“Siapa yang tadi malam belajar?”,
tanyaku persis seperti guru TK.
Tidak ada yang mengangkat tangan.
“Jadi, kalian tidak belajar tadi
malam?” tanyaku heran, “Terus, kapan kalian belajar?”
“Tak pernah belajar Pak”, kata
mereka serempak.
“haa……! Tak pernah belajar?
Kalian ini sudah kelas XII sebentar lagi Ujian Nasional. Kalian harus
mempersiapkan diri sejak sekarang?”, kataku dengan semangat sampai
berbusa-busa.
“Tak perlu dipersiapkan Pak,”
jawab salah satu dari mereka dengan santai.
“Kenapa?,” tanyaku penasaran
“Kan ada bocoran,” jawabnya menohok jantungku.
Rupanya, jawaban itu merupakan efek domino dari isu bocoran jawaban Ujian
Nasional sejak 2 tahun yang lalu.
Begini isunya:
Walaupun pemerintah mengklaim bahwa ada 1500 paket soal Ujian Nasional yang
diujikan di setiap sekolah sehingga setiap anak dalam satu sekolah akan
mengerjakan soal yang berbeda, tapi hukum “pencuri lebih pintar dari polisi”
berlaku juga. Dengan membayar 100.000 rupiah, mereka mendapatkan kunci jawaban.
Para agen pembocor kunci jawaban mengirimkan kunci jawaban ke wakil agen di
sekolah (salah satu siswa) untuk digandakan sesuai jumlah siswa yang telah
memesan. Sebelum masuk ruang Ujian Nasional, setiap siswa pembeli kunci jawaban
telah menerima selembar kertas yang berisi jawaban lengkap 20 paket untuk mata
pelajaran hari itu. Menurut cerita, dari 1500 paket soal ini ternyata sebenarnya
hanya ada 20 kunci jawaban berkode. Kode kunci jawabannya yaitu suku kata
pertama soal nomor 1. Jadi (menurut cerita juga), untuk kunci jawaban
berkode se- digunakan untuk soal yang
pada kalimat nomor 1 berbunyi : sebaiknya, sebagian, selanjutnya, seminggu,
dst. Untuk kunci jawaban berkode de-
digunakan untuk soal yang pada kalimat nomor 1 berbunyi : dengan, demikian,
desakan, dst.
Mereka yang hati-hati dan takut apabila kunci jawabannya salah, meneliti
kembali soal dengan jawaban mereka sendiri. Mereka yang ingin nilainya lebih
tinggi juga harus mengerjakan soal yang di lembar kunci jawaban tidak ada
jawabannya. Perlu diketahui bahwa setiap paket kunci jawaban tidak 100 %
dijawab, hanya sekitar 60 % sampai 80 %. Sisanya, terserah kepada peserta Ujian
Nasional, apakah mau dilengkapi atau cukup ikhlas mendapat nilai sesuai dengan jumlah
jawaban yang tersedia dalam lembar kunci jawaban.
Isu ini didengar,
dipelajari dan dijadikan pedoman oleh adik kelas mereka yang sekarang sedang
duduk di kelas XII. Efeknya luar biasa: buat apa belajar kalau dengan 100.000 rupiah
bisa lulus dengan mudah.
Kalau isu ini benar, pertanyaannya:
- Mengapa soal Ujian Nasional ini bisa bocor?
- Siapakah agen yang telah membocorkan Ujian Nasional ini?
- Dari mana mereka mengetahui hanya ada 20 kode dalam 1500 paket soal?
Apapun jawabannya, bocoran
kunci jawaban Ujian Nasional ini mungkin dianggap turut mensukseskan
pelaksanaan Ujian Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar