alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Rabu, 14 November 2018

TERCINTA ATAU MERDEKA

“Ini anak pada kemana?” tanyaku melihat ada 6 bangku kkosong saat aku masuk ke kelas XI MIPA 4 pada jam ke 5. Jam tersebut tepat setelah istirahat pertama.
“Lagi pada makan mie di kantin Pak,” jawab salah satu siswa
 “Waktu istiraahatnya kan sudah habis,”
“Iya Pak”

Akhirnya aku memulai aktivitasku dengan mengabsen. Satu per satu kupanggil siswaku dan ada 6 anak yang masih di kantin.

Ketika aku selesai mengabsen, 6 anak tersebut muncul.
“Dari mana kalian?” tanyaku pura-pura tidak tahu
“Dari kantin Pak. Tadi antri mie, saat jam istirhat selesai mie-nya baru jadi. Jadi kami makan mie dulu Pak,” jawab salah satu di antara 6 siswa tersebut.
“Kalau begitu kalian maju ke depan. Nyanyikan lagu nasional,” perintahku

Annisa, Endah, Esti, Laeli, Sukma, Nadia (semuanya nama samaran) maju ke depan kelas.
“Lagunya apa Pak?”
“Syukur,” jawabku. Kupilihkan lagu karya H. Mutahar yang sangat terkenal. Pasti mereka bisa menyanyikannya dengan baik.

Beberapa saat mereka kelihatan bingun dan saling bertanya.
“Syukur itu lagunya yang kayak apa sih?” tanya salah satu siswa ke teman-temannya.
“Aku nggak tahu,”
“Aku juga nggak tahu,” jawab yang lain
Mereka saling pandang masih dalam kebingungan dan kegalauan.

“Dari yakinku teguh,” kataku, “lagu nasional terkenal sekali kok kalian nggak tahu”.

“Ooo....” kata mereka hampir serempak

Kulihat mereka masih saling berbisik, dan tidak segera menyanyi. Dan terdengar suara lirih menyanyikan lagu syukur “dari yakinku teguh..hati ikhlasku penuh” dan posisi mereka membentuk lingkaran.

“Sedang apa kalian?” tegurku
“Sebentar Pak, kami sedang latihan dulu,” jawab salah satu
“Halah...pakai latihan segala. Kayak paduan suara mau lomba,” kataku

Setelah beberapa menit mereka latihan, kini mereka telah siap dan mempoisisikan diri membelakangi papan tulis dan menghadap ke teman-temannya.

Dari yakinku teguh.
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia ter..deka....

“Stop..stop..stop,” teriakku, “apa tadi? Tercinta atau merdeka?” Kudengar ada yang mengucapkan “tercinta” dan ada yang mengucapakan “merdeka”.
“Tercinta Pak,”
“Hei..bukan tercinta tapi merdeka,” sergah yang lain menyalahkan jawaban temannya.
“Hayo yang benar apa tercinta atau merdeka?” ulangku
“Tercinta Pak,”
“Merdeka Pak,”
“Kalian ternyata nggak hafal ya. Yang benar adalah merdeka,” kataku
“Tercinta Pak,” kata salah satu siswa masih ngeyel.
“MERDEKA,” tekanku, “yang betul MERDEKA, nggak usah ngeyel,”

Mereka mengulanginya dari awal

Dari yakinku teguh.
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
KehadiratMu Tuhan


Mereka berhasil menyanyikan lagu nasional yang sangat terkenal dan cukup pendek itu dengan apa adanya. Tentu saja tak ada tepuk tangan setelahnya karena nyanyian ini adalah hukuman.

2 komentar:

  1. Persis kayak suganda, anaf, mustofa, ridho, satria, bahrul, lutfi ( 6 ) serangkai yang terlambat ke kantin dengan alasan yang sama yaa pak😄
    Jadi kangen SMA😐

    BalasHapus