Kejadian ini terjadi pada hari terakhir LDK OSIS 2018. (Minggu,
11 November 2018)
Terpicu oleh taburan tepung sebelum kegiatan Jalan-Jalan
Siang (JJS), alergi bau Mega (nama samaran ya) kambuh. Dia bersin tak henti-henti. Efeknya tidak
hanya bedak atau debu yang membuatnya bersin, tapi semua bau yang sedikit menyengat juga membuatnya
bersin. Bau asap, solar, bau parfum, bau minyak, bau kotoran, bau kaos kaki,
bau ketek, bau keringat, dan bau yang aneh di hidungnya membuatnya bersin
berkali-kali.
Akibatnya, dia tidak bisa naik bus. Menurutnya, bau bus sangat
menyengat. Padahal menurutku, biasa saja. Tidak ada bau bus yang menyengat.
Mungkin yang dia maksud bukan bau bus tapi bau isi bus yaitu keringat
teman-temannya. Ups...maaf. Bukan keringat tapi parfum. Setelah packing, pasti
teman-temannya tidak ketinggalan menyemperotkan berbagai macam parfum di tubuh
mereka masing-masing.
“Kalau begitu, naik mobil saja. Kebetulan mobilnya masih
bisa muat satu lagi.” Kataku
“Sebentar Pak,” kata dia.
Dia minta kepada Vigo untuk membukakan pintu mobil. Baru
saja pintu mobil dibuka, seketika itu, dia bersin-bersin lagi. Sambil menutup
hidungnya dan menghindar dari mobil, dia memberi isyarat untuk segera menutup pintu
mobil.
“Bau pewangi di mobil terlalu menyengat.”
“Tidak jadi naik mobil nih?,” tanyaku.
Akhirnya, dia memilih membonceng motor. Selain bisa
menghirup udara segar yang tentu saja tidak menyengat, dia bisa bersin sesuka
hati. Boncengan yang kosong adalah motor Vigo dan Mas Slamet.
“Jangan membonceng Vigo,” kata Eni
“Kenapa En?” tanyaku
“Mengerikan.. Vigo naik motornya ngebut dan ugal-ugalan
Pak,” Jawab Eni yang kemarin waktu berangkat membonceng Vigo
”Kalau begitu ikut Mas Slamet saja,” kataku
“Helmnya pinjam Eni. Eni naik mobil,” kata Pak Agus Ma.
Akhirnya Mega naik motor bersama Mas Slamet dan Eni ikut
mobil. LDK OSIS 2018 selesai. Selamat tinggal Pagilaran. Kita meluncur pulang
ke sekolah lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar