alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Selasa, 08 Desember 2015

PAK SUPBECHAN JADI MANTEN

10 Oktober 2015 (Catatan untuk Kenangan)

Temanku Pak Supbechan jadi manten. Ia menikahi seorang putri bernama Nana (sebut saja demikian). Akad nikah sudah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2015 di rumah mempelai perempuan di Batang. Sedangkan resepsi diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul 10.00 di rumah mempelai putra di Pageruyung, Kendal.

Karena itu, Ulangan Tengah Semester (UTS) 1 yang sedianya diselenggarakan untuk 2 mata pelajaran sampai jam 12.00, hari ini diselenggarakan hanya 1 mata pelajaran. Mata pelajaran ke-2 dialihkan ke hari Senin.

Pukul 09.30 UTS telah usai, para siswa sudah pulang. Dua armada bus telah menunggu di depan sekolah. Dua bus dengan kapasitas 35 tempat duduk ini cukup untuk mengangkut sekitar 49 orang guru dan karyawan yang mau ikut. Bus dipilih karena perjalanan yang akan ditempuh lumayan jauh, sekitar 2 jam perjalanan.

Bapak dan ibu guru dan staf TU satu per satu masuk ke dalam bus. Sebagai koordinator bus 2, aku menghitung dan mengabsen peserta. Lengkap 24 orang yang terdaftar di busku. Semuanya telah masuk dan duduk di kursinya masing-masing. Tentu saja, mereka memilih kursi sendiri sesuai kehendak hati dan kenyamanan. Tak ada tiket dan nomor kursi tapi tak berebut.

Tepat pukul 10.00 WIB bus berangkat. Perjalanan yang mengasyikkan tentunya karena melewati kota Bandar dan Blado yang bergunung-gunung dan jalannya berliku-liku. Sawah, ladang, sungai, dan hutan kami lalui. Angin sejuk menerobos jendela bus tanpa AC ini. Kami betul-betul menikmati perjalanan.

Di dalam undangan tertera acara resepsi mulai pukul 10.00. Dengan perjalanan yang begitu jauh dan lama, aku yakin kami pasti terlambat. Acara pasti sudah dimulai. Organ tunggal beserta penyanyi dangdutnya pasti sedang tampil.Tamu undangan pasti sudah berdatangan. Stand berbagai jenis makanan dan minuman pasti sedang diserbu oleh para tamu undangan. Celaka, aku pasti tak kebagian.

Pukul 11.50, sesuai denah yang disertakan di undangan, bus telah memasuki desa tempat tinggal Pak Supbechan. Jalan sedikit sempit. Masih 3 km lagi untuk menuju dusun lokasi resepsi, melewati beberapa dusun. Banyak tikungan, banyak perempatan. Tentu saja, aku harus turun naik bus untuk bertanya arah kepada orang di pinggir jalan. Suatu saat bus berhenti di pertigaan jalan di tengah sawah. Ada 2 belokan jalan. Tak ada yang tahu, ke kanan atau ke kiri. Aku kembali turun untuk menanyakan arah. Tapi ini di tengah sawah, tak ada orang. Ah, di belakang bus ada sebuah mobil Honda City warna krem. Barangkali itu mobilnya orang sini. Pasti tahu arah ke dusun yang sedang kami tuju atau bahkan mengenal nama Supbechan. Aku mendekati mobil yang ikut terjebak macet di belakang bus-ku. Sebelum kuketuk kacanya untuk menanyakan arah, kaca telah terbuka lebih dahulu.

“Lho kok Ibu?” tanyaku kaget. Ternyata bu Herry, istri Kepala Sekolahku.

Dan kemudian kaca belakang juga dibuka.

“Lho kok mantennya di sini?” tanyaku lebih kaget melihat Pak Supbechan dan istrinya ada di jok belakang. Masih dalam keterkejutanku dan tak mungkin membahas rasa penasaranku labih lanjut, aku langsung bertanya:

“Ke kanan apa ke kiri nih?”
“Kanan,” jawab Pak Supbechan

Sampai di rumahnya, kami turun. Para tamu yang sudah hadir berdiri menyambut kami. Pengantinnya juga turun dari mobil. Dengan diapit kedua orang tua mempelai putri dan diringi gending (dari kaset), sang pranoto coro menyampaikan pengantar untuk mengantarkan sang pengantin menuju singgasananya.

“Ini sih bukan menghadiri resepsi pernikahan tapi jujug manten,” kataku dalam hati


Acara dimulai. Para tamu dipersilahkan duduk. Alhamdulillah, ternyata kami belum terlambat dan stand makanan dan minuman masih penuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar