Rasa kantukku sudah tak tertahankan. Pak Agus dan Pak Gito sekeluarga belum juga datang. Kabarnya mereka pulang pukul 01.00. Sekarang sudah jam 02.00, belum juga ada tanda-tanda kedatangan mereka. Pelan-pelan aku rebahkan tubuhku di karpet. Acara TV yang tidak menarik semakin menambah syahdunya angin malam.
Kudengar suara burung murai batu tetanggaku bersahutan. Kulihat jam dinding: pukul 05.00. Kutersentak setengah meloncat. Tergopoh kutengok rumah Pak Agus (lebih dekat daripada rumah Pak Gito). Sepi. Segera kuambil air wudlu dan kukerjakan sholat shubuh yang sudah terlambat di kamar. Rasa penasaranku belum hilang. Kutengok sekali lagi rumah Pak Agus. Masih sepi. Kulangkahkan kaki ke rumahnya. Hanya ada anak laki-lakinyasedang duduk di teras rumah. Kuberanikan untuk bertanya:
"Bapak Ibu sudah kondur?" tanyaku
"Sudah Pak, tadi jam 03.00, sekarang sedang istirahat," jawabnya
"Ya sudah, nanti saja saya ke sini lagi," kataku
Wah, ternyata aku ketiduran. Hilang sudah kesempatanku untuk mencium wangi Mekah Madinah dari Pak Haji yang baru sampai. Utamanya wangi kurma dan air zam-zamnya yang sudah lama terbayang di pelupuk mata.
Ba'da maghrib, aku bersama bapak-bapak jama'ah maghrib mengunjungi rumah Pak Agus dan Pak Gito. Melepas rasa kangen setelah lebih dari 1 bulan tak bertemu. Secangkir air zam-zam dan buah kurma yang membuatku penasaran akhirnya tersuguhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar