Antrian sudah mengular panjang di depan
loket 1 pembelian tiket masuk Candi Prambanan tapi antrian ini tak bergerak maju. Banyak orang yang menunggu dengan kesal. Satu per satu orang di loket 1
mulai mengundurkan diri pindah ke loket 2. Ada apa rupanya?
Ternyata sejak tadi ada 2 orang turis asing (laki-laki & perempuan) berdiri di depan loket dan belum
selesai urusannya membeli tiket. Tinggal seorang ibu muda yang bertahan dan mendesak ke samping 2 orang turis tersebut. Aku mencoba antri di belakang 2 turis dan ibu muda tersebut.
Siapa tahu, giliran aku berdiri, urusan mereka sudah selesai.
“Tolong Pak. Nih turis ngeyel sekali. Sudah
dibilangin turis asing bukan di sini
tempatnya. Nggak mau juga,” kata ibu muda yang berdiri di sebelah kedua turis
tersebut.
Turis (laki-laki) tersebut juga masih ngomel-ngomel
masalah tiket.
“Excuse me sir,” sapaku
Eh..dia langsung balik badan menghadapku
dan nyerocos masalah tiket. Sambil menunjukkan struk pembelian tiket masuk Candi
Borobudur. Dia protes harus membayar lagi di loket ini. Dia bilang pembelian
tiket di Candi Borobudur dan di Candi prambanan adalah satu paket. Jadi, dia
tidak harus membayar lagi dan langsung menerima tiket masuk. Aku tak tahu
apakah benar yang dia katakan. Aku dengarkan omongannya sampai selesai.
Sementara ibu penjaga loket berumur sekitar 50-an hanya bisa menunjukkan angka
yang harus dibayar oleh turis tersebut menggunakan sebuah kalkulator.
“Do you understand? Do you understand?” kata
turis tersebut kepadaku seakan-akan memaksa aku harus paham.
“Yes, I understand but I don’t know the
solution. This is a ticket window for local tourist. You must inform your
problem at the ticket window for foreign tourist at the other side of this
building, over there,” kataku sambil menunjukkan tempat loket khusus untuk
turis asing.
Dua orang turist itu langsung ngluyur pergi
menuju loket khusus turis asing. Rupanya dia tidak tahu ada loket khusus untuk
turis asing.
“Sudah saya tunjukkan harga tiket untuk
turis asing dan saya suruh bayar di loket khusus turis asing. Nggak mau,” kata
ibu penjaga tiket
“Padahal saya juga menunjukkan tempat loket
khusus turis asing lho Pak. Kok ya ndak
mudeng,” imbuh ibu muda itu kepadaku
“Pasti pakai bahasa Indonesia ya Bu?”
tanyaku
“Ya iya, lha wong saya ndak bisa Boso Londo,” jawab ibu muda tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar