alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Selasa, 17 Mei 2016

BAU IKAN

Mentari mulai menampakkan kehangatannya setelah tadi pagi nampak bersinar ragu-ragu. Hangatnya mulai terasa. Berkas sinarnya memantul di lapangan basket. Aku pun turut bersemangat menerangkan pronom possesif ketika tiba-tiba tercium bau tak sedap. Bukan hanya aku yang merasakan. Beberapa siswa berkomentar sama.

“Bau ikan kok sampai sini?” kata Hida, salah satu siswa dengan nada heran.

Benar. Ini adalah bau ikan dijemur. Fenomena bau ini sebenarnya hal biasa bagi masyarakat Batang karena Batang adalah salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Tengah. Kegiatan menjemur ikan dan bau ikan dijemurpun bukan sesuatu yang asing. Semuanya terasa biasa. Tapi ketika bau ini bisa mencapai sekolahku, ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Sekolahku berjarak sekitar 7 kilometer dari laut utara dan melewati hutan-hutan rakyat. Aku pikir bau ikan ini akan terserap oleh pepohonan yang masih melingkupi wilayah sekolahku. Tapi tidak. Bau ini masih bisa menembus hutan-hutan rakyat di wilayah Rowobelang, pasekaran dan sekitarnya.


“Mungkin angin utara sedang bertiup kencang”, pikirku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar