Mentari mulai menampakkan kehangatannya setelah tadi pagi
nampak bersinar ragu-ragu. Hangatnya mulai terasa. Berkas sinarnya memantul di lapangan
basket. Aku pun turut bersemangat menerangkan pronom possesif ketika tiba-tiba
tercium bau tak sedap. Bukan hanya aku yang merasakan. Beberapa siswa
berkomentar sama.
“Bau ikan kok sampai sini?” kata Hida, salah satu siswa
dengan nada heran.
Benar. Ini adalah bau ikan dijemur. Fenomena bau ini
sebenarnya hal biasa bagi masyarakat Batang karena Batang adalah salah satu
penghasil ikan terbesar di Jawa Tengah. Kegiatan menjemur ikan dan bau ikan
dijemurpun bukan sesuatu yang asing. Semuanya terasa biasa. Tapi ketika bau ini
bisa mencapai sekolahku, ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Sekolahku
berjarak sekitar 7 kilometer dari laut utara dan melewati hutan-hutan rakyat.
Aku pikir bau ikan ini akan terserap oleh pepohonan yang masih melingkupi
wilayah sekolahku. Tapi tidak. Bau ini masih bisa menembus hutan-hutan rakyat
di wilayah Rowobelang, pasekaran dan sekitarnya.
“Mungkin angin utara sedang bertiup kencang”, pikirku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar