereka akan segera melihatku enyah dari hadapan mereka.

“Buatlah presentasi dalam Bahasa Prancis tentang wisata lokal Gunung Bromo seperti kemarin,” kataku
“Siap Pak!” jawab mereka serempak

“Alaaaahh siap preeeet,” kataku dalam hati.


Aku melangkah lunglai kembali ke ruang guru.

Minggu, 29 November 2015

MUSIM SIDAK

“Seandainya kita sudah memakai seragam dan atribut begini rapi setiap hari, ndilalah suatu hari ada sidak dan kita lupa memakai atribut ini. Apa yang kita lakukan?” tanya salah satu rekanku diruang guru, “terus kita dipanggil oleh kepala dinas, diberi peringatan, disuruh menandatangani surat pernyataan, diberi sanksi dan dimutasi,” lanjutnya

“Apes itu namanya,” jawab salah satu rekanku yang lain.

Pembicaraan ini mencuat di ruang guru karena minggu-minggu ini adalah musim sidak (inspeksi mendadak). Sudah ada beberapa sekolah yang disidak. Siapa yang menyidak? Siapa lagi kalau bukan kepala dinas pendidikan kabupaten. Minggu kemarin pengawas sekolah memerlukan diri untuk mem-briefing seluruh guru. Tentu, bapak pengawas tidak mau kehilangan muka, ketika anak buahnya (yang berada di bawah pengawasannya) disidak ternyata banyak kekurangan dan pelanggaran. Hal yang menjadi perhatian utama dalam briefing tersebut adalah pakaian seragam beserta atribut dan kedisiplinan guru.

Sehari pasca briefing, kami memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku disertai atribut lengkap di dada. Hari Senin dan Selasa memakai PSH biru, hari Rabu memakai lurik, hari Kamis memakai Batik yang sekolah, hari Jum’at memakai batik bebas dan hari Sabtu memakai pakaian PGRI. Setiap pakaian ini harus digantungi atribut berupa lambang korpri di dada kiri, papan nama di dada kanan, serta ID card alias kartu identitas dengan foto menggantung di leher.

Kami juga lebih disiplin. Pukul 07.00 ruang guru telah ramai. Obrolan pagi hari sebelum bel masuk, masih seputar sidak. Kami berdebar-debar dan harap-harap cemas. Setiap ada mobil asing singgah di halaman sekolah, debar jantung kami semakin kerap. Jangan-jangan ada inspeksi. Padahal mobil wali siswa yang mengantar anaknya ke sekolah.

Kegiatan dari hari ke hari dipenuhi dengan hati-hati. Setiap saat, kami meneliti pakaian dan atribut kami. Jangan sampai salah kostum atau tanpa atribut. Kami tidak mau tertimpa kemungkinan yang paling buruk: dipanggil, diberi surat peringatan, diberi sanksi dan dimutasi. Oh..no.

Seminggu dua minggu kami memakai pakaian dan atribut lengkap. Yang ditunggu-tunggu tak datang juga. Minggu ketiga bahkan telah berlalu, tak ada tanda-tanda akan ada sidak. Berita sidak dari sekolah lain pun mulai menurun. Rupanya sekolah kami tak perlu disidak. Atau terlewati. Kami mulai tenang. Detak jantung kembali teratur. Aktifitas kembali seperti semula. Kehidupan kembali normal.

Jumat, 27 November 2015

PUPNS

Pendataan ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS) adalah upaya pemerintah untuk pemutakhiran data PNS yang dilakukan secara online. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Desember 2015. Untuk itu, setiap PNS dituntut untuk melakukan pemeriksaan data yang tersedia dalam database kepegawaian BKN melalui satu alamat website: pupns.bkd.go.id dan selanjutnya melakukan perbaikan data yang tidak sesuai serta menambahkan atau melengkapi data yang belum lengkap.

Tujuan PUPNS 2015 adalah untuk memperoleh data yang akurat, terpercaya, sebagai dasar kebutuhan dalam mengembangkan sistem informasi kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mendukung pengelolaan manajemen ASN yang rasional sebagai sumber daya aparatur negara dan untuk membangun kepedulian dan kepemilikan PNS terhadap data kepegawaiannya. Setiap PNS harus mengisi dan memperbaiki sendiri data yang ada di PUPNS. Dengan cara registrasi, PNS memperoleh nomor registrasi serta password untuk melakukan log-in. Setelah log-in,  PNS bisa membuka data PUPNS-nya sendiri : data utama, data posisi, data riwayat golongan, riwayat pendidikan, riwayat diklat struktural, riwayat diklat fungsional, riwayat jabatan, riwayat keluarga, data guru, data dokter dan steakholder . Data yang salah harus diperbaiki dan data yang masih kosong harus diisi. Setelah yakin bahwa datanya benar maka klik “kirim”. Data ini selanjutnya akan diverifikasi.

Ada beberapa tingkat verifikator yang ditugaskan untuk memverifikasi data PNS ini: verifikator level 1,  verifikator level 2, verifikator BKN dan verifikator BKN pusat. Verifikator level 1 adalah petugas verifikasi di tingkat instansi dan verifikator level 2 adalah petugas verifikator di tingkat kabupaten (BKD). verifikator BKN melakukan verifikasi sesuai dengan wilayah kerja masing-masing, dimana Verifikator dengan Satuan Kerja BKN Pusat akan memverifikasi PNS instansi pusat dan Verifikator dengan satuan kerja BKN Kantor Regional akan memverifikasi PNS yang berada di wilayah Kantor Regional.

Dan aku ditunjuk sebagai verifikator level 1. Seharusnya verifikator adalah dari Tata Usaha. Bukan karena aku staf TU tapi karena syarat sebagai verifikator adalah PNS dan bisa TIK (Teknologi Informasi dan Komputer). Sedangkan staf Tata Usaha di sekolah kami tidak ada yang memenuhi syarat tersebut. Tata Usaha yang PNS kurang menguasai TIK dan yang menguasai TIK bukan PNS. Aku sih tidak pintar-pintar amat dalam TIK, hanya bisa bikin e-mail, bikin blog dan facebook-an. Itu sudah lumayan dan dianggap meguasai TIK. Jadi, apa boleh buat. Mulai bulan September 2015 aku harus bertugas untuk memverifikasi data semua PNS di sekolahku. Seharusnya hanya itu tugasku. Ketika pembekalan di hall BKD kabupaten pun hanya cara-cara untuk memverifikasi yang diberikan. Tak ada tugas selain memverifikasi. Tapi dalam kenyataannya tak hanya bertugas memverifikasi. Aku juga dituntut untuk membimbing teman-teman cara mengisi data dalam pupns. Padahal verifikator tak dibekali hal semacam itu. Aku sendiri masih harus belajar bagaimana cara mengisi data dalam PUPNS tersebut. Demi memenuhi pertanyaan-pertanyaan yang semakin gencar dari teman-temanku, akhirnya aku terpaksa belajar melalui berbagai cara. Mulai dari bertanya kepada verifikator level 2, sharing dengan teman sendiri sampai belajar melalui website, blog, youtube dan facebook yang semuanya mendadak ada di internet.

Mengisi dan memperbaiki data bukan perkara mudah. Website PUPNS mengalami low loading. Berminggu-minggu: siang, malam, pagi dan sore kami berusaha login. Hanya yang berdo’a, beramal dan bernasib baik yang bisa membukanya. Bahkan akhir bulan September 2015 pengisian PUPNS ditentukan jadwalnya. Jadwal untuk kami yaitu Wilayah Kerja Kanreg I BKN Yogyakarta adalah hari Minggu, Senin dan Kamis. Tetap saja, portal PUPNS susah sekali dibuka. Stress dan depresi  mulai menghantui kami karena sanksi bagi PNS yang tidak mengikuti E-PUPNS adalah PNS tersebut dinyatakan berhenti bekerja atau pensiun serta tidak akan mendapatkan layanan kepegawaian. Hihh.. ngeri kan? Namun sedikit demi sedikit tapi pasti, tentu saja dibantu dengan do’a, akhirnya aku bersama teman-teman berhasil mengisi pupns dengan selamat.

Tugasku sebagai verifikator level 1 juga berhasil kulaksanakan dengan lancar.

Belum selesai sampai disini karena setiap PNS juga harus melakukan pemberkasan yaitu mengumpulkan data-data pendukung PUPNS. Sebenarnya pemberkasan ini hanya dibuat rangkap 2: satu untuk BKD (tanpa legalisir) dan satu untuk BKN (legalisir atasan langsung). Tapi untuk arsip sekolah, aku minta dibuat satu lagi (tanpa legalisir). Jadi, rangkap 3. Berkas-berkas ini harus dikirim ke BKD kabupaten pada hari Rabu 18 Nopember 2015. Untuk tugas terakhir ini, beberapa hari sebelumnya teman-temanku sibuk mengumpulkan dan menyusun berkas. Pekerjaan ini rupanya juga mengundang stress. Kewajiban mengajar siswa agak terbengkalai atau agak terganggu.

Alhamdulillah, pada tanggal 17 Nopember 2015, 38 berkas PNS teman-temanku telah ditumpuk rapi di atas mejaku. Esoknya, aku bawa ke BKD dan menerima tanda terima berkas.

Pada tanggal 25 Nopember 2015 2015 aku menerima sms untuk mengambil honor verifikator level 1 di kantor BKD pada tanggal 26 Nopember 2015 pukul 08.00-15.00.

Takut hangus, sepulang sekolah aku tergopoh-gopoh menuju kantor BKD. Di depan ibu bendahara BKD, aku torehkan 3 kali tanda tangan di lembar penerimaan honor. Kuterima amplop putih polos yang nampak tebal dan berat. Keluar dari kantor BKD, amplop putih itu kuterawang ke langit. Tak lupa kucium juga. Hmmmuach.


Alhamdulillah, ternyata ada imbalan untuk kerja kerasku.


Kamis, 19 November 2015

PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

Sebagai tindak lanjut dari In House Training (IHT) tentang Kurikulum 2013, pada hari Rabu, 18 Nopember 2015 dimulai kegiatan Pendampingan Pembelajaran Kurikulum 2013. Kegiatan ini berfungsi untuk melihat apakah Kurikulum 2013 telah benar-benar dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas. Siapakah pendampingnya? Mereka adalah guru-guru yang telah dilatih untuk menjadi pendamping bagi sekolah-sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013. Tidak semua guru. Dalam satu Kabupaten hanya 2 atau 3 orang guru dan mereka tergabung dalam satu tim dengan guru-guru dari kabupaten lain yang terdekat. Guru pendamping ini pun tidak mewakili setiap pelajaran. Hanya terbagi dalam bidang umum, IPA, IPS, Bahasa, dan peminatan.

Sekolahku merupakan sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 sejak 2 tahun yang lalu. Untuk itu, sekolahku menjadi sasaran pendampingan pembelajaran Kurikulum 2103 untuk kelas XII. Kegiatan pendampingan dilaksanakan selama 2 hari. Guru-guru pendamping berasal dari SMAN 1 Batang dan SMAN 1 Pekalongan. Bagiku kegiatan pendampingan ini seperti kegiatan PK (Penilaian Kegiatan) guru, sebuah kegiatan untuk menilai kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Bedanya PK guru dilakukan oleh rekan guru yang lebih senior di satu sekolah. Ini saja sudah membuatku dag dig dug. Apalagi, pendampingnya adalah guru dari sekolah lain. Tidak bisa tidak, pendampingan ini juga pasti ada unsur penilaian di dalamnya. Hufft...

Jadwal pendampingan untuk mata pelajaran lintas minat Bahasa Prancis adalah hari Rabu, 18 Nopember 2015 jam ke 7 dan 8 di Kelas XII IIS 3. Aku sebenarnya agak keberatan dengan jadwal tersebut tapi aku tak bisa berbuat apapun karena tak ada jam pagi selama dua hari ini. Jam 7 dan 8 adalah jam puncak kelelahan bagi siswa. Pada jam ini, aku harus ekstra energi untuk memperhatikan setiap tingkah siswaku. Selain itu, kelas XII IIS 3 terkenal dengan kelas “trouble-fête”(pembuat gaduh). Anak-anak di kelas ini terkenal over aktif. Ada anak yang hobinya pergi ke toilet langsung ke kantin, ada anak yang hobinya tidur di dalam kelas, ada anak yang mengikuti cara berpakaian gurunya, tak pernah dimasukkan. Walaupun tentu saja masih ada anak yang cool and actif.

Aku persiapkan secara matang kegiatan ini. Jangan sampai memalukan. Aku persiapkan RPP dan media pembelajaran berupa film serta program powerpoint. Aku juga berkonsultasi dengan Waka Kurikulum.

“Untuk pendampingan, apa harus materi baru atau boleh melanjutkan kegiatan pembelajaran minggu lalu? Soalnya, anak-anak minggu lalu melakukan presentasi  dan sekarang belum selesai” tanyaku kepada Bu Yeni, Waka Kurikulum.
“Lanjutkan saja Pak. Apa adanya saja,” jawab beliau.

Pada pukul 12.30, aku melangkahkan kakiku ke kelas XII IIS 3. Sebenarnya sudah molor seperempat jam karena seharusnya istirahat selesai pada pukul 12.15. Ini karena ada kegiatan sholat dluhur berjamaah di mushola pada waktu istirahat. Jadi, sudah dimaklumi dan menjadi adat kebiasaan, masuk kelasnya molor sampai jam 12.30. Tentu saja aku juga ikut sholat berjamaah dan berdoa dengan khusyuk demi kelancaran pendampingan ini. Dengan berdo’a aku menjadi mantap. Sampai di depan kelas, masih banyak siswa yang di luar kelas. Aku suruh mereka masuk. Aku persiapkan laptopku. Kunyalakan LCD yang sudah lama tergantung di tengah ruang kelas. Kutarik layar sampai menutupi whiteboard. Tepat sebelum kumulai, guru pendampingku datang. Beliau adalah Ibu Endah, guru Bahasa Inggris dari SMAN 1 Pekalongan. Aku tak perlu menyiapkan kursi untuk beliau sebelumnya. Aku sangat yakin, pasti ada kursi kosong. Dan benar, hari ini bahkan ada 2 kursi kosong.Kupersilahkan beliau duduk di depan. Tapi beliau memilih duduk di kursi paling belakang. Mungkin supaya tak mengganggu siswa atau mungkin supaya aku tak grogi. Entahlah.

Kumulai pelajaran. Seperti biasanya, salam sampai apersepsi kusampaikan dalam Bahasa Prancis. Sub tema pembelajaraanku saat ini adalah le touristique en Indonesie. Kemudian kulanjutkan dengan memutar ulang film yang minggu lalu telah kutanyangkan yaitu tentang Candi Prambanan. Kemudian kuulang pembacaan teks presentasi tentang Candi Prambanan.

Bonjour...
Bienvenu en Indonesie
Je m’appelle Basuki
Je veux vous presente la place touristique en Indonesia.
C’est Le temple Prambanan .
Il se trouve à Java Centre.
Il est construit a neufième siécle sous la dynastie Sanjaya.
Il est un magnifique temple.
C’est le temple Prambanan.
Merci beaucoup.

Suara merduku mendayu-dayu melafalkan kata demi kata Bahasa Prancis ini. Setelah itu, aku langsung melanjutkan dengan presntasi yang minggu kemarin telah dimulai. Sama sekali aku lupa menyampaikan “tujuan pembelajaran, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar” dan lupa mengabsen siswa. Tuh kan, grogi.

Tanpa keributan seperti biasanya, satu per satu para siswa maju ke depan kelas untuk presentasi tentang Candi Prambanan menggunakan Bahasa Prancis. Aku heran, kali ini para siswa melakukan presentasi dengan semangat. Suaranya maksimal. Sementara yang menunggu giliran, tidak gaduh. Tak ada yang ke toilet, tak ada yang tidur, tak ada yang bajunya keluar. Semuanya rapi. Pasti sungkan dengan Bu Endah yang duduk di belakang. Situasi ini membuatku lega, sekaligus aku juga bisa dengan leluasa memberikan koreksi dan masukan terhadap presentasi yang mereka lakukan. Jadi, pradugaku selama ini salah. Ternyata mereka bisa menjadi anak-anak yang manis dan bersemangat dalam belajar.

Setelah selesai presentasi dan sebelum berpamitan, Bu Endah memberikan sepatah dua patah kata:

“Sangat sulit. Saya betul-betul tidak paham Bahasa Prancis yang terkenal indah ini. Beruntunglah kalian yang bisa mempelajarinya. Saya mau bertanya, sulit mana Bahasa Prancis dengan Bahasa Inggris?” tanya beliau
“Bahasa Inggriiiiissss.....,” jawab para siswa

Aku kaget dengan jawaban itu. Bu Endah lebih kaget. Beliau tidak siap dengan jawaban tersebut. Beliau juga aku sebenarnya menduga jawaban yang mereka berikan adalah bahwa Bahasa Inggris lebih mudah.

“Oh ya?” tanya bu Endah penasaran
“Iya bu, soalnya Bahasa Inggris tensesnya banyak banget dan susaaaahh,” jawab salah satu siswa

Aku hanya meringis dalam hati sambil menggumam, “Kamu tidak tahu nak kalau tenses Bahasa Prancis lebih rumit”. Metode pengajaran Bahasa Prancis yang tidak boleh mengajarkan grammaire ternyata membawa dampak Bahasa Prancis terasa lebih mudah dan lebih indah pastinya.


Nah kan?

Jumat, 13 November 2015

JENGKOL

Hari Jum’at tanggal 14 Nopember 2015 ini tidak ada Kegiatan Belajar Mengajar karena akan diadakan acara pelepasan mahasiswa PPL dari Unikal (Universitas Pekalongan). Kami, para guru, mengenakan seragam olahraga kaos hijau dan celana training hitam. Sedangkan para siswa mengenakan seragam olahraga biru tua.

Kegiatan pertama adalah jalan sehat mengitari dusun Krengseng, Rowobelang, dusun dimana sekolah kami berada. Jarak yang ditempuh sekitar 2 km. Melalui jalan desa yang sejuk dan hijau, kami berjalan santai sambil ngobrol dan bercanda. Satu jam kemudian kami telah sampai kembali di sekolah. Walaupun tak terlalu melelahkan, kegiatan ini lumayan telah membuat kami berkeringat.

Sebelum acara dilanjutkan, para siswa diberi kesempatan untuk beistirahat. Sedangkan para guru melakukan sarapan bersama. Sekardus nasi telor telah diletakkan di meja masing-masing. Aku belum berselera untuk memakannya karena sebelum berangkat tadi aku sudah sarapan. Sementara yang lain nampak menikmati nasi kardusnya. Aku memilih untuk melanjutkan pemberkasan pupns.

“Aku minta bu...aku minta,” teriak ibu-ibu di belakangku

Aku menengok. Ternyata mereka sedang memperebutkan sesuatu.

“Apa bu?” tanyaku kepada bu Wid.
“jengkol Pak, Bu Erni membawa semur jengkol, masak sendiri,” kata Bu Wid menerangkan.
“Wah, jadi pingin nih,” kataku

Segera kusambar kardus berukuran 20 x 20 yang masih teronggok di mejaku. Aku segera mengantri jengkol.

“Aku minta ya Bu,” kataku kepada Bu Erni sambil membuka kardusku. Sebuah toples segi empat warna kuning berukuran 30 x 15 penuh dengan semur jengkol yang baunya sudah sampai ke hidungku sejak tadi. Kuambil empat buah. Karena perutku masih terasa kenyang, untuk sementara kardus itu kututup kembali dan kuletakkan lagi di atas meja. Aku melanjutkan kembali pekerjaanku.

Bau semur jengkol yang menelusup lewat tutup kardus di depanku benar-benar mengganggu hidungku. Untuk menenangkan hidungku, kubuka kembali kardus itu. Kuambil satu dan kugigit pelan-pelan. Rasanya kenyal dan empuk. Aromanya semakin menyeruak, menggantung ke langit-langit. Antara mau lengket dan terjatuh. Bumbu coklat kekuning-kuningan meleleh di tepi lidahku. Menyengat.

“Enak tenan,” kataku dalam hati. Kutengok lagi kardusku. Tiga jengkol yang masih terkapar di atas nasi memanggil-manggil. Tanpa ba bi bu, kuabaikan rasa kenyang di perutku. Agar tak mengurangi orisinilitas rasa jengkol, telor mata sapi, krupuk dan peyek ikan asin terpaksa kusingkirkan.

Tak ada lima menit, 3 jengkol ludes. Sementara, nasinya masih setengah. Kutengok ke belakang. Sudah sepi. Aku intip masih ada toples kuning itu. Aku menuju sasaran. Kuambil 3 buah lagi.

“Luar biasa pagi ini,” kataku sambil meneguk segelas air putih, kemudian bersendawa.

Eits, tapi hati-hati. Efek jengkol juga luar biasa. Kutiup-tiup telapak tanganku dan kucium. Sudah terasa. Dengan demikian, aku harus menjaga jarak ketika berbicara dengan orang lain. Selain itu, aroma toilet akan semakin “semerbak”. Maka aku harus hati-hati ketika buang air kecil maupun besar. Banyak air yang harus kubuang untuk menyiram. Dan WC sekolah, pastilah tak bisa terhindar dari efek ini.

Di hall, lanjutan acara perpisahan PPL baru saja dimulai. Diawali acara pembuka berupa pertunjukan silat. Kemudian beberapa lagu mulai terdengar. Aku penasaran, betapa serunya acara tersebut. Untuk sementara pemberkasan kututup. Aku keluar dari ruang guru.

Belum lagi, pintu kubuka dengan sempurna, seorang siswa sudah berada di depanku.

“Maaf Pak, Bu Sri ada?” tanya dia
“Oh, tidak ada. Tadi keluar sebentar mau fotocopy,” jawabku tepat di depan wajahnya.

Mendapat jawabanku, wajahnya nampak menyeringai. Kemudian agak melengos seperti menghindari tamparan tapi agak tertahan. Setelah kembali ke posisi sedia kala, wajahnya agak pucat seperti terkena semburan ular kobra.


Aku tersadar. Efek jengkol telah memakan korban.

Senin, 09 November 2015

UKG

Jadwal Uji Kompetensi Guru (UKG) sudah keluar. Jadwalku adalah hari ini Senin, 9 Nopember 2010,gelombang 3 dari pukul 14.30 sampai pukul 16.30 di SMAN 1 Subah. Kartu peserta UKG juga sudah dibagikan. Ada 3 orang yang harus mengikuti UKG di sana: aku, Pak Agus dan Pak Rosidi.

Aku bersiap-siap. Kebetulan para siswa dipulangkan pukul 10.30. Jadi aku bisa membaca ulang materi UKG walaupun semalam aku sudah belajar sampai pukul 01.00. Kusiapkan juga kartuku jangan sampai ketinggalan. Motorku, bensinnya kupenuhi. Maklum, SMAN 1 Subah berjarak sekitar 40 km dari rumahku. Pasti butuh bahan bakar lumayan banyak. Sebenarnya aku ingin naik mobil. Tapi tahu sendiri kondisi jalan pantura yang sedang dalam perbaikan. Macetnya na’udzubillah.

Takut terjebak macet, aku berencana berangkat pukul 12.30. Setelah sholat dhuhur dan makan siang, aku siap meluncur. Aku siapkan PSHku (PSH: Pakaian Seragam Harian). Pakaian berwarna biru ini terbuat dari bahan yang tebal dan jahitannya dibuat semi jas. So... biarpun kelihatan gagah, pakaian ini menjadi berat dan panas.

Ah, tapi barangkali boleh memakai pakaian yang tidak sepanas PSH ini, maka pada pukul 12.34, aku kirimkan sebuah sms kepada Ibu Yeni, Waka Kurikulum, untuk menanyakan pakaian UKG.

“Maaf Bu Boss, mau nanya. Untuk mengikuti UKG sore pakai seragam apa?”

Sms yang sangat halus tentu saja. Tidak langsung ke sasaran tembak tapi makna dan maksudnya sangat tepat mengena. maksudnya, apakah kegiatan UKG juga memakai seragam PSH biru ini? Atau boleh memakai yang lain? Bukankah UKGku sudah di luar jam dinas? Sambil kipas-kipas kepanasan, kutunggu balasannya. 

Sepuluh menit berlalu, belum juga ada balasan. Aku gelisah.

“Oh..pasti sedang dirapatkan bersama Kepala Sekolah dan Para Waka yang lain,” batinku bicara.

Daripada terlambat, aku segera mengambil baju PSH biruku dan meluncur menuju Subah.
Tepat pukul 13.45 aku sampai di SMAN 1 Subah. Kulihat Pak Agus dan Pak Rosidi sudah sampai duluan. Kubuka HP. Ada kiriman sms dari Bu Yeni, terkirim pada pukul 12.57. Isinya adalah “pakai pakaian PSH biru spt pagi td pak boss”.

Ternyata hasil rapat memutuskan kegiatan UKG tetap memakai PSH biru. Untung aku memakai PSH biru juga.

#

Di depan laboratorium komputer, aku tanda tangan di daftar hadir. Rangkap 6. Banyak sekali.

“Maaf Bapak-Bapak Ibu-Ibu, untuk UKG gelombang 3 dimulai sekitar pukul 16.00 karena internet trouble,” kata salah seorang panitia.
“Oh Mon Dieu, lama nian”

Menunggu lama, aku dan Pak Agus mencari bakso di Pasar Subah, sekalian nanti mencari masjid untuk sholat asar. Soalnya air di masjid SMAN 1 Subah habis. Kenyang dengan semangkok bakso, kami kembali dan saatnya mengerjakan UKG.

Pukul 15.45 aku memasuki ruangan laboratorium komputer. Ruangan ini tak ber-AC. Hanya ada 2 kipas angin di atas dan 1 kipas angin duduk di depan. Aku duduk di kursi nomor 05, sudut kanan depan. Komputer sudah menyala dan sudah siap diisi dengan nomor peserta dan nomor validasi untuk login. Sebelum mengerjakan soal utama, kami diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan selama 15 menit. 10 soal kukerjakan hanya dalam waktu 5 menit. Hasilnya 9 benar dan 1 salah. Hebat kan? Iya lah. Wong, soal latihannya: Siapakah pencipta lagu Indonesia Raya?, Apa warna yang tak ada dalam lagu Balonku? Apa singkatan UKG?

Masuk pada soal ujian. 60 butir soal pilihan ganda harus dikerjakan selama 120 menit. 18 belas soal pedagogik dan 42 soal kognitif aku lahap pelan-pelan. Aku nerveus melihat soal-soal yang tak kuduga. Hampir semua soal belum pernah aku lihat, apalagi kupelajari. Layar komputer di depanku seperti menerorku. Hitungan detik mundur di sudut kanan atas monitor semakin membuatku deg-degan. Kipas angin yang diletakkan persis di depanku tak bisa mendinginkan pikiranku. Detik-detik akhir “klik kirim”, jantungku berdebar. Waktu tersisa 20 menit. Aku teliti kembali. Sudah mantap. Sepertinya sudah betul semua.

“Klik” bunyi mouseku tepat di sebuah gambar tangan di kanan atas yang artinya “kirim”.
“Apakah Anda yakin?” Masih tanya lagi.
“Klik” ya.

Pedagogik           benar : 11            salah :  7
Kognitif               benar : 24            salah : 18

Kuhitung dengan kalkulator di hpku. 35/60*100. hasilnya 58,333. Sebuah angka yang minimalis.

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 55

Alhamdulillah, aku lulus.

Minggu, 08 November 2015

SISWAKU TINGGAL SEPAROH

Selesai sholat istisqo, aku pulang ke rumah untuk ganti pakaian. Dan aku segera ke sekolah untuk melaksanakan tugas. Karena seluruh siswa mengikuti sholat istisqo di alun-alun maka jam sekolah dimulai pukul 08.30. Jam pelajaran hari ini dipola waktu artinya jam pelajaran tetap 8 jam dan setiap jamnya dikurangi menjadi 35 menit.

Dengan langkah mantap, aku menuju kelas XI IIS 4. Sesampai di kelas, aku disambut riuh oleh para siswa.

“Kosong aja Pak, banyak yang tak berangkat,” kata mereka.
“Lha kok?” tanyaku penasaran, “ayo berdo’a dulu”

Setelah berdo’a, aku absen siswaku satu per satu. Hanya 18 anak yang berangkat dari 36 siswa.

“Pada kemana nih? Bukannya tadi ikut sholat istisqo semua?” tanyaku
“Iya Pak tadi waktu di alun-alun sih lengkap, tapi setelah selesai sholat pada pergi entah kemana”

Ternyata kasus ini tidak hanya menimpa kelasku. Kelas-kelas yang lain juga sama. Yang paling parah adalah kelas XII. Yang berangkat hanya 10-15 %. Kelas XI masih lumayan hanya 50 %. Dan kelas X tentu saja lengkap 100 %. Soalnya mereka masih takut membolos dan semoga selalu takut untuk membolos.

Demi menghadapi kelasku yang tinggal separoh, aku tidak memberi materi pelajaran karena aku tak mau mengulangi materi yang sama pada pertemuan yang akan datang. Untuk itu, aku hanya bercerita tentang pengalaman hidupku. 

Tumben, siswa-siswaku diam. Mereka betul-betul mendengarkan ceritaku dengan seksama. Tak seperti ketika mereka mendengarkan pelajaran.

Sabtu, 07 November 2015

SHOLAT ISTISQO

Hari Selasa 3 Nopember 2015 pukul 06.00 aku sudah berada di alun-alun Batang. Shaf depan telah penuh sehingga aku memilih shaf di belakang, persis di sebelah barat pohon beringin yang belum lama ambruk tapi dahannya telah dipotong dan batangnya yang masih menjuntai ke empat arah hanya ditopang dengan beberapa potong bambu. Kugelar dua lembar koran bekas. Di atasnya kugelar sajadah merah maron. Walaupun sudah terang namun matahari belum juga nampak. Langit terlihat cerah dengan beberapa onggok awan putih di sebelah utara. Orang-orang yang baru datang lalu lalang di depanku. Kakinya menyapu debu musim kemarau yang masih belum berlalu. Aku menutup hidungku untuk menghindari debu yang beterbangan.

“Mbok kalau pada jalan, kakinya diangkat dan pelan-pelan,” kataku dalam hati. Hanya dalam hati karena tak mungkin aku mengatakan kepada puluhan orang yang tak henti-hentinya lewat di depanku. Tentu saja, kata hatiku menjadi  sia-sia karena hidungku tetap kemasukan debu. Aku terbatuk dan bersin-bersin.

Lima puluh menit berlalu. Matahari mulai menampakkan batang hidungnya. Punggung para jama’ah yang berada di shaf depan mulai mendapatkan vitamin B. Punggungku terhalangi oleh pohon beringin untuk mendapatkan vitamin yang sangat bermanfaat ini. Dari speaker yang dipasang di beberapa sudut mengalun sholawat dan istighfar tak henti-henti. Para jama’ah masih larut mengikutinya. Acara sholat istisqo berjamaah belum juga dimulai (Kalau aku sudah berkata seperti ini artinya “lama sekali sih!”)

Pukul 07.00 datanglah Bapak Bupati beserta rombongan, sebagian berjubah. Mungkin ini para ulama dari Syiria itu. Mereka menempati shaf paling depan. Tak berlaku kalimat yang mengatakan bahwa yang datang belakang harus menempati shaf belakang. Soalnya, alun-alun kan tak ada pintunya. Jadi masuk dari mana saja, bebas. Termasuk dari depan (barat). Iya kan?

Diawali pidato oleh Bupati Batang Bp. Yoyok Riyo Sudibyo. Beliau berterima kasih kepada para jama’ah yang telah berkenan mengikuti sholat istisqo ini. Beliau juga bercerita panjang lebar tentang kondisi bangsa yang sedang dilanda kebakaran di mana-mana. Hampir setengah jam beliau berpidato dengan ditutup pesan untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat, jangan sampai terpecah oleh gerakan-gerakan yang megatasnamakan Islam.

Sholat istisqo dilaksanakan 2 raka’at dengan diawali takbir 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali pada rakaat kedua. Seperti tertulis di MMT besar di beberapa perempatan dan undangan yang disampaikan ke sekolah-sekolah dan masjid-masjid, sholat istisqo ini diimami oleh Sheikh Al Alamah Prof Dr. Rajab Deeb ulama dari Syiria.

Dilanjutkan dengan khotbah berbahasa Arab oleh ulama dari Syiria lainnya. Tentu saja aku paham dengan pembuka khotbahnya: salam, hamdalah dan sholawat. Tapi pada menit ke-5, aku sudah kehilangan makna. Tak ada satu pun kata-kata yang aku pahami. Setelah 20 menit berlalu, aku kembali paham: Istighafar, do’a yang biasa aku panjatkan juga, dan salam.

Jangan khawatir, khotbah ini diterjemahkan juga dalam Bahasa Indonesia oleh Usatdz Anang, pimpinan pondok pesantren Tazaka. Jadi, otakku tak perlu lagi berputar-putar pening. Inti dari khotbah adalah jangan saling membenci, jangan korupsi, jangan merusak, sabar, saling mengasihi dan menjaga persatuan agar Tuhan juga mengasihi manusia.

Kegiatan ini diakhiri dengan do’a. Tentu saja do’a minta hujan.

KUNJUNGAN PAK YOYOK

Sabtu 07 Nopember 2015 pukul 09.00 pagi

Saat aku sedang mengajar di kelas, tiba-tiba ada kehebohan di ujung lapangan. Para siswa berhamburan menuju sudut barat laut lapangan. Dari sela-sela jendela, aku menengok sebentar. Ada seseorang memakai peci putih dan berjubah abu-abu. Jalannya cepat, gerakannya lincah. Sosok itu nampak melihat-lihat gedung sekolah. Aku tak asing dengan wajahnya. Ya...Pak Yoyok Riyo Sudibyo, bupati Batang.

Siswa-siswaku yang sejak tadi tenang menjadi heboh juga dan berlarian keluar kelas menuju Pak Yoyok yang sekarang sudah memegang microphone.

“Assalamu’alaikum.”
“Apa kabar semua?”
“Baik...” jawab para siswa serempak.

Aku hanya terbengong-bengong di depan kelas. Sementara siswaku di dalam kelas telah habis. Aku hanya bertanya dalam hati, ngapain beliau datang ke sini? Jangan-jangan mau sidak. Tapi kok di lapangan. Kenapa tidak langsung ke kelas atau ke ruang guru atau ke ruang TU?

Sekarang beliau telah dikerumuni oleh para siswa. Aku menduga pasti sebentar lagi pasti mau menanyakan kepada  para siswa: “Kemarin lihat Pak Yoyok di tivi nggak?” atau “Sudah tahu belum kalau Pak Yoyok baru saja menerima Bung Hatta Anti Corrupton Award?” Ya beliau memang baru saja menjadi bintang nasional, menerima Bung Hatta Anti Corruption Award, tampil di Mata Najwa dan muncul di koran-koran nasional.

Ternyata prediksiku salah. Yang pertama ditanyakan adalah :

“Kalian kenal saya tidak?” Waduh, masih saja beliau ini nggak pede. Merasa dirinya belum dikenal orang. Untung saja para siswa menjawab:
“Kenaaaalllll...,” jawab mereka serempak.

Didampingi beberapa orang berseragam dinas, beliau rupanya ingin mengundang para siswa untuk menghadiri acara Pagelaran Seni dan Budaya, Pelopor Anti Narkoba 2015 yang akan dilaksanakan nanti malam di depan pendopo bupati.

“Saya tunggu kalian nanti malam, ba’da Isya. Banyak artis ibukota yang akan datang”
“Kami tidak bisa datang, nanti malam ada persami Pak,” jawab salah satu siswa

Sejenak Pak Yoyok tercenung. Pandangannya ke langit kosong. Mungkin hatinya bingung. Undangannya sia-sia. Atau mungkin beliau sedang menimbang-nimbang untuk menggunakan kewenangannya membatalkan kegiatan persami di sekolah demi suksesnya kegiatan di depan pendopo. Aku juga menebak seperti itu.

“Tapi hanya kelas dua Pak,” celetuk salah satu siswa.
“Oh, hanya kelas dua. Kalau begitu, siswa kelas dua besok akan dapat ceritanya saja,” kata beliau.
“Ahhhh,” sambut siswa kelas dua kecewa.

Untuk merepromosikan kegiatan nanti malam, beliau mengajak para siswa menyanyikan sebuah lagu:

“langsung ref ya..
Orang kaya mati
Orang miskin mati
Raja-raja mati
Rakyat biasa mati
Semua pergi menghadap Ilahi
Dunia yang dicari
Tak ada yang berarti”
Lagu “Dunia Hanya Sementara Akhirat Selamanya” ini nanti malam akan dinyanyikan oleh penyanyi aslinya. Pak Yoyok memperkenalkan Derry Sulaiman (sang penyanyi juga pengisi acara Ngopi Trans 7) yang berada disampingnya.

Usai menyanyi bersama ternyata Pak Yoyok masih memberi kejutan lagi. Beliau memanggil seseorang untuk keluar dari mobilnya. Reyhan Githa Umara, vokalis baru Kangen Band. Tentu saja para siswa semakin histeris. Reyhan menyanyikan sepotong lagunya diikuti para siswa yang tentu saja sangat antusias.

"Suaranya mak nyus tenan," batinku

Tidak sampai setengah jam. Setelah bersalaman dan berfoto-foto riang dengan beberapa siswa, beliau minta pamit. Kijang Inova hitam mengantar beliau pulang.


Bel pergantian pelajaran berbunyi, tapi aku masih terbengong-bengong di pinggir lapangan. Pagi yang mengejutkan ini belum berlalu.

Rabu, 04 November 2015

PAK YOYOK DI MATA NAJWA

Sama sekali tak menyangka, orang yang sering aku lihat berjalan kaki ke Masjid Agung Batang untuk sholat berjamaah, orang yang menyapa warga dengan pakaian casual (jeans dan kemeja /kaos), penggemar burung berkicau (kicau maniak), orang yang sama sekali tak pernah menampakkan ke-jabatan-nya, tadi malam muncul di Mata Najwa, sebuah acara di Metro TV yang dipandu oleh Najwa Shihab dalam tema Teladan Bung Hatta.

Aku juga tak menyangka bahwa saat mulai menjabat tahun 2012, pria kelahiran 23 April 1972 asal Bawang, Batang, lulusan Akademi Militer 1994 dan Sekolah Lanjutan Perwira 2004 ini membuat Surat Pernyataan Bupati Batang tidak meminta proyek dengan mengatasnamakan pribadi, keluarga, atau kelompok; membuat Pakta Integritas Pelaksana Kegiatan SKPD dalam pencegahan dan pemberantasan KKN.

Aku juga tak menyangka bahwa Festival Anggaran untuk memamerkan perencanaan anggaran memang upaya Pak Yoyok agar masyarakat ikut mengawasi jalannya pemerintahan secara transparan. 

Aku juga tak menyangka ternyata Pak Yoyok menggandeng Transparency International Indonesia, ICW dan KPK guna mendorong terciptanya pemerintah yang bersih.

Aku juga tak menyangka ternyata Kabupaten Batang telah menghemat Rp. 5-6 miliar, telah meningkatkan pendapatan daerah Rp. 14,4 miliar, dan telah melakukan efisiensi belanja pegawai Rp. 42,4 miliar.

Aku juga tak menyangka ternyata Pendapatan asli daerah (PAD) Batang yang pada tahun 2012 hanya Rp 67 miliar, pada tahun 2014, naik menjadi Rp 186 miliar

Aku juga tak menyangka ternyata Batang menjadi daerah pertama di Jawa Tengah dalam pencanangan zona integritas bebas korupsi.

Aku juga tak menyangka ternyata Pak Yoyok sudah mengantarkan Pemerintah Kabupaten Batang meraih penghargaan ISO 27001:2013 dari lembaga ACS Registrars Indonesia untuk Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) lelang barang dan jasa

Pantas saja Bapak Yoyok Riyo Sudibyo menerima penghargaan Bung Hatta Anti Corruption award 2015.


Aku selalu respek dengan orang yang berani jujur.