Sebagai tindak lanjut dari In House Training (IHT) tentang
Kurikulum 2013, pada hari Rabu, 18 Nopember 2015 dimulai kegiatan Pendampingan
Pembelajaran Kurikulum 2013. Kegiatan ini berfungsi untuk melihat apakah
Kurikulum 2013 telah benar-benar dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas.
Siapakah pendampingnya? Mereka adalah guru-guru yang telah dilatih untuk
menjadi pendamping bagi sekolah-sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013.
Tidak semua guru. Dalam satu Kabupaten hanya 2 atau 3 orang guru dan mereka tergabung
dalam satu tim dengan guru-guru dari kabupaten lain yang terdekat. Guru
pendamping ini pun tidak mewakili setiap pelajaran. Hanya terbagi dalam bidang umum,
IPA, IPS, Bahasa, dan peminatan.
Sekolahku merupakan sekolah yang telah melaksanakan
Kurikulum 2013 sejak 2 tahun yang lalu. Untuk itu, sekolahku menjadi sasaran
pendampingan pembelajaran Kurikulum 2103 untuk kelas XII. Kegiatan pendampingan
dilaksanakan selama 2 hari. Guru-guru pendamping berasal dari SMAN 1 Batang
dan SMAN 1 Pekalongan. Bagiku kegiatan pendampingan ini seperti kegiatan PK (Penilaian
Kegiatan) guru, sebuah kegiatan untuk menilai kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang guru. Bedanya PK guru dilakukan oleh rekan guru yang
lebih senior di satu sekolah. Ini saja sudah membuatku dag dig dug. Apalagi,
pendampingnya adalah guru dari sekolah lain. Tidak bisa tidak, pendampingan ini
juga pasti ada unsur penilaian di dalamnya. Hufft...
Jadwal pendampingan untuk mata pelajaran lintas minat Bahasa
Prancis adalah hari Rabu, 18 Nopember 2015 jam ke 7 dan 8 di Kelas XII IIS 3.
Aku sebenarnya agak keberatan dengan jadwal tersebut tapi aku tak bisa berbuat
apapun karena tak ada jam pagi selama dua hari ini. Jam 7 dan 8 adalah jam
puncak kelelahan bagi siswa. Pada jam ini, aku harus ekstra energi untuk
memperhatikan setiap tingkah siswaku. Selain itu, kelas XII IIS 3 terkenal
dengan kelas “trouble-fête”(pembuat gaduh). Anak-anak di kelas ini terkenal over aktif. Ada anak
yang hobinya pergi ke toilet langsung ke kantin, ada anak yang hobinya tidur di dalam kelas, ada
anak yang mengikuti cara berpakaian gurunya, tak pernah dimasukkan. Walaupun tentu saja masih
ada anak yang cool and actif.
Aku persiapkan secara matang kegiatan ini. Jangan sampai
memalukan. Aku persiapkan RPP dan media pembelajaran berupa film serta program
powerpoint. Aku juga berkonsultasi dengan Waka Kurikulum.
“Untuk pendampingan, apa harus materi baru atau boleh melanjutkan
kegiatan pembelajaran minggu lalu? Soalnya, anak-anak minggu lalu melakukan
presentasi dan sekarang belum selesai”
tanyaku kepada Bu Yeni, Waka Kurikulum.
“Lanjutkan saja Pak. Apa adanya saja,” jawab beliau.
Pada pukul 12.30, aku melangkahkan kakiku ke kelas XII IIS
3. Sebenarnya sudah molor seperempat jam karena seharusnya istirahat selesai
pada pukul 12.15. Ini karena ada kegiatan sholat dluhur berjamaah di mushola pada
waktu istirahat. Jadi, sudah dimaklumi dan menjadi adat kebiasaan, masuk
kelasnya molor sampai jam 12.30. Tentu saja aku juga ikut sholat berjamaah dan berdoa dengan
khusyuk demi kelancaran pendampingan ini. Dengan berdo’a aku menjadi mantap.
Sampai di depan kelas, masih banyak siswa yang di luar kelas. Aku suruh mereka
masuk. Aku persiapkan laptopku. Kunyalakan LCD yang sudah lama tergantung di tengah
ruang kelas. Kutarik layar sampai menutupi whiteboard. Tepat sebelum kumulai, guru
pendampingku datang. Beliau adalah Ibu Endah, guru Bahasa Inggris dari SMAN 1
Pekalongan. Aku tak perlu menyiapkan kursi untuk beliau sebelumnya. Aku sangat
yakin, pasti ada kursi kosong. Dan benar, hari ini bahkan ada 2 kursi kosong.Kupersilahkan
beliau duduk di depan. Tapi beliau memilih duduk di kursi paling belakang. Mungkin
supaya tak mengganggu siswa atau mungkin supaya aku tak grogi. Entahlah.
Kumulai pelajaran. Seperti biasanya, salam sampai apersepsi
kusampaikan dalam Bahasa Prancis. Sub tema pembelajaraanku saat ini adalah le
touristique en Indonesie. Kemudian kulanjutkan dengan memutar ulang film yang
minggu lalu telah kutanyangkan yaitu tentang Candi Prambanan. Kemudian kuulang
pembacaan teks presentasi tentang Candi Prambanan.
Bonjour...
Bienvenu en Indonesie
Je m’appelle Basuki
Je veux vous presente la place touristique en Indonesia.
C’est Le temple Prambanan .
Il se trouve à Java Centre.
Il est construit a neufième siécle sous la dynastie Sanjaya.
Il est un magnifique temple.
C’est le temple Prambanan.
Merci beaucoup.
Suara merduku mendayu-dayu melafalkan kata demi kata Bahasa
Prancis ini. Setelah itu, aku langsung melanjutkan dengan presntasi yang minggu
kemarin telah dimulai. Sama sekali aku lupa menyampaikan “tujuan pembelajaran,
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar” dan lupa mengabsen siswa. Tuh kan, grogi.
Tanpa keributan seperti biasanya, satu per satu para siswa
maju ke depan kelas untuk presentasi tentang Candi Prambanan menggunakan Bahasa
Prancis. Aku heran, kali ini para siswa melakukan presentasi dengan semangat.
Suaranya maksimal. Sementara yang menunggu giliran, tidak gaduh. Tak ada yang ke
toilet, tak ada yang tidur, tak ada yang bajunya keluar. Semuanya rapi. Pasti sungkan
dengan Bu Endah yang duduk di belakang. Situasi ini membuatku lega, sekaligus
aku juga bisa dengan leluasa memberikan koreksi dan masukan terhadap presentasi
yang mereka lakukan. Jadi, pradugaku selama ini salah. Ternyata mereka bisa menjadi anak-anak
yang manis dan bersemangat dalam belajar.
Setelah selesai presentasi dan sebelum berpamitan, Bu Endah
memberikan sepatah dua patah kata:
“Sangat sulit. Saya betul-betul tidak paham Bahasa Prancis
yang terkenal indah ini. Beruntunglah kalian yang bisa mempelajarinya. Saya mau
bertanya, sulit mana Bahasa Prancis dengan Bahasa Inggris?” tanya beliau
“Bahasa Inggriiiiissss.....,” jawab para siswa
Aku kaget dengan jawaban itu. Bu Endah lebih kaget. Beliau
tidak siap dengan jawaban tersebut. Beliau juga aku sebenarnya menduga jawaban yang mereka berikan adalah bahwa Bahasa Inggris lebih mudah.
“Oh ya?” tanya bu Endah penasaran
“Iya bu, soalnya Bahasa Inggris tensesnya banyak banget dan
susaaaahh,” jawab salah satu siswa
Aku hanya meringis dalam hati sambil menggumam, “Kamu tidak
tahu nak kalau tenses Bahasa Prancis lebih rumit”. Metode pengajaran Bahasa Prancis yang tidak boleh
mengajarkan grammaire ternyata membawa dampak Bahasa Prancis terasa lebih mudah
dan lebih indah pastinya.
Nah kan?