Pada tanggal 29 Juli 2015, pasca lebaran Idul Fitri, sekolah
kami mengadakan acara halal bihalal keluarga besar SMA Negeri 2 Batang. Seluruh
guru dan karyawan beserta keluarga menghadiri acara tersebut. Aku pun harus
melaksanakaan tugas sebagai seksi perlengkapan acara halal bihalal. Tugasnya
adalah mempersiapkan segala perlengkapan (meja, kursi, sound system, panggung,
MMT) dan merapikan perlengkapan setelah acara selesai. Aku merapikan tempat
kegiatan, menumpuk kursi plastik, menurunkan MMT, dan mengembalikan sound
system ke sekolah. Dengan tergopoh-gopoh, aku pulang mengganti baju koko dengan
baju batik karena pada pukul 13.00 aku harus sudah mengikuti bintek bersama
Bapak Kepala Sekolah di Pagilaran. Aku ditunjuk sebagai bendahara bantuan DAK
Kabupaten. Menurut Ibu Siti Habibah, S.Pd., Waka Sarana Prasarana, acara ini
hanya satu hari.
“Paling-paling jam delapan malam selesai,” kata beliau
Tepat pukul 13.00 aku menjemput Bapak Kepala Sekolah, Pak
Herry di rumahnya. Beliau membawa sebuah tas besar, entah apa isinya. Kuangkat
ke jok belakang. Selanjutnya kukebut mobilku menuju Pagilaran karena
undangannya adalah jam 13.00. Tepat pukul 14.00, aku sampai di lokasi. Huft
dinginnya. Pagilaran adalah tempat wisata perkebunan teh yang berada di lereng
gunung kemulan /kamulyan dengan ketinggian 740-1600 mdpl tepatnya di,Kecamatan
Blado, Kabupaten Batang. Ternyata belum telat. Masih banyak peserta yang baru
datang. Selanjutnya, kami melakukan registrasi. Kami ditempatkan di Wisma Azalea
kamar 6. Kami dipersilahkan untuk istirahat sebentar sebelum acara pembukaan.
Aku tengok kamar berukuran 3 x 5 meter dengan 3 buah dipan bertingkat untuk
ditempati 6 orang.
“Kok pakai kamar dan tempat tidur Pak?” tanyaku kepada Pak
Herry.
“Kan 2 hari, nanti kita nginap di sini,” jelas beliau.
“Oh Mon Dieu !” kataku dalam hati. Ternyata, kegiatannya
berlangsung 2 hari. Padahal aku tidak membawa sabun, sampo, handuk, sikat gigi,
odol, sandal jepit dan baju ganti. Aku terpaku di depan kamar sambil menyeruput
teh panas yang disediakan oleh panitia.
Acara pembukaan dimulai tepat pukul 14.00. Acara ini dibuka
oleh plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Batang, Bapak Arbak
Yhoga Widodo, SE, MM. Acara pembukaan ini selesai pukul 16.30.
Setelah sholat maghrib dan makan malam, acara dilanjutkan dengan
bimbingan pembuatan proposal dan laporan. Karena tak mandi, badanku terasa
lengket. Sisa-sisa tenaga tadi siang pun tak bisa kuandalkan untuk menahan rasa
kantuk. Antara tidur dan bangun, antara sadar dan terjaga, antara ada dan
tiada, aku mengikuti slide demi slide tentang pembuatan proposal dan laporan
DAK sampai pukul 22.00.
Setelah acara selesai, aku matur (bilang) ke Pak Herry bahwa
malam ini aku harus pulang dan tak bisa menginap di wisma karena tak membawa
selimut dan bekal apapun untuk besok pagi.
“Kalau begitu saya juga ikut pulang,” kata beliau
“Lho, Bapak menginap saja biar tidak capek,” bujukku
“Nggak ah, kamarnya nggak enak. Masa satu kamar buat berenam
begitu. Tumpuk-tumpukan,” jawab beliau.
Malam itu, kami memutuskan pulang. Pukul 22.00 sampai pukul
23.00 kami menyusuri jalan yang sepi yang berliku-liku. Dan kami janjian besok
akan berangkat pukul 07.00 karena kegiatan dimulai pada pukul 08.00.
Esoknya, aku kembali menjemput Pak Herry di rumah beliau.
Kali ini beliau hanya membawa tas kecil. Pada pukul 08.00 kami sampai di
Pagilaran dan acara belum dimulai.
Pukul 09.00 acara baru dimulai. Rupanya, istirahat semalam
juga masih kurang. Udara dingin dan angin semilir yang bertiup melalui
celah-celah jendela membelai-belai kelopak mataku. Aku ngantuk berat. Maka,
kuikuti presentasi pagi ini dengan keadaan setengah sadar, dari pasal-pasal
korupsi yang dipaparkan oleh petugas kejaksaan sampai tata cara membuat laporan
keuangan. Lamat-lamat ada seseorang yang bertanya kepada nara sumber:
“Kenapa bendahara DAK harus guru, bukankah tugas guru sudah
banyak sekali?”
“Ketentuan dari pusat seperti itu,” jawab narasumber
(pertanyaan dan jawaban inilah nanti yang akan merubah
nasibku)
Acara ini selesai pada pukul 13.00. Untung ada CD tentang
presentasi kegiatan yang dibagikan untuk dipelajari lebih lanjut.
Dalam
perjalanan pulang, Pak Herry bertanya kepadaku, “Kenapa bendahara DAK tidak
boleh guru ya?”
“Mungkin
sudah ketentuannya seperti itu Pak,” jawabku. Aku hanya berkata dalam hati, “Yes,
Pak Herry mengantuk. Kesimpulan beliau adalah guru tidak boleh jadi bendahara DAK”.
Aku pulang. Sampai rumah, tanpa malu-malu kulemparkan
tubuhku ke atas kasur dan kupeluk guling sejadi-jadinya.
Esok harinya, aku melaporkan hasil bintek
kepada Bu Habibah. Juga menyampaikan bahwa guru tidak boleh jadi bendahara.
Maka saat itu juga, posisiku sebagai bendahara digantikan oleh Bu Sri Wati, salah
satu staff TU dan aku menempati posisi baru sebagai
Sekretaris 2. Lumayan, pekerjaan yang lebih ringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar