Dalam rangka memperingati hari
Kartini 21 April 2016, sekolahku menyelenggarakan upacara bendera. Petugas
upacaranya special karena semuanya perempuan. Pembina upacaranya juga perempuan
yaitu Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, Ibu Arie.
Dalam amanatnya, Bu Arie
menyampaikan sebuah pidato secara tertulis.
“Perempuan tidak hanya sekedar “konco
wingking” bagi laki-laki. Perempuan harus mempunyai pengetahuan yang setara
dengan laki-laki tapi jangan melupakan ketrampilan perempuan untuk memasak,
mencuci dan mendidik anak,” kata Bu Arie dengan semangat yang menggebu-gebu.
Pidato ini berisi tentang “perempuan
menggugat” sebagaimana Kartini telah menggugat kondisi perempuan pada jamannya.
Pidato yang disampaikan kurang lebih selama 20 menit sangat inspiratif tidak
saja bagi kaum perempuan tapi juga kaum laki-laki agar bisa lebih menghargai
perempuan.
Di akhir pidato, tak ada satu
menteri pun yang disebutkan sebagaimana pidato dalam rangka memperingati hari
besar nasional. Aku berburuk sangka, “lancang sekali Bu Arie ini, kok berani-beraninya
membacakan sebuah pidato tanpa menyebutkan orang yang membuatnya”.
Setelah selesai upacara, aku baru
tahu bahwa pidato yang sangat inspiratif itu disusun oleh Bu Arie sendiri. Pantas
saja tak ada nama menteri yang disebutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar