Pada upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal
2 Mei 2016 kali ini, guru dan staf TU tidak mempunyai tempat. Ruang
terbuka di bawah pohon mangga sebelah utara yang biasanya ditempati guru dan staf TU digunakan untuk memasang tratag yang akan digunakan
untuk lomba mas mba dan karaoke. Untuk itu, Guru dan staf TU
dipersilahkan menempatkan diri di sebelah selatan menghadap ke utara. Berbeda
dengan sebelah utara yang teduh karena sinar matahari terhalang pohon mangga
yang rimbun, di sebelah selatan hanya ada pohon sawo kecik yang tingginya baru
3 meter. Pohon sawo kecik ini hanya cukup untuk menutupi sebagian kecil guru dan staf TU. Sebagian lainnya masih kepanasan, termasuk aku.
“Tak apalah, matahari pagi banyak mengandung vitamin D, baik
untuk kesehatan,” pikirku
Pada awalnya, posisi guru dan staf TU (apabila
ditarik garis lurus) sudah tepat berada di tengah-tengah antara pembina upacara
yang menghadap ke timur dan peserta upacara (siswa) yang menghadap ke barat.
Akan tetapi, matahari yang tak mau diam di tempat (takut kiamat), semakin lama
semakin tinggi. Sinarnya yang semakin panas menerpa seluruh guru dan
staf TU. Keringat dari dahiku mulai menetes. Mungkin karena terbiasa dimanjakan
di tempat yang rindang, tanpa malu-malu (kepada para siswa), semuanya (termasuk
aku) bergeser ke timur mendekati pohon sawo kecik untuk mencari perlindungan.
Kini, sebagian besar berada di bawah pohon sawo kecik yang semakin terasa mungil
dan sesak. Seandainya pohon sawo kecik itu bisa bicara, pasti sudah sejak tadi
dia berteriak-teriak “sesak..sempit...panas...bau keringat”.
Dan sekarang, barisan guru dan staf TU telah bergeser
ke timur sejajar dengan para siswa tapi tetap menghadap ke utara kepanasan. Sebuah posisi
yang aneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar