alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Sabtu, 07 Maret 2020

SERASA DI BALI






Pagi-pagi sudah dibikin ngiler. Aku dikirimi gambar-gambar menu utama, ice drink, hot drink, aneka juice, makanan ringan dan menu ekstra milik Teras Bali, sebuah rumah makan bernuansa Bali di kota Pekalongan sekaligus disuruh memilih.

"Pak, silahkan pilih menu sesuai selera ya Pak. Semua sudah pilih. Tinggal Bapak nih. Biar nanti nggak menunggu dan langsung bisa makan," pesan WA dari Mba Tia direktur Intistut Francais Indonesia (IFI) untuk kegiatan pengembangan pengajaran Bahasa Prancis di SMA sederajat se Kabupaten/Kota Pekalongan dan Batang. Acara ini adalah lanjutan dari kegiatan kunjungan IFI ke sekolah-sekolah di Batang yang mengajarkan Bahasa Prancis sehari sebelumnya.

Tanpa basa-basi, aku segera memilih menu yang kusuka.
1. Sop iga bakar.
2. Nasi putih
3. Teh tawar.

Aku memang menyukai iga atau rusuk sapi bakar, mungkin karena naluri lelaki sebagai makhluk yang kehilangan tulang rusuknya. Tapi tak ada hubungannya. Yang pasti karena rasa iga sapi bakar ditambah sop enak sekali.

Pukul 13.00 aku datang ke rumah makan tersebut. Di Meeting Room telah berkumpul empat orang guru dari kota dan kabupaten Pekalongan, Mba Tia, direktur kursus   Institut Francais d'IndonĂ©sie-Ambassade de France (nstitut Prancis di Indonesia- Kedutaan Besar Prancis) dan Coline, orang asli Perancis yang menjadi koordinator pengajaran Bahasa Perancis di IFI.

Benar dugaanku, sop iga bakar sudah tersedia di meja. Kami makan dulu sebelum memulai acara karena sudah waktunya makan siang. Langsung tancap gas kumasukan sop iga bakarku dengan lahap ke dalam perutku yang sudah kupersiapkan sejak pagi untuk menyantapnya.

Setelah perut tenang dan kenyang, acara dilanjutkan dengan berdiskusi tentang pembelajaran Bahasa Perancis, RPP, materi, buku ajar, kebijakan pemerintah tentang pengajaran bahasa asing  di Indonesia, dan permasalahan lainnya. Tentu saja diskusi dalam bahasa Perancis karena Coline belum lancar berbahasa Indonesia.

Pukul 16.00 kegiatan selesai dan kami berfoto bersama. Dengan baju adat yang pada hari Kamis wajib kami pakai dan berlatar belakang pernak-pernik khas Bali, kami meminta bantuan kepada salah satu pelayan rumah makan yang juga berpakaian khas Bali untuk mengambil gambar.

Cekrek...cekrek.

Foto ini kemudian kuunggah ke media sosial. Salah satu temanku yang melihatku berfoto dengan bule berkomentar.
"Serasa di Bali."
"Iya tapi tanpa bikini." jawabku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar