alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Kamis, 03 Desember 2015

HALAL BIHALAL DAN BINTEK

Pada tanggal 29 Juli 2015, pasca lebaran Idul Fitri, sekolah kami mengadakan acara halal bihalal keluarga besar SMA Negeri 2 Batang. Seluruh guru dan karyawan beserta keluarga menghadiri acara tersebut. Aku pun harus melaksanakaan tugas sebagai seksi perlengkapan acara halal bihalal. Tugasnya adalah mempersiapkan segala perlengkapan (meja, kursi, sound system, panggung, MMT) dan merapikan perlengkapan setelah acara selesai. Aku merapikan tempat kegiatan, menumpuk kursi plastik, menurunkan MMT, dan mengembalikan sound system ke sekolah. Dengan tergopoh-gopoh, aku pulang mengganti baju koko dengan baju batik karena pada pukul 13.00 aku harus sudah mengikuti bintek bersama Bapak Kepala Sekolah di Pagilaran. Aku ditunjuk sebagai bendahara bantuan DAK Kabupaten. Menurut Ibu Siti Habibah, S.Pd., Waka Sarana Prasarana, acara ini hanya satu hari.

“Paling-paling jam delapan malam selesai,” kata beliau

Tepat pukul 13.00 aku menjemput Bapak Kepala Sekolah, Pak Herry di rumahnya. Beliau membawa sebuah tas besar, entah apa isinya. Kuangkat ke jok belakang. Selanjutnya kukebut mobilku menuju Pagilaran karena undangannya adalah jam 13.00. Tepat pukul 14.00, aku sampai di lokasi. Huft dinginnya. Pagilaran adalah tempat wisata perkebunan teh yang berada di lereng gunung kemulan /kamulyan dengan ketinggian 740-1600 mdpl tepatnya di,Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Ternyata belum telat. Masih banyak peserta yang baru datang. Selanjutnya, kami melakukan registrasi. Kami ditempatkan di Wisma Azalea kamar 6. Kami dipersilahkan untuk istirahat sebentar sebelum acara pembukaan. Aku tengok kamar berukuran 3 x 5 meter dengan 3 buah dipan bertingkat untuk ditempati 6 orang.

“Kok pakai kamar dan tempat tidur Pak?” tanyaku kepada Pak Herry.
“Kan 2 hari, nanti kita nginap di sini,” jelas beliau.
“Oh Mon Dieu !” kataku dalam hati. Ternyata, kegiatannya berlangsung 2 hari. Padahal aku tidak membawa sabun, sampo, handuk, sikat gigi, odol, sandal jepit dan baju ganti. Aku terpaku di depan kamar sambil menyeruput teh panas yang disediakan oleh panitia.

Acara pembukaan dimulai tepat pukul 14.00. Acara ini dibuka oleh plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Batang, Bapak Arbak Yhoga Widodo, SE, MM. Acara pembukaan ini selesai pukul 16.30.

Setelah sholat maghrib dan makan malam, acara dilanjutkan dengan bimbingan pembuatan proposal dan laporan. Karena tak mandi, badanku terasa lengket. Sisa-sisa tenaga tadi siang pun tak bisa kuandalkan untuk menahan rasa kantuk. Antara tidur dan bangun, antara sadar dan terjaga, antara ada dan tiada, aku mengikuti slide demi slide tentang pembuatan proposal dan laporan DAK sampai pukul 22.00.

Setelah acara selesai, aku matur (bilang) ke Pak Herry bahwa malam ini aku harus pulang dan tak bisa menginap di wisma karena tak membawa selimut dan bekal apapun untuk besok pagi.

“Kalau begitu saya juga ikut pulang,” kata beliau
“Lho, Bapak menginap saja biar tidak capek,” bujukku
“Nggak ah, kamarnya nggak enak. Masa satu kamar buat berenam begitu. Tumpuk-tumpukan,” jawab beliau.

Malam itu, kami memutuskan pulang. Pukul 22.00 sampai pukul 23.00 kami menyusuri jalan yang sepi yang berliku-liku. Dan kami janjian besok akan berangkat pukul 07.00 karena kegiatan dimulai pada pukul 08.00.
Esoknya, aku kembali menjemput Pak Herry di rumah beliau. Kali ini beliau hanya membawa tas kecil. Pada pukul 08.00 kami sampai di Pagilaran dan acara belum dimulai.

Pukul 09.00 acara baru dimulai. Rupanya, istirahat semalam juga masih kurang. Udara dingin dan angin semilir yang bertiup melalui celah-celah jendela membelai-belai kelopak mataku. Aku ngantuk berat. Maka, kuikuti presentasi pagi ini dengan keadaan setengah sadar, dari pasal-pasal korupsi yang dipaparkan oleh petugas kejaksaan sampai tata cara membuat laporan keuangan. Lamat-lamat ada seseorang yang bertanya kepada nara sumber:

“Kenapa bendahara DAK harus guru, bukankah tugas guru sudah banyak sekali?”
“Ketentuan dari pusat seperti itu,” jawab narasumber
(pertanyaan dan jawaban inilah nanti yang akan merubah nasibku)
Acara ini selesai pada pukul 13.00. Untung ada CD tentang presentasi kegiatan yang dibagikan untuk dipelajari lebih lanjut.

Dalam perjalanan pulang, Pak Herry bertanya kepadaku, “Kenapa bendahara DAK tidak boleh guru ya?”

“Mungkin sudah ketentuannya seperti itu Pak,” jawabku. Aku hanya berkata dalam hati, “Yes, Pak Herry mengantuk. Kesimpulan beliau adalah guru tidak boleh  jadi bendahara DAK”.

Aku pulang. Sampai rumah, tanpa malu-malu kulemparkan tubuhku ke atas kasur dan kupeluk guling sejadi-jadinya.

Esok harinya, aku melaporkan hasil bintek kepada Bu Habibah. Juga menyampaikan bahwa guru tidak boleh jadi bendahara. Maka saat itu juga, posisiku sebagai bendahara digantikan oleh Bu Sri Wati, salah satu staff TU dan aku menempati posisi baru sebagai Sekretaris 2. Lumayan, pekerjaan yang lebih ringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar