Untuk memeriahkan pertandingan futsal antar kelas dalam rangkaian ASG (Alaska School Game), diadakan pertandingan futsal antar guru dan staf TU (laki-laki). Dua puluh sembilan guru dan staf TU laki-laki dibagi menjadi 2 team yaitu team merah dan team putih. Masing-masing beranggotakan 14 dan 15 orang. Tersedia banyak cadangan untuk bergantian bermain. Aku berada di team merah. Setelah ratusan purnama, baru kali ini aku.kembali bermain bola.
Pengalamanku sebagai kiper (penjaga gawang) kesebelasan Wahid Hasyim sewaktu masih kuliah di Jogja, membuatku tetap memilih posisi sebagai penjaga gawang.
"Penjaga gawang itu santai, tidak banyak mengeluarkan tenaga dan keringat," anganku.
Pukul 13.30, pertandingan pun dimulai. Menggunakan lapangan basket yang untuk srmentara disulap menjadi lapangan futsal, panas terasa menyengat. Permukaan lantai masih panas, sementara mendung yang biasanya datang setelah dhuhur, kali ini seakan enggan untuk mendekat.
Namun demikian untuk menjaga supremasi team merah, aku tetap bertahan di bawah sengatan matahari. Pertandingan berlangsung seru tapi teamku lebih sering terdesak. Aku pun mati-matian menjaga gawangku jangan sampai kebobolan. Aku pontang-panting, berlari, menubruk, dan meloncat untuk menyelamatkan gawangku. Tidak seperti perkiraan awal, aku tak bisa santai. Dan akhirnya, gempuran lawan membuat gawangku kebobolan 4 goal.
Malam harinya, tubuhku terasa remuk redam, tulang linu-linu, otot kaku dan pegal-pegal.
"Makanya, nggak usah aneh-aneh Pa. Ingat umur. Bukannya sehat malah sakit," kata istriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar