alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Jumat, 24 Oktober 2014

PROBLEM PENDIDIKAN NASIONAL

Kebiasaanku sarapan dengan nasi megono dan sepotong tempe goreng ternyata memberi manfaat tambahan selain kenyang. Berbungkus selembar daun pisang dan koran bekas di luarnya. Murah meriah, cukup 1.500 perak. Pagi ini, kubaca sebuah artikel di koran bekas bungkus nasi megono-ku berjudul “Problem Pendidikan Nasional”. Disebutkan bahwa salah satu problem pendidikan nasional adalah "ada diskoneksitas (ketidaknyambungan) antara pendidikan dan potensi sumber daya alam dan kearifan lokal/ budaya".

Seketika aku terbayang siswaku, Deni. Dia pernah bertanya kepadaku:

“Pak, di perguruan tinggi ada tidak jurusan “Peternakan Badak, Gajah, Harimau atau Orang Utan”?

Deni, siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial  (IPS) ini mempunyai hobi memelihara binatang. Ada berbagai jenis kucing, monyet, tokek, ular, iguana di rumahnya.

“Kalau tidak dilarang, saya bahkan ingin memelihara harimau sumatra Pak,” kata dia suatu hari

Tidak hanya memelihara, dia juga ingin belajar tentang teknologi binatang. Sekarang ini, ilmu tentang binatang dan reptil sementara dia dapatkan dari internet. Itupun hanya sekedar cara memelihara dan merawat. Dia bermimpi hewan piaraannya tidak hanya untuk dipelihara tetapi juga bisa untuk dikembangbiakkan, bahkan dimanfaatkan dengan teknologi modern. Dia ingin menciptakan jenis tokek broiler, membuat teknologi penggemukan orang utan untuk konsumsi, mengembangkan varietas ular, kloning gajah, penangkaran harimau sumatra, dan penetasan telur buaya beserta DOC-nya (day old crocodille). Dia ingin binatang-binatang langka khas Indonesia bisa dikandangkan, digemukkan, dikembangbiakkan, diternakkan oleh masyarakat umum, dimanfaatkan dagingnya seperti ayam,kambing atau sapi.

Dia beranggapan bahwa tidak perlu mengembangkan teknologi pembuatan mobil, sepeda motor, komputer. Toh, dia tidak mungkin bisa mengejar teknologi mereka karena teknologi tersebut telah mereka kuasai beratus-ratus tahun. Biarkan orang-orang Amerika, Eropa, dan Jepang yang membuat mobil, sepeda motor, dan komputer. 

Yang dia inginkan adalah teknologi yang dimanfaatkan untuk pengembangan binatang khas Indonesia. Dia bercita-cita mendirikan “Warung Sate Badak, Tongseng Gajah, Rendang Orang Utan” asli Indonesia hasil ternak sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar