alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Senin, 21 November 2016

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SMA): DIMENSI SIKAP


Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah, setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Yang akan kita bahas di sini adalah dimensi sikap.
Sikap yang harus dimiliki oleh seorang siswa SMA agar dikatakan memenuhi standar untuk lulus dari sekolahnya adalah:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

Standar Kompetensi Lulusan ini tak dapat dipisahkan dari proses penilaian yang dilakukan oleh guru. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
a. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.

Mari kita coba uraikan satu per satu.

1.      Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
Beriman artinya 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)." Menurut agama Kristen, Iman (bahasa Yunani: πίστιν— pisti) adalah rasa percaya kepada Tuhan.
Taqwa / takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Siswa harus melakukan kewajiban-kewajiban beragama. Dalam Islam, seorang siswa harus  memenuhi rukun iman dan rukun islam. Rukun iman: iman kepada Alloh, rosul, malaikat, hari kiamat, dan qodlo dan qodar.
Penilaian :
Sesuai dengan standar penilaian, penilaian sikap terhadap siswa dilakukan melalui pengamatan pada saat pembelajaran. Aku sendiri bingung untuk menilai seorang siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME hanya pada saat pembelajaran. Kriterianya apa? Bagaimana cara mengetahui seorang siswa menjalankan kewajiban-kewajiban agama atau tidak? Apakah cukup ditanya: kamu sholat? kamu puasa? Ataukah kita harus menguntit apakah dia pergi ke mushola sekolah atau tidak pada saat azan dzuhur berkumandang? Di bulan romadlon, apakah kita juga bisa mengamati untuk memastikan dia puasa atau tidak. Ataukah cukup dengan mencium bau mulutnya? Bau tak sedap = puasa, bau sedap = tidak puasa.
Entahlah...

2.      Berkarakter jujur dan peduli
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat
Jujur 
  1. 1.    lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya)
  2. 2.    tidak curang
  3. 3.    tulus; ikhlas

jika diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran”.
Peduli
 mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di sekitarnya.
Penilaian :
Untuk menilai siswa jujur selama pembelajaran agak mudah. Berilah pertanyaan “paham apa belum?” Pertanyaan ini biasanya dijawab dengan jujur. Atau mengamati perilaku ketika ulangan harian. Selain itu, dengan menanyakannya kepada teman-temannya tentang kejujurannya? Tapi jangan sekali-sekali menanyakan kepada pacarnya, karena pasti jawabannya tidak objektif.
Untuk menilai apakaha seorang siswa mempunyai sifat peduli, kita bisa mengamati apakah dia suka membantu temannya, mentraktir temannya, memberi contekan kepada temannya, mengerjakan PR temannya? Kalau iya, artinya siswa ini benar-benar peduli terhadap temannya. Peduli yang membabi buta.

3.      Bertanggung jawab
Menurut kamus KBBI bertanggung jawab artinya:
a.       berkewajiban menanggung
b.      menanggung segala sesuatunya.
Penilaian :
Bagaimana cara menilai tanggung jawab seorang siswa? Cukupkah dengan memberi tugas lalu dia bertanggung jawab mengerjakan tugas tersebut? Atau ada cara lain?

4.      Pembelajar sejati sepanjang hayat
Siswa tidak boleh berhenti belajar dan harus terus belajar sepanjang hayat.
Penilaian :
Apakah kriteria seorang pembelajar sejati sepanjang hayat?
Bingung kan? Aku juga bingung. Bagaimana cara untuk mengetahui seorang siswa benar-benar telah menjadi pembelajar sejati sepanjang hayat? Walaupun kita bisa mengetahuinya dengan kebiasaannya belajar, membaca buku, atau mencari informasi melalui internet tapi apakah setelah lulus dia akan tetap belajar? Wallohu a’lam. Selanjutnya, kriteria materi belajarnya apa? Belajar matematika, Bahasa Inggris, sejarah ataukah belajar tentang kehidupan, tentang kegagalan, tentang cinta, atau tentang apa? Ataukah kita harus membuat perjanjian tentang kesanggupannya untuk tetap terus belajar sepanjang hayat, ditempel materai Rp. 6000,-, tanda tangan Pihak I, Pihak II, dan saksi. Kayak jual beli tanah dong.

5.      Sehat Jasmani dan Rohani
Siswa harus sehat secara fisik maupun psikis. Olahraga, makanan bergizi, dan istirahat yang cukup adalah upaya untuk menjaga kesehatan jasmani. Kesehatan rohani diindikasikan dengan 4 hal yang pertama.
Penilaian :
a.       Menilai kesehatan jasmani seorang siswa relatif lebih mudah. Kita cukup melihat penampilan fisiknya. Sehat berarti bugar, ceria, lincah, tidak pucat, dan tidak ngantukan. Atau kalau kita masih ragu, siswa harus menyertakan Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas terdekat.
b.      Untuk menilai kesehatan rohani seorang siswa sebenarnya juga mudah yaitu dengan menggunakan indikasi “suka senyum-senyum sendiri atau tidak”.

Sedetail itukah seorang guru menilai sikap siswanya? Aku menjawab “ya”
Rumitkah? Aku menjawab “ya” karena kita harus mengenal siswa satu per satu. Bayangkan, aku mengajar 7 kelas dengan jumlah siswa rata-rata 38 siswa per kelas. Maka, aku harus mengamati 5 kriteria sikap dari 266 siswa. Untuk menghafal nama-nama mereka saja, aku masih sering lupa. Aku pernah mengamati Eri tapi kumasukkan ke data milik Ulvi di lembar oservasi. Pastinya, aku membutuhkan energi, waktu dan konsentrasi lebih untuk melakukan semua penilaian ini.


Untuk menilai karakter jujur dan peduli, tanggung jawab, sehat jasmani dan rohani, aku bisa mengamati dengan menilai sikapnya terhadap guru dan teman-temannya, caranya menyampaikan pendapat, mengerjakan ulangan dan menyelesaikan tugas, serta presensi /kehadirannya. Untuk kriteria ‘pembelajar sejati sepanjang hayat’, aku hanya bisa memberi dorongan dan semangat untuk belajar terus. Dan untuk kriteria ‘beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME’, biarlah urusan dia dengan Tuhan karena kriteria penilaiannya bukan “Lulus atau Tidak Lulus” tapi “Surga atau Neraka”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar